Barata dan Sopo Barungan menyudahi tindakan itu sehingga kecanggungan yang sebelumnya ada tersapu oleh angin. Barata segera membawa mereka menuju ke area Gua atau area tempat tinggal Perkumpulan Lembah Kehidupan. Saat mereka berjalan menyusuri hutan kecil di dalam lembah itu, Barata melihat beberapa titik atau spot yang cocok untuk dijadikan sebagai area pemantauan di mana di tempat itu pantas untuk dibangun sebuah menara pemanah.
Pandangan matanya terus beralih dari satu area ke area lainnya saat mereka berjalan menuju ke Gua. Barata mencoba untuk memindai kembali seluruh area Lembah Kehidupan, terutama lokasi yang berada dekat dengan Gua. Dengan temuannya beberapa waktu lalu, dia merasa bila situasi di permukaan tidak akan sebaik beberapa saat lalu. Jadi, dia perlu memastikan keamanan seluruh wilayahnya dengan benar sebelum memutuskan untuk kembali ke permukaan.“Barungan, aku membutuhkanmu untuk melatih beberapa pria agar mereka menjadi seorang pemKetika dia berada di dalam gua, Barata mulai menulis beberapa idenya yang masih belum bisa dia realisasikan termasuk hukum yang akan dia gunakan. Dia menulis semua itu cukup lama dan Bowo yang mana seseorang yang berada di posisi penting menungguinya. Barata juga merasakan kehadirannya, tapi dia tak memedulikannya karena seluruh konsentrasinya berada pada buku yang ada di depan matanya.Setelah beberapa jam berlalu, Barata mengarahkan pandangan matanya pada Bowo yang berada di sekitarnya sekaligus Sopo Barungan yang kebetulan masuk ke dalam Gua setelah selesai memilih pria-pria yang akan dia latih menjadi seorang pemanah. Barata sama sekali tidak merasa buruk setelah berkutat dengan buku di depannya selama berjam-jam. Dia malah merasa segar dan pikirannya terbuka. Barata melemaskan kedua bahunya sebelum meminta kedua orang itu duduk.“Seperti yang kalian lihat, aku sedang merumuskan beberapa hal terkait dengan keadaan di tempat ini. Selain kita
Mereka bertiga segera meninggalkan area gua, dan mereka memindai area di sekitar gua untuk mencari lokasi atau area yang cocok untuk dijadikan tempat latihan bagi para pria yang terpilih. Barata memfokuskan seluruh energinya untuk membangun tempat ini menjadi lebih layak untuk ditempati dan dia juga harus memikirkan keamanan dari wilayah ini. Sebuah pertahanan kokoh akan menghasilkan sebuah tempat yang aman.Barata sangat meyakini satu hal, yakni kekuatan terbaik bukanlah kekuatan yang terlihat mata melainkan kekuatan yang tak kasat mata. Dia ingin memberikan hal itu pada mereka yang mengikutinya, sehingga dia memikirkan sebuah pertahanan yang kokoh dan sulit tertembus sebelum membangun sebuah pemukiman. Satu demi satu hal perlu dia lakukan untuk memberikan rasa aman pada mereka, dan dia melakukannya mulai dari saat ini.Sopo Barungan melihat ada beberapa area yang cukup lapang dan luas. Area semacam itu sangatlah cocok untuk digunakan sebagai tempat latiha
Di salah satu tebing yang berada di dekat Lembah Kehidupan terlihat ada seseorang yang berdiri tenang sembari mengawasi Lembah Kehidupan. Matanya menunjukkan niat yang tidak baik, dan dia juga memiliki aura yang kuat. Satu hal yang membuat sosok ini begitu mengerikan ialah apa yang mengikutinya. Siapapun yang melihatnya pasti akan merasa ngeri dan tidak percaya.Para penghuni yang ada di dalam Lembah Kehidupan tidak merasakan adanya sebuah bahaya di sekitar mereka. Sosok itu memperhatikan lembah dan mencari sebuah jalan yang bisa ia gunakan. Dia juga berbalik dan melihat sosok-sosok yang mengikutinya. Ada sebuah senyum yang menyeramkan di wajahnya. Sosok itu tertawa dengan ngerinya, dan dia juga menyaksikan sosok-sosok yang mengikutinya melepaskan aura yang mengerikan.“Hahahaha ... sekarang aku tahu jalan mana yang harus aku lalui. Aku sudah terkekang dalam waktu yang lama gara-gara mereka yang memiliki kuasa. Sekarang, mereka sudah menghilang tanpa
Barata yang memikirkan keadaan beberapa waktu lalu pun merasa bila situasi di wilayahnya sudah berada dalam tahap siaga dengan ancaman-ancaman yang berbahaya. Barata tidak ingin sebuah malapetaka menimpa wilayah ini, dan dia juga merasa bila keadaan di tempat ini sudah menuju ke tahap yang jauh lebih berbahaya lagi. Tak mungkin malapetaka tidak terjadi ketika situasi sudah berada di tahap semacam ini.“Sebuah pertahanan perlu ditingkatkan untuk mendapatkan keamanan yang lebih baik pada titik ini. Namun, apa yang terjadi di beberapa waktu lalu menjadi sebuah pengingat yang tidak bisa aku abaikan begitu saja. Mereka sudah berlatih dengan baik dan sangat keras, tapi itu tidak mengartikan kemampuan mereka bertambah drastis. Ada banyak hal yang perlu mereka pelajari. Jadi, untuk menghadapi masalah yang mungkin bisa terjadi, aku rasa peningkatan pertahanan menjadi pilihan paling tepat,” ucap Barata di saat dia berada di sebuah ruang kosong di dalam gua.
