Share

Bab 3

Penulis: Jim
Setelah menyelesaikan semua urusan di sisi lain, aku pun pergi ke rumah mertuaku untuk menjemput Jerry.

Namun, aku tidak pernah mengira bahwa Jerry tidak memanggilku dengan sebutan mama lagi dengan suara manja ketika bertemu denganku. Dia sudah melupakanku.

Setelah Jerry bersekolah dan bergaul dengan teman-temannya, dia makin tidak menyukaiku.

Jerry mengatakan bahwa aku tidak seperti mama orang lain yang sangat hebat. Dia mengkritikku karena tidak punya pekerjaan tetap...

Ucapan polisi menarikku keluar dari lamunan.

Ternyata Kevin sangat cerdik. Dia bersembunyi di tempat sampah dan berhasil melarikan diri.

Kevin tidak naik ke kapal itu.

Seorang gelandangan menemukan Kevin dan membawanya pulang. Mereka berdua pun hidup saling bergantung selama bertahun-tahun.

Baru-baru ini, pria tua itu meninggal. Seseorang menemukan Kevin yang hidup sebatang kara dan melaporkannya ke polisi.

Beginilah mereka menemukan Kevin.

Kevin tampak kumal, kurus, dan lemah. Sikapnya yang malu-malu membuat hatiku terasa perih.

Aku berjongkok dan mengelus kepala mungilnya. "Jangan takut. Aku ini tantemu."

Kevin mengedipkan matanya berkali-kali. Entah apa yang dia pikirkan.

"Sayang, mulai sekarang kamu nggak akan kelaparan atau kedinginan lagi. Mulai sekarang, kamu akan tinggal sama Tante."

Istri adikku adalah seorang yatim piatu, jadi tidak ada kakek atau nenek dari pihak keluarganya. Sekarang, akulah satu-satunya orang yang Kevin miliki di dunia ini.

Aku membawa Kevin pulang, memandikannya, dan memakaikannya pakaian baru.

Aku menggenggam tangan mungilnya dan menemukan bahwa tangannya dipenuhi dengan luka bekas radang dingin.

Aku mengambil kotak obat dan mengoleskan obat dengan lembut.

Anak kecil ini sangat kuat. Meski terasa sakit, dia tidak mengeluarkan suara sedikit pun.

Aku memutar film animasi untuknya. "Kamu main sebentar, ya. Tante mau masak mie untukmu."

Aku memanggil Kevin setelah masakannya matang. Tapi entah sejak kapan dia tertidur.

Aku menyelimutinya dengan selimut, tapi dia malah terbangun.

Kevin mengucek matanya dengan bingung.

Aku sontak teringat akan Jerry kecil yang selalu menempel padaku setiap bangun tidur.

Jerry memeluk leherku erat-erat seperti seekor kukang yang lamban dan menggemaskan.

Aku tidak bisa menahan diri untuk memeluk Kevin. Dia berbeda dengan Jerry. Dia tidak merangkul leherku dan hanya menyentuh wajahku dengan lembut.

Aku tersadar dan berkata, "Kevin. Aku ini tantemu. Mulai sekarang kamu ikut Tante. Rumah ini rumah kita."

Anak kecil itu menatapku dengan mata yang berbinar-binar.

"Tante? Kenapa kamu bukan Mama?"

"Tante adalah kakak papamu, bukan Mama. Kamu mau lihat mamamu?"

Kevin menganggukan kepala. Aku memeluknya dan menunjukkan satu per satu foto lama sambil menceritakan foto itu.

Setelah melihat semua foto itu, Kevin tiba-tiba mengecup pipiku dan memanggilku tante dengan lembut.

Pada saat itu, hatiku langsung luluh.

Kevin sudah memasuki usia sekolah, tetapi dia belum sekolah. Aku segera menghubungi taman kanak-kanak dan mendaftarkannya.

Kevin sangat cepat beradaptasi. Tidak seperti Jerry yang menangis dan memberontak di awal.

Hidup berjalan dengan mulus. Aku dan Kevin pun makin akrab.

Aku biasanya sangat suka membuat camilan.

Biasanya Jerry menganggap camilan itu tidak enak, tapi Kevin malah memakannya dengan gembira.

Suatu hari, ketika aku membuatkan bola ubi untuk Kevin, Julius meneleponku.

Julius sepertinya baru bangun tidur. Dia bertanya padaku dengan suara serak, "Besok ada acara pembukaan pusat perbelanjaan."

