Kantor polisi Westinhorn masih disibukkan dengan kasus yang sangat penting dan dinanti jalan terangnya oleh warga Westinhorn. Nenek Emi dan Kakek Jack tak pernah melewatkan berita mengenai kasus yang terjadi di Planet Zoo. Di toko Paman Sam mereka memantau perkembangan kasus hilangnya dua pekerja Planet Zoo. Mereka berharap polisi dapat mengembalikan dua pekerja yang hilang, yang salah satunya adalah cucu kesayangan mereka.
“Mengapa harus Ellia dan John yang hilang?” lirih Nenek Emi. Usai menghembuskan nafas, ia melanjutkan, “Mereka orang baik. Tak seharusnya mereka mendapat musibah. “Tenanglah, Emi. Semua akan baik-baik saja. Karena Ellia dan John adalah orang baik.”“Kuharap demikan, Sam.”“Pasti terjadi sesuatu dengan Ellia sebelum kejadian malam itu,” ucap Paman Jack sambil mengusap dagu dan mengernyitkan kening.“Polisi masih mendalami.“Pasti ada pintu tak terlihat di sekitar sini, ayo Jerry, kita harus menemukannya.” Kemudian Ellia melompat ke punggung Jerry. “Ellia, yang benar saja ini bukan di film Nenek Moyang kita,” celetuk Jerry. “Film Nenek Moyang?” Ellia menggulungkan kening. “Iyaaa, film kucing yang memiliki pintu ajaib sehingga bisa pergi ke belahan dunia manapun.” Jerry ketus seraya menaikkan kedua alisnya. Kemudian ia tertawa, meringkik-ringkik. “Jerry... ini serius! Kita harus menemukan jalan keluar dari sini dan kembali ke Westinhorn.” Ellia kesal. “Baik baik baik. Mmm kalau begitu sebaiknya kita nikmati saja waktu yang kita miliki di sini. Kita berjalan, berjalan dan terus berjalan. Oh iya, apa harus melihat kanan kiri?” Ellia menepuk kening lantaran geregetan. Jerry yang menyadari sikap Ellia, lekas menyela, “Oh tidak tidak, kita harus melihat kanan, kiri, atas dan bawah. Sayang sekali bila semua yang kita lewati hanya berlalu
“Tuan muda, Boffelt sudah menanti di Cafe Memories.” Knox membisikkan informasi di dekat telinga Eadric William Aloysius ketika ia mendampingi sang Ayah berkunjung ke kebun binatang Planet Zoo.Tanpa menoleh pada asistennya, Eadric berkata lirih, “Kau temui dia. Serahkan cek itu untuknya dan untuk kedua petugas itu. Pinta kedua petugas itu untuk tutup mulut dan pergi sejauh mungkin dari Westinhorn.”“Baik, Tuan muda.” Setelah itu Knox pergi dari kebun binatang Planet Zoo.Siang itu Mr. Darold mendapat tawaran dari Mr. Cruise untuk menyambangi Planet Zoo. Turut juga bersama mereka asisten dan 5 bodyguard Mr. Darold. Sebagiannya berjaga di sekitar mobil.Eadric William Aloysius melepas senyum tipis, melihat kebun binatang yang dulu pernah ia jelajahi sebagai pekerja lapangan. Semua kerja kerasnya tak sia-sia. Namun, Sebetulnya ini di luar rencananya.Dan ternyata dengan kekacuan seperti ini
“Jadi, namamu Ellia?” tanya Jack.“Ya, begitulah. Dan kau....”“Aku Jack.” Jack memotong sambil mengulurkan tangan dengan wajah dan mata berbinar.Tiba-tiba saja Jerry menyusup dalam obrolan mereka. Ia lekas menjabat tangan Jack, seraya berkata panjang lebar, “Terima kasih, anak muda. Kau sudah ramah pada Ellia. Aku mewakili jabat tangan Ellia. Oh iya, namun Jerry si kuda putih tanpa bintik yang paling tampan. Oh iya, mungkin kau bertanya-tanya mengapa aku mendadak ramah dan banyak bicara padamu. Tidak ada yang tersembunyi dari diriku selain hanya ingin mengenalmu. Aku rasa Ellia setuju bila aku mewakilinya untuk berjabat tangan denganmu, anak muda.”Di ujung perkataannya, rona wajah Jerry kembali masam. Sementara, Jack sangat terkejut dan tak henti menyeringai ketika mendengar ocehan Jerry si kuda putih tanpa bintik. Ellia pun terkekeh melihat tingkah mereka berdua.&ldq
Edhi kembali terperanjat. Jantungnya melonjak-lonjak. Kedua tangannya lekas meraba-raba wajah dan tubuhnya. “Oh, apa aku sudah mati? Atau....”“Jeepku ada di sana, apa Lindhan mengemudikannya? Atau Mike, atau Bomba!”“Apakah mereka di sana?” lirih Edhi.Tetiba ia menjadi linglung dengan keberadaan dirinya. Ia pun kembali meragukan bahwa dirinya masih hidup. Atau dirinya terjebak dalam sebuah mimpi?Edhi kembali memungut salju putih di bawah kakinya. Dingin yang ia rasa, meragukan bahwa ia telah mati dan tidak mungkin semua yang dilihatnya adalah mimpi.Edhi terperanjat ketika mobil jeep yang sangat mirip dengan mobilnya kembali bergerak. Mobil itu berjalan mundur dengan suara sirene. Ia bersiap menghindar, namun di sisi lain hatinya meminta untuk menghentikan mobil itu.“Kau harus tahu siapa yang ada di dalam mobilmu itu, Edhi!” bisik hatinya.