Barata tengah memimpin seluruh pejuangnya dan mengajari mereka untuk bertarung. Dia sama sekali tidak merasa kecewa dengan kinerja dari para pejuangnya. Barata mengerti bila mereka semua membutuhkan waktu untuk berkembang hingga mencapai kemampuan yang tinggi. Namun, dia tidak ingin mereka terlena dengan keadaan mereka, sehingga dia memberikan sebuah pengingat pada mereka jika saja mereka harus berlatih dengan keras agar potensi mereka terbuka.Ketika dia sedang mengamati para pejuangnya berlatih dan melihat mereka berada dalam keadaan yang cukup menyedihkan karena rasa lelah yang menumpuk. Dia hanya tersenyum dan mengamati mereka kembali. Barata mengerti betul jika para pejuangnya ini masihlah manusia biasa yang tak pernah menerima pelatihan semacam ini sehingga di saat mereka menerima latihan yang kuat, mereka tak mampu menahannya dengan benar.“Betapa menyedihkannya situasi kalian. Berlatih sekeras ini saja kalian tidak mampu melewatinya apalagi me
Ketika dia melihat sosok itu mengerahkan seluruh zombienya dan memerintahkannya untuk menyerang pasukannya. Barata benar-benar merasa geram. Dia tidak senang dengan situasi yang ada saat ini. Barata memahami kekuatan zombie dengan baik, dan mengetahui seberapa besar ancaman yang dibawa olehnya, apalagi dengan jumlah zombie sebanyak ini. Sudah pasti, ancaman mereka meningkat dengan jauh.Barata mengerti situasi yang dia hadapi saat ini benar-benar berbahaya, dan sangat mengancam keberlangsungan hidup kelompoknya. Dia tidak bisa merasa tenang ketika pandangannya tertuju pada zombie-zombie yang berada di tempat itu. Zombie-zombie itu benar-benar berbeda, mereka tampak lebih liar dan bernafsu daripada zombie yang pernah dia hadapi. Barata tidak mengerti dengan keadaan zombie-zombie tersebut karena ini adalah kali pertama dia melihatnya.Zombie-zombie itu bergegas ke arahnya dan mengaum bagaikan binatang buas yang kelaparan. Sungguh mereka tampak begitu menakutk
Sopo Barungan yang terus menembakkan anak panahnya dan dia terus membuat zombie-zombie itu jatuh bergelimpangan ke tanah. Mereka memiliki anak panah di kepalanya. Sopo Barungan tidak pernah kekurangan anak panah karena anak panahnya selalu di isi kembali. Saat dia fokus menghancurkan zombie-zombie itu serta mengawasi Supono serta Surip yang memimpin para pejuang perisai, tiba-tiba saja pandangannya tertarik ke arah Barata.“Keparat!! Apa-apaan makhluk itu? Dari mana datangnya makhluk semengerikan itu? Bagaimana bisa zombie setinggi dan sebesar itu? Apa pak tua itu baik-baik saja? Tidak mungkin menghadapi makhluk sebesar itu tanpa persiapan yang matang, dan lagi pertarungan ini terjadi di dalam wilayahnya sendiri. Aku harap kau bisa menahannya pak tua sampai aku menghabisi zombie-zombie keparat ini,” ucap Sopo Barungan dengan lirihnya.Dia juga mengarahkan para pemanah untuk terus menembakkan panahnya. Dia belum menggunakan teknik {Panah Angin Pe
Barata bergegas menghampiri para pejuangnya, walaupun dