Share

Bab 4

Author: Jim
Setelah mengatakan itu, aku bersiap untuk menutup telepon. Namun, Julius mengubah topik pembicaraan. "Aku hari ini akan membawa Jerry belajar berenang di Nova Trade. Kamu bisa datang untuk bertemu dengannya."

"Nggak perlu."

Setelah mengatakan itu, tanpa menunggu jawaban Julius, aku menutup telepon tanpa ragu.

Aku meletakkan ponselku dan lanjut membuat bola ubi untuk Kevin.

Hidup terus berlanjut dengan tenang.

Suatu hari, ketika aku baru keluar dari ruang siaran, aku menerima telepon dari nomor tidak dikenal.

Ternyata itu wali kelas taman kanak-kanak Jerry.

Dia mengatakan bahwa hari ini adalah Hari Seni Rupa Orang Tua dan Anak. Orang tua diharapkan hadir bersama anak-anak. Semua orang tua sudah datang, hanya orang tua Jerry yang belum datang.

Si guru itu mengundangku dengan antusias, tetapi aku langsung memotong perkataannya, "Maaf, Bu. Aku dan ayah Jerry sudah bercerai. Hak asuh diberikan pada ayahnya. Aku nggak ikut campur lagi dalam masalah seperti ini."

Si guru tampak canggung. Aku pun melanjutkan perkataanku. "Apa Jerry ada di sampingmu?"

Setelah mendapatkan kepastian, aku meminta si guru itu untuk mengaktifkan pengeras suara.

Di hadapan teman-teman sekelas Jerry dan orang tua, aku berkata dengan tenang, "Jerry, kamu sudah mengonfirmasi ini sebelumnya. Aku dan papamu sudah bercerai. Aku bukan lagi mamamu dan aku nggak akan mengurus masalahmu lagi. Mulai sekarang, jangan telepon aku lagi."

Selesai mengatakan itu, aku meminta maaf kepada si guru dan menutup telepon.

Setelah pulang kerja, aku menjemput Kevin dari taman kanak-kanak. Kami makan di Restoran Hadila. Di meja sebelah, ternyata ada yang sedang merayakan ulang tahun.

Tiba-tiba aku teringat ulang tahun Kevin. Saat aku melihat kalender, rupanya jatuh pada hari Minggu ini.

Pada hari Minggu itu, aku membatalkan semua pekerjaanku, dan bersiap untuk menghabiskan waktu bersama Kevin. Selama ini Kevin pasti belum pernah merayakan ulang tahun.

Setelah memesan makanan, aku menyuruh Kevin duduk menungguku. Aku pun pergi mengambil kue ulang tahun.

Saat berjalan membawa kue ke restoran, tanpa sengaja aku bertemu dengan Julius. Susan tampak berdiri di samping Julius.

Susan langsung berbicara, "Bukankah kamu sedang ribut ingin bercerai dengan Julius?"

Aku tidak menghiraukan Susan. Aku melewati mereka dan melangkah ke dalam. Namun, Julius menarikku.

Julius berkata dengan nada mencemooh. "Bukannya kamu sangat hebat? Sudah kuduga kamu nggak akan bertahan lama. Sekarang kamu malah datang membawa kue untuk merayakan ulang tahun anakmu. Apa kamu nggak tahu malu?"

Aku kehabisan kata-kata. "Minggir. Siapa bilang aku datang buat merayakan ulang tahunnya?"

Julius terdiam. "Kalau nggak merayakan ulang tahun anakmu, kamu merayakan ulang tahun siapa?"

Aku tidak ingin berdebat dengannya. "Nggak perlu dibahas. Minggir. Kalian bertiga jalani hidup kalian baik-baik."

Raut wajah Julius langsung menjadi suram. "Andini, cukup. Jangan sampai aku benar-benar marah."

Aku mendorongnya dan masuk ke restoran.

Begitu melihatku, Kevin langsung tersenyum lebar sambil melambaikan tangan ke arahku. Aku pun langsung membalas lambaiannya.

Jerry yang duduk di meja sebelah Kevin langsung menatapku dengan penuh kebencian. Jerry mengira aku melambaikan tangan ke arahnya.

Aku mengabaikannya dan duduk di samping Kevin.

Ketika Julius dan yang lainnya masuk, mereka tampak sangat terkejut melihat aku bersama Kevin.

"Andini, dia siapa?"

"Nggak ada hubungannya sama kamu."

Julius sangat marah. Namun, karena berada di tempat umum, dia menahan amarahnya.