Berita mengejutkan ditulis berbagai media berita Kota Westinhorn. Kota yang sedang berbenah membangun diri menjadi sebuah Negeri itu dilanda perang saraf. Emosi mengalir bak air sungai dari hilir pegunungan menuju hulu hamparan laut.Warga Westinhorn terpecah belah setelah pihak Kepolisian Westinhorn menetapkan Mrs. Vaeolin sebagai tersangka dalam kekacauan yang terjadi di Planet Zoo. Mrs. Vaeolin dituntut karena lalai dalam menjalankan sistem keamanan yang telah dibangun olehnya sendiri selama ini. Mrs. Vaeolin dituding tidak mau mengevaluasi sistem keamanan kebun binatang Planet Zoo.“Ini semua salah saya, Mrs. Vaeolin. Andai saya bisa membwa surat perintah dari Mr. Rafael pasti anda tidak ditetapkan menjadi tersangka.”“Ini memang permainan mereka,” ucap Mrs. Vaeolin.“Maksud anda? apa ada orang yang sengaja mengambil surat itu? Bagaimana mereka tahu saya meletakkannya di dalam lemari arsip?”
“Beri hormat pada raja kita!” seru pemimpin sigung.Maka puluhan sigung yang berada di dalam gua itu memberi hormat dengan merendahkan tubuh dan kepala mereka. Setelah itu pemimpin sigung mulai memimpin nyanyian dan tarian kebahagiaan.“Hup hup hup....ooo yak yak yak yak yak... si yak si yak si yak... ooo hup hup hup...” seru puluhan sigung di dalam gua itu. Mereka berpesta atas kehadiran raja baru yang akan menjadi penyelamat bagi para sigung.Usai memberi penghormatan, semua sigung memutari raja mereka yang terikat di sebuah batang kayu yang kurus. Malam itu juga mereka akan melakukan pengorbanan. Sebagai jalan untuk menyampaikan pesan kepada Dewa di langit.Edhi tak berdaya. Ia kehabisan tenaga menghadapi hewan-hewan kecil itu. Apalagi tubuhnya terikat kuat pada batang pohon“Aaiirrr... aaiirr...” lirih Edhi.“Hei hei hei! Diam semua. Dengarkan suara raja ki
Malam yang cerah datang usai badai salju berakhir. Di bawah kilauan bintang dan kilauan cahaya Bomba dan Lindhan berpesta. Mereka tertawa-tawa menonton pertunjukkan dari para anak buah mereka. Siapa lagi kalau bukan harimau-harimau buas. “Sirkus yang alami,” ucap Bomba sambil melempar tepuk tangan untuk anak buahnya. “Hei apa kau tak merasa aneh?” bisik Lindhan sambil waspada. Ia tak ingin ada harimau yang mendengar percakapan mereka berdua. “Aneh? Apa yang aneh?” “Ssstt. Apa kau tak bisa berkata pelan. Bisik-bisik sepertiku!” Lindhan memelankan suaranya. “Lihatlah mereka, harimau-harimau itu,” lanjut Lindhan. “Memangnya kenapa dengan mereka? Mereka baik-baik saja. Tidak ada yang sakit dan....” “Bukan itu bodoh! Mereka lebih pintar dari manusia.” Lindhan memotong. “Trus?” Sambil menahan geram lantaran geregetan, Linda berkata pelan, “Dan kita adalah manusia!”
Malam itu juga Jack kembali menuruni bukit. Ia tak sendiri. Ellia memaksa ikut lantaran khawatir Jack akan kembali menculik hewan-hewan mungil dan menggemaskan itu. “Hei hati-hati!” Jack menarik lengan Ellia. Hampir saja Ellia terpeleset dari atas jalan setapak di tebing itu. “Terima kasih Jack. Lagi-lagi kau menyelamatkanku.” “Ayo, ikuti langkahku. Dan... pegang tangannku.” Di ujung ucapannya Jack mengulurkan tangan. Tanpa ragu Ellia menggenggam tangan Jack yang sangat dingin. Mereka kembali melanjutkan perjalanan. Usai menuruni bukit, mereka kembali mendaki bukit. “Apa kau yakin tidak perlu cahaya? Dan sepertinya ini jalan yang salah, Jack.” “Tidak. Ini jalan yang benar. Aku yakin.” “Tapi kita tidak berjalan turun. Kita malah mendaki.” “Ssssttt! Tenanglah, Ellia. Dengarkan suara-suara itu,” ucap Jack pelan. Ellia pun menajamkan kedua pendengarannya. Ia tak menyangka di