Aku secara otomatis memberi tahu pakaian dan aksesori yang cocok. Aku bahkan menyebutkan di lemari mana dan di urutan ke-berapa barang-barang itu berada.

Aku terdiam setelah mengatakan hal itu. Aku pun menyadari bahwa ini sudah menjadi semacam memori otomatis bagiku.

Julius sepertinya masih setengah sadar. Dari ujung telepon terdengar suara dia sedang mencari sesuatu.

Kemudian tidak ada suara dari ujung telepon. Aku pun mengingatkan Julius, "Kalau nggak ada urusan lagi, aku tutup teleponnya."

Julius tiba-tiba bertanya apakah aku mau ikut bersamanya besok.

Bagiku ini terasa ironis. Dulu setiap kali ada pesta, aku meminta Julius mengajakku, tetapi dia tidak pernah setuju.

Sekarang setelah bercerai, untuk apa pergi bersamanya?

"Aku nggak akan pergi. Dan mulai sekarang jangan pernah meneleponku lagi. Untuk urusan seperti ini, cari penata gaya atau cari pengasuh saja. Pokoknya jangan cari aku lagi. Kita sudah bercerai."
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dulu Membuangku, Sekarang Menangis   Bab 9

    Julius bersikeras memberiku sebagian harta sebagai kompensasi. Namun, aku menolaknya.Saat hendak berpisah, Julius tiba-tiba berkata, "Andini, maaf. Kamu percaya atau nggak, aku benar-benar pernah mencintaimu. Meski aku baru menyadarinya sekarang, aku mohon, percayalah padaku."Aku hanya tersenyum, membalikkan badan dan pergi.Setelah itu, Julius tidak melepasku seperti yang dia katakan. Sebaliknya, dia justru mulai mengejarku lagi.Julius mengatakan bahwa aku menikah dengannya sebagai pengganti sahabatnya. Jadi, wajar saja kalau pernikahan itu gagal."Sekarang aku mau mengejarmu secara terang-terangan sebagai seorang Andini. Apa kamu bersedia memberiku kesempatan dan menjadi kekasihku? Aku adalah seorang ayah tunggal yang punya seorang anak berusia enam tahun. Tapi, dia sangat penurut … "Julius berbicara panjang lebar seolah dia ingin membujukku dengan segala cara. Namun, aku hanya menjawab satu kata, "Tidak."Julius tidak pernah menyerah. Dia memesankanku teh susu, membelikanku hadi

  • Dulu Membuangku, Sekarang Menangis   Bab 8

    Aku masih ingat ketika suatu kali pulang dari taman kanak-kanak.Aku datang menjemput Jerry. Biasaya pengasuh di rumah yang menjemputnya, tetapi kali ini aku.Aku mengulurkan tangan dan ingin menggenggam tangannya. Guru yang berjaga menatapku dengan waspada.Si guru menundukkan kepala dan bertanya pada Jerry, "Jerry, dia itu siapa? Kalau nggak kenal, nggak boleh pergi bersamanya."Jerry menatapku dengan ragu-ragu tanpa mengatakan sepatah kata pun.Saat ini Susan entah muncul dari mana.Jerry pun bagaikan peluru kecil yang melesat ke dalam pelukan Susan. "Aku mau pergi bersamanya."Si guru bertanya, "Dia siapa? Apa mamamu?"Jerry terdiam cukup lama, lalu mengangguk.Dengan begitu Jerry pergi bersama Susan.Senyuman di wajahku tiba-tiba membeku. Saat itu rasanya bagaikan ditampar keras tepat di wajah. Kepalaku langsung berdengung.Itu adalah pertama kalinya aku datang menjemput Jerry di taman kanak-kanak.Karena takut dibandingkan dengan mama orang lain, aku sengaja menata rambutku. Aku

  • Dulu Membuangku, Sekarang Menangis   Bab 7

    Julius ikut masuk tanpa merasa bersalah. "Kamu tinggal di rumah seperti ini? Aku benar-benar nggak mengerti jalan pikiranmu. Kamu nggak mau tinggal di vila mewah dan malah pindah ke tempat sempit seperti ini."Kesabaranku benar-benar habis. Aku pun membentaknya, "Julius, apa kamu nggak mengerti bahasa manusia?! Kita sudah bercerai! Kamu masuk ke rumah orang tanpa izin pemiliknya. Itu namanya menerobos rumah pribadi. Keluar!"Namun, Julius merasa aku sedang ngambek dan tidak berniat untuk pergi. Akhirnya aku terpaksa meminta pihak pengelola apartemen untuk mengantar Julius dan Jerry pergi....Keesokan paginya, ketika aku hendak pergi bekerja, aku melihat Julius lagi. Dia berdiri menungguku di pintu masuk parkiran bawah tanah kompleks.Aku mengabaikannya. Namun, mobilku justru dihalangi oleh mobilnya.Julius menurunkan kaca mobilnya. "Mari kita bicara tentang perceraian."Hal ini memang harus diselesaikan. Kalau tidak, urusan yang berlarut-larut seperti ini akan terus mengusik ketenanga

  • Dulu Membuangku, Sekarang Menangis   Bab 6

    "Tante, kenapa Tante menangis?"Kevin mengulurkan tangan mungilnya dan menghapus air mataku dengan penuh perhatian. Saat itu aku barulah tersadar bahwa pelupuk mataku basah.Untungnya ada Kevin. Tutur kata bocah kecil ini selalu manis dan pengertian. Dia seolah-olah mampu menyembuhkan emosi negatifku.Tidak lama kemudian, Julius menelepon. Aku tidak mengangkatnya. Namun, dia terus menelepon dan aku pun terpaksa memblokir nomornya.Namun, dia menelepon dengan nomor asing. Jadi aku terpaksa mengangkatnya."Bisa nggak kamu berhenti menelepon? Kita sudah bercerai. Kalau cuma soal mengurus akta cerai, kamu bisa kabari aku lewat pesan singkat.""Anak kita terluka. Susan ajak dia main balapan, jadi anak kita cedera. Dia kesakitan dan mencarimu terus-terusan.""Kalau terluka, harusnya cari dokter. Buat apa cari aku? Aku nggak bisa sembuhkan orang."Julius berkata dengan tidak percaya, "Dia itu anak yang kamu rawat selama enam tahun. Bagaimana mungkin kamu bisa berkata sekejam ini?"Aku merasa

  • Dulu Membuangku, Sekarang Menangis   Bab 5

    "Kevin, kamu nggak apa-apa, 'kan? Dia nggak sakiti kamu, 'kan?"Aku memeriksa sekujur tubuh Kevin untuk memastikan dia tidak terluka.Jerry tiba-tiba tidak bisa menahan diri lagi. Dia menangis dengan keras.Sejak masuk taman kanak-kanak, Jerry jarang menangis.Namun ketika melihatku, Jerry menangis sejadi-jadinya, seolah-olah dia sangat terluka.Dulu setiap kali melihatnya seperti ini, aku pasti segera berjongkok memeluknya dengan penuh kasing sayang, dan berkata dengan lembut, "Jangan menangis. Mama ada di sini."Namun, sekarang aku tidak melakukan hal itu. Aku hanya memedulikan Kevin yang ada di dalam pelukanku.Namun, Kevin berkata padaku, "Aku baik-baik saja. Tante, dia suruh aku menjauh darimu. Katanya Tante mamanya. Apa itu benar?"Aku menggelengkan kepala. "Dia bicara omong kosong. Tante bukan mamanya."Setelah mendengar itu, Jerry tiba-tiba berhenti menangis. Dia membelalakkan matanya seolah-olah terguncang hebat.Pada saat ini, sebelum sosoknya muncul, suara Julius duluan terd

  • Dulu Membuangku, Sekarang Menangis   Bab 4

    Setelah mengatakan itu, aku bersiap untuk menutup telepon. Namun, Julius mengubah topik pembicaraan. "Aku hari ini akan membawa Jerry belajar berenang di Nova Trade. Kamu bisa datang untuk bertemu dengannya.""Nggak perlu."Setelah mengatakan itu, tanpa menunggu jawaban Julius, aku menutup telepon tanpa ragu.Aku meletakkan ponselku dan lanjut membuat bola ubi untuk Kevin.Hidup terus berlanjut dengan tenang. Suatu hari, ketika aku baru keluar dari ruang siaran, aku menerima telepon dari nomor tidak dikenal.Ternyata itu wali kelas taman kanak-kanak Jerry.Dia mengatakan bahwa hari ini adalah Hari Seni Rupa Orang Tua dan Anak. Orang tua diharapkan hadir bersama anak-anak. Semua orang tua sudah datang, hanya orang tua Jerry yang belum datang.Si guru itu mengundangku dengan antusias, tetapi aku langsung memotong perkataannya, "Maaf, Bu. Aku dan ayah Jerry sudah bercerai. Hak asuh diberikan pada ayahnya. Aku nggak ikut campur lagi dalam masalah seperti ini."Si guru tampak canggung. Aku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status