/ Urban / Enam Tahun Tanpa Malam Pertama / 6. Ritual Kamar Mandi

공유

6. Ritual Kamar Mandi

last update 최신 업데이트: 2021-06-07 17:12:47

 Mas Edwin baru keluar kamar pada pukul sembilan pagi. Saat aku tengah menggunting daun-daun layu pada tanaman kesayanganku, dia datang menghampiri dengan wajah bengkak;layaknya orang baru bangun tidur. Dia menggaruk perut berulang kali sampai kausnya tersingkap tinggi. Dia duduk memperhatikan keasikanku yang tengah bercumbu dengan aneka tanamanku. Aku melirik sekilas, lalu tersenyum.

 “Mau sarapan, Mas?” tanyaku berbasa-basi. Lelaki itu , meneguk jus jeruk yang ada di atas meja teras milikku . “Nanti saja,” jawabnya singkat. Ponselku pun kini menjadi sasaran. Entah apa yang ia cari di sana, yang jelas ia suka sekali membuka ponselku;tanpa ijin pula. Aku membiarkan saja karena memang tak ada yang rahasia di sana. aku bukan tipe wanita yang mudah tertarik dengan lelaki lain, atau sekedar berbasa-basi dengan teman lelaki. Seseorang yang ada di depanku saat ini adalah rejeki terbaik dari Tuhan, maka dari itu rejeki itulah yang harus aku sukuri. 

 Kuletakkan gunting di atas rak yang memang sudah terpasang rapi di dekat taman miniku. Kucuci tangan di kran air, lalu berjalan mendekati suamiku yang masih asik bercengkrama dengan ponselku. Kukeringkan tangan dengan tisu, lalu ikut meneguk jus jeruk yang tersisa setengah.

 “Lihat apa sih, Mas?” tanyaku ingin tahu.

 “Semuanya,” jawab Mas Edwin singkat.

 “Mas gak mau sarapan? Udah sikat gigi belum sih? Hawa mulutnya gak enak banget,” tanyaku saat membaui aroma tak sedap dari Mas Edwin.

 “Biarin bau, kamunya aja cinta,” balasnya dengan penuh rasa percaya diri.

 “Ya kali kalau gak cinta, udah saya tinggal’lah!” Aku memilih masuk ke dalam rumah;membiarkan suamiku melakukan apapun maunya terhadap gadget milikku. Tubuhku yang berkeringat membuat tak nyaman, aku putuskan untuk mandi saja agar tubuh dan kepalaku kembali segar. Tak kudengar suara pintu kamar yang terbuka, karena suara air shower yang aku putar full.

 Klik!

 Ada Mas Edwin berdiri di depan pintu kamar mandi dan bersiap untuk masuk. Dalam hati aku bersorak, sudah sekian tahun menikah, kami belum pernah melakukannya di kamar mandi. Apakah  Mas Edwin ingin mencobanya? Aku memperhatikannya dengan seksama, disertai getaran-getaran halus berdesir seiring lajunya darah yang mengalir cukup lancar pagi ini. Lelaki itu menutup pintu kembali dan memandangku biasa saja tanpa kabut di matanya. Dia melorotkan celananya sampai mata kaki;kalian tahu bagaimana reaksiku? Aku menggigit bibirku gemas tanpa sadar.

 “Mas,” panggilku dengan suara sedikit mendesah manjalita.

 “Kenapa? Aku mau buang air. Mules nih. Kalau kamu gak tahan baunya, keluar aja dulu. 

 “Oh, mau buang air,” aku pun mendesah kecewa. Tanpa berkata lagi, aku melilitkan handuk di badan, lalu menyelipkan ujungnya di lipatan bagian dada. Kakiku melangkah keluar dari kamar mandi dengan penuh kekecewaan. Duduk di tepian ranjang sambil menetralkan napas dan juga detak jantungku yang ternyata terlalu GR untuk disentuh suami sendiri. Ya Tuhan, apakah aku sudah berlakon bagaikan wanita kurang belaian? Isi kepalaku tak hentinya memikirkan bagaimana caranya agar membuat Mas Edwin berhasil memerawaniku, tapi mau pakai cara apa, aku pun bingung. Kulirik pintu kamar mandi yang tak kunjung terbuka dan ini sudah lima belas menit dia di dalam sana. Air mandi ditubuhku sampai mengering sendiri, karena terlalu lama menunggunya selesai melakukan ritual.

 Aku memutuskan untuk menghampirinya ke kamar mandi, lalu menetuk pintu itu sebanyak dua kali. “Mas, udah belum? Aku mau mandi nih!” seruku dari balik pintu.

 “Iya, sebentar,” jawabnya dari dalam sana. tak lama kemudian, terdengar guyuran air tanda ia sedang mandi. Aku menekan knop pintu ingin ikut mandi bersama, sayang sekali terkunci. Aku menghela napas kecewa dengan sikap Mas Edwin. Kenapa harus dikunci? Sehoror itukah dia dengan istri sendiri?

 Klik!

 Pintu kamar mandi terbuka lebar. Mas Edwin keluar dari sana dengan wajah segar sehabis mandi. “Kenapa gak mandi bareng aja sih, Mas? Aku nungguin kamu lama loh. Mulai dari kamu BAB seabad, sampai kamu mandi. Kenapa pintunya dikunci?” cecarku dengan suara penuh kekecewaan.

 “Gak ah! Nanti kamu perkosa,” katanya dengan wajah datar , lalu pergi begitu saja dari hadapanku. Mulutku terbuka ingin sekali meluapkan kekesalan padanya, tetapi percuma, yang ada nanti kami semakin bertengkar dan takkkan pernah menemukan solusi. Memperkosa katanya? Helloo??

 “Dah, mandi cepat sana! kita ngemal. Aku baru dapat bonus. Kita ganti kalung kamu dengan yang lebih bagus,” katanya sambil menarik baju dari dalam lemari. Tanpa sahutan, aku masuk ke dalam kamar mandi dengan lemas. Mas Edwin memang mapan dan mempu memberikan segalanya untukku, tetapi ia tak bisa mengisi kekosongan hati dan ragaku sebgai seorang wanita. Entahlah harus sampai kapan akan seperti ini.

 Kami sudah berada di dalam sebuah mal besar yang terletak di Jakarta Pusat. Sebelum masuk ke dalam toko emas, terlebih dahulu aku menemani Mas Edwin sarapan junkfood. Ayam fried chicken dengan paket lengkap nasi, union ring, burger, serta minuman bersoda yang ada topping es krim di atasnya. Sungguh bukan makanan sehat yang harus rajin sekali dikonsumsi oleh seorang lelaki yang memiliki penyakit impotensi. Aku hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan Mas Edwin yang seperti anak-anak saja. Malas berdebat, aku memilih menghabiskan es krim cup coklat yang sudah ada di tanganku.

 Selesai makan, kami pun masuk ke area pakaian. Mas Edwin memberikanku pakaian beberapa stel dengan harga yang tidak murah. Aku menikmatinya, walau di ujung hatiku merasakan kegersangan. Tak jauh dari kami memilih baju saat ini, ada pasangan suami istri yang juga sedang memilih pakaian. Sang istri tampak cantik dengan wajah polos tanpa make up, dan yang menjadi nilai plusnya dalah kondisi perut sang istri yang nampak membuncit besar. Jika saat ini aku sibuk memegang kantong belanjaan, maka wanita yang tak jauh dariku tengah mengusap sayang perut buncitnya. Aku benar-benar iri.

 “Kamu mau punya anak?” bisik Mas Edwin yang ternyata mengetahui apa yang saat ini aku perhatikan.

 “Mau, tapi jangan bilang aku bisa punya anak tapi dari orang lain,” balasku dengan sorot mata tajam pada suamiku. Lelaki itu hanya terkekeh, lalu meninggalkanku tanpa membalas ucapanku. Dia berbalik lagi, lalu mengambil totte bag belanjaan yang ada di tanganku, lalu membawanya pergi menuju kasir.

 Tiba di toko emas, kami disambut dengan begitu ramah. Mas Edwin meminta pada pelayan toko emas, agar merekomendasikan perhiasan emas atau berlian terbaik untukku. Hatiku membuncah sangat senang. Di satu sisi dia memang tidak sempurna, tetapi di sisi lain, dia begitu memujaku. Membelikanku pakaian bagus, emas, menyediakan tempat tinggal mewah untukku, dan juga selalu mencukupi semua kebutuhanku. Bukan hanya itu; biaya kuliah Ariani,adikku- juga Mas Edwin yang membiayai. Apakah aku termasuk seorang istri yang tidak bersukur dengan keadaan suamiku saat ini?

 “Yang ini saja!” tunjuknya pada sebuah kalung bermata kristal ungu dengan harga lima puluh juta. Lelaki itu memakaikan kalung super bagus itu di leher jenjangku. “Kamu suka?” tanyanya sambil berbisik, dan lagi jiwa matre kewanitaanku bersorak gembira, diikuti anggukan kepalaku, berikut lengkungan garis bibir yang teramat lebar. Perhiasan itu kembali dia berikan pada palayan toko untuk dibungkus. Mas Edwin juga menyerahkan satu kartu ATM untuk membayar kalung mahal yang baru saja dia pilihkan untukku. 

 “Jika kita mengadopsi bayi, kamu mau tidak?” pertanyaan dari lelaki itu sontak membuatku membeku.

****

Bersambung

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Enak bgt yah suami cek hp istri bebas. Mestinya istri jg cek hp suami biar adil
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   95. Malam Pertama

    Edisi Malam Jumat"Wajahmu mengerikan sekali." Zamir menatap sinis Rena yang masih mendekam dalam penjara. Hari ini adalah tahun keenam ia dihukum. Masih ada empat tahun lagi yang harus ia lewati di dalam penjara untuk membayar semua perbuatannya yang telah merugikan banyak orang, sekaligus melakukan tindakan hampir membunuh seseorang dengan sengaja."Kalau lu kemari cuma mau mengejek gue, sebaiknya lu pergi aja!" Rena bangun dari duduknya dan bermaksud meninggalkan Zamir. Lelaki teman tidurnya sekaligus lelaki yang membuat semua rencananya yang hampir menguasai harta Erlan berhasil."Raka menikah hari ini. Pestanya sangat meriah. Apa kau tidak ingin lihat, bagaimana kebahagiaan kembali padanya? Heh, wanita yang pernah ia nikahi, kembali menjadi istri sahnya dan kau tahu, dia akan menjadi salah satu penerus keluarga Teja Corp. Ah, satu lagi ... Erlan juga

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   94. Pernikahan Siwi dan Raka

    PTM 48Hari pernikahan besar antara Siwi dan Raka digelar di sebuah hotel bintang tiga milik Teja yang baru saja sebulan resmi beroperasi. Berlangsung di ballroom yang cukup megah dan luas, pasangan Siwi dan Raka-lah yang pertama kali menggunakan tempat itu sebagai lokasi sakral mengucapkan janji suci pernikahan. Ruangan yang dengan kapasitas menampung maksimal kurang lebih seribu lima ratus orang. Namun tidak perlu khawatir dengan kapasitas maksimum itu, karena tamu dijamin tidak akan berdesakan dan penuh karena area foyer dari ballroom ini sangat luas.Ada yang menarik dari acara pernikahan anak pemilik hotel baru di Jakarta ini, tidak adanya pelaminan megah, tempat tamu memberikan doa dan selamat. Lalu di mana kedua pengangtin itu akan duduk? Siwi dan Raka memiliki konsep bahwa mereka yang akan berkeliling menyambut tamu yang datang. Kenapa tidak ada pelaminan dalam sebuah pesta pernikahan? Bukankah pelaminan itu hal wajib dalam sebuah pe

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   93. Pesta Ulang Tahun Ayumi

    6 Tahun KemudianHari Sabtu yang begitu dinantikan oleh anggota keluarga besar Teja dan Ria pun tiba. Hari yang akan dilangsungkannya pesta ulang tahun Ayumi; cucu mereka yang telah berusia delapan tahun.Pesta digelar dengan meriah di dalam rumah Teja yang baru saja selesai direnovasi. Yah, setali tiga uang. Sambil mengadakan pesta ulang tahun, Teja juga mengadakan syukuran acara rumah barunya yang semakin bagus dan mewah. Ada beberapa tamu artis dan petinggi yang datang memberikan selamat.Pesta yang digelar di dalam ruangan, tetapi juga tamu dipersilakan untuk menikmati pemandangan luar rumah yang sangat asri. Teja berhasil mendesign rumahnya dengan ide dan sesuai keinginannya sendiri. Begitu melihat hasilnya, ia sangat puas.Semua tamu yang datang ke rumahnya tentu saja membawa banyak kado untuk Ayumi. Gadis kecilnya yang semakin hari semakin cantik d

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   92. Ketuk Palu Hakim Pengadilan

    Rena terus saja menggaruk tubuhnya yang terasa sangat gatal. Tidak hanya di kedua kaki dan tangan, Rena juga mengalami rasa gatal di leher dan juga wajahnya. Entah apa yang terjadi sehingga tahanan lain tidak mau satu sel dengan Rena, karena amat jijik dengan bau busuk serta kudis yang muncul di permukaan kulit wanita itu.Seorang dokter sudah didatangkan untuk memeriksa Rena dan ia pun sudah diberikan salap dan juga obat yang harus diminum sehari tiga kalia agar rasa gatalnya hilang. Namun sangat disayangkan, wanita itu masih terus menggrauk seluruh tubuhnya. Jangankan tahanan lain, sipir penjara dan pengacaranya saja tidak sanggup duduk berlama-lama di dekat karena karena bau bangkai seperti bangkai tikus tercium hidung mereka. Rena pun hampir frustasi dengan keadaannya yang sangat menyedihkan. Tidak ada siapapun yang bisa menoleongnya, karena kedua orang tuanya juga masuk ke dalam penjara, karena kasus penggelapan

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   91. Permintaan Siwi

    PTM 44Kondisi kesehatan Evan berangsur pulih. Polisi menjadwalkan reka ulang kejadian esok hari. Kepada pihak kepolisian, Evan sudah mengakui kesalahannya atas penyekapan berencana bersama tiga orang pria suruhannya. Semua itu ia lakukan karena sakit hati—merasa dipermainkan oleh Siwi. Jejak ciuman Siwi dengan Raka yang nampak di matanya, membuat lelaki itu buta dan nekat melakukan kejahatan yang belum pernah ia lakukan.Erlan pun sudah mulai pulih, tetapi masih dirawat di rumah sakit, karena kepalanya masih sering sakit. Lelaki itu belum mengetahui perihal pengakuan Evan dan Rena yang sudah mendekam di jeruji besi. Pak Sulis yang meminta pada pihak kepolisian untuk menahan diri memberitahukan apapun pada Erlan, karena Erlan memiliki riwayat penyakit jantung.“Siapa kamu?” tanya Erlan pada wanita bertubuh semok yang tengah duduk termenung di sofa kamar perawatannya. Wanita itu menoleh, lalu dengan sigap be

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   90. Tertangkap

    Siwi terbangun berjam-jam berikutnya. Sinar matahari pagi yang masuk ke kamar perawatannya, membuat Siwi merasakan matanya sedikit silau. Setelah matanya dapat menatap jelas langit-langit kamar, Siwi pun merenggangkan ototnya yang kaku. Kulitnya terasa tertarik dan begitu kebas karena tangannya terlalu lama diikat pada sisi tempat tidur.Jika kemarin ia belum terlalu merasa ya nyeri di sekujur tubuhnya, tapi pagi ini tubuhnya terasa sangat sakit. Siwi menoleh ke samping, tepatnya ke arah sofa. Papa dan mamanya tengah terbaring dengan lelap. Entah pukul berapa mereka baru tidur setelah menjaganya semalaman. Jam di dinding sudah menunjukkan angka sembilan dan Siwi mulai merasakan cacing di dalam perutnya melakukan orasi.Siwi ingin bangun setengah duduk untuk mengambil air, tetapi tubuhnya tidak mampu digerakkan. Kali ini ia meringis saat merasakan nyeri pada pinggang dan juga pangkal lengan. Merasa ada pergerakan dari brangkar putriny

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status