Aku dan Kevin pun menikmati hidangan tanpa terganggu.

Ketika hampir selesai makan, Kevin mau ke toilet. Aku mau menemaninya, tetapi dia bilang tidak perlu, jadi aku membiarkannya.

Aku juga melihat Jerry berjalan ke arah toilet.

Aku berpikir dia juga mau ke toilet, jadi aku tidak terlalu menghiraukannya.

Namun tidak lama kemudian, seorang pelayan tiba-tiba berteriak, "Cepat. Siapa orang tuanya? Ada dua anak laki-laki berkelahi di sini!"

Aku langsung berdiri dan berlari ke arah toilet.

Jerry dan Kevin tampak tergeletak di lantai. Mereka berdua penuh luka lebam.

Begitu melihatku, Jerry langsung meneteskan air mata, dan berkata dengan mata merah, "Mama, sakit sekali."

Melihat tatapan putus asa dan penuh harap di matanya, aku tanpa ragu berjongkok, dan memeluk Kevin.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dulu Membuangku, Sekarang Menangis   Bab 9

    Julius bersikeras memberiku sebagian harta sebagai kompensasi. Namun, aku menolaknya.Saat hendak berpisah, Julius tiba-tiba berkata, "Andini, maaf. Kamu percaya atau nggak, aku benar-benar pernah mencintaimu. Meski aku baru menyadarinya sekarang, aku mohon, percayalah padaku."Aku hanya tersenyum, membalikkan badan dan pergi.Setelah itu, Julius tidak melepasku seperti yang dia katakan. Sebaliknya, dia justru mulai mengejarku lagi.Julius mengatakan bahwa aku menikah dengannya sebagai pengganti sahabatnya. Jadi, wajar saja kalau pernikahan itu gagal."Sekarang aku mau mengejarmu secara terang-terangan sebagai seorang Andini. Apa kamu bersedia memberiku kesempatan dan menjadi kekasihku? Aku adalah seorang ayah tunggal yang punya seorang anak berusia enam tahun. Tapi, dia sangat penurut … "Julius berbicara panjang lebar seolah dia ingin membujukku dengan segala cara. Namun, aku hanya menjawab satu kata, "Tidak."Julius tidak pernah menyerah. Dia memesankanku teh susu, membelikanku hadi

  • Dulu Membuangku, Sekarang Menangis   Bab 8

    Aku masih ingat ketika suatu kali pulang dari taman kanak-kanak.Aku datang menjemput Jerry. Biasaya pengasuh di rumah yang menjemputnya, tetapi kali ini aku.Aku mengulurkan tangan dan ingin menggenggam tangannya. Guru yang berjaga menatapku dengan waspada.Si guru menundukkan kepala dan bertanya pada Jerry, "Jerry, dia itu siapa? Kalau nggak kenal, nggak boleh pergi bersamanya."Jerry menatapku dengan ragu-ragu tanpa mengatakan sepatah kata pun.Saat ini Susan entah muncul dari mana.Jerry pun bagaikan peluru kecil yang melesat ke dalam pelukan Susan. "Aku mau pergi bersamanya."Si guru bertanya, "Dia siapa? Apa mamamu?"Jerry terdiam cukup lama, lalu mengangguk.Dengan begitu Jerry pergi bersama Susan.Senyuman di wajahku tiba-tiba membeku. Saat itu rasanya bagaikan ditampar keras tepat di wajah. Kepalaku langsung berdengung.Itu adalah pertama kalinya aku datang menjemput Jerry di taman kanak-kanak.Karena takut dibandingkan dengan mama orang lain, aku sengaja menata rambutku. Aku

  • Dulu Membuangku, Sekarang Menangis   Bab 7

    Julius ikut masuk tanpa merasa bersalah. "Kamu tinggal di rumah seperti ini? Aku benar-benar nggak mengerti jalan pikiranmu. Kamu nggak mau tinggal di vila mewah dan malah pindah ke tempat sempit seperti ini."Kesabaranku benar-benar habis. Aku pun membentaknya, "Julius, apa kamu nggak mengerti bahasa manusia?! Kita sudah bercerai! Kamu masuk ke rumah orang tanpa izin pemiliknya. Itu namanya menerobos rumah pribadi. Keluar!"Namun, Julius merasa aku sedang ngambek dan tidak berniat untuk pergi. Akhirnya aku terpaksa meminta pihak pengelola apartemen untuk mengantar Julius dan Jerry pergi....Keesokan paginya, ketika aku hendak pergi bekerja, aku melihat Julius lagi. Dia berdiri menungguku di pintu masuk parkiran bawah tanah kompleks.Aku mengabaikannya. Namun, mobilku justru dihalangi oleh mobilnya.Julius menurunkan kaca mobilnya. "Mari kita bicara tentang perceraian."Hal ini memang harus diselesaikan. Kalau tidak, urusan yang berlarut-larut seperti ini akan terus mengusik ketenanga

  • Dulu Membuangku, Sekarang Menangis   Bab 6

    "Tante, kenapa Tante menangis?"Kevin mengulurkan tangan mungilnya dan menghapus air mataku dengan penuh perhatian. Saat itu aku barulah tersadar bahwa pelupuk mataku basah.Untungnya ada Kevin. Tutur kata bocah kecil ini selalu manis dan pengertian. Dia seolah-olah mampu menyembuhkan emosi negatifku.Tidak lama kemudian, Julius menelepon. Aku tidak mengangkatnya. Namun, dia terus menelepon dan aku pun terpaksa memblokir nomornya.Namun, dia menelepon dengan nomor asing. Jadi aku terpaksa mengangkatnya."Bisa nggak kamu berhenti menelepon? Kita sudah bercerai. Kalau cuma soal mengurus akta cerai, kamu bisa kabari aku lewat pesan singkat.""Anak kita terluka. Susan ajak dia main balapan, jadi anak kita cedera. Dia kesakitan dan mencarimu terus-terusan.""Kalau terluka, harusnya cari dokter. Buat apa cari aku? Aku nggak bisa sembuhkan orang."Julius berkata dengan tidak percaya, "Dia itu anak yang kamu rawat selama enam tahun. Bagaimana mungkin kamu bisa berkata sekejam ini?"Aku merasa

  • Dulu Membuangku, Sekarang Menangis   Bab 5

    "Kevin, kamu nggak apa-apa, 'kan? Dia nggak sakiti kamu, 'kan?"Aku memeriksa sekujur tubuh Kevin untuk memastikan dia tidak terluka.Jerry tiba-tiba tidak bisa menahan diri lagi. Dia menangis dengan keras.Sejak masuk taman kanak-kanak, Jerry jarang menangis.Namun ketika melihatku, Jerry menangis sejadi-jadinya, seolah-olah dia sangat terluka.Dulu setiap kali melihatnya seperti ini, aku pasti segera berjongkok memeluknya dengan penuh kasing sayang, dan berkata dengan lembut, "Jangan menangis. Mama ada di sini."Namun, sekarang aku tidak melakukan hal itu. Aku hanya memedulikan Kevin yang ada di dalam pelukanku.Namun, Kevin berkata padaku, "Aku baik-baik saja. Tante, dia suruh aku menjauh darimu. Katanya Tante mamanya. Apa itu benar?"Aku menggelengkan kepala. "Dia bicara omong kosong. Tante bukan mamanya."Setelah mendengar itu, Jerry tiba-tiba berhenti menangis. Dia membelalakkan matanya seolah-olah terguncang hebat.Pada saat ini, sebelum sosoknya muncul, suara Julius duluan terd

  • Dulu Membuangku, Sekarang Menangis   Bab 4

    Setelah mengatakan itu, aku bersiap untuk menutup telepon. Namun, Julius mengubah topik pembicaraan. "Aku hari ini akan membawa Jerry belajar berenang di Nova Trade. Kamu bisa datang untuk bertemu dengannya.""Nggak perlu."Setelah mengatakan itu, tanpa menunggu jawaban Julius, aku menutup telepon tanpa ragu.Aku meletakkan ponselku dan lanjut membuat bola ubi untuk Kevin.Hidup terus berlanjut dengan tenang. Suatu hari, ketika aku baru keluar dari ruang siaran, aku menerima telepon dari nomor tidak dikenal.Ternyata itu wali kelas taman kanak-kanak Jerry.Dia mengatakan bahwa hari ini adalah Hari Seni Rupa Orang Tua dan Anak. Orang tua diharapkan hadir bersama anak-anak. Semua orang tua sudah datang, hanya orang tua Jerry yang belum datang.Si guru itu mengundangku dengan antusias, tetapi aku langsung memotong perkataannya, "Maaf, Bu. Aku dan ayah Jerry sudah bercerai. Hak asuh diberikan pada ayahnya. Aku nggak ikut campur lagi dalam masalah seperti ini."Si guru tampak canggung. Aku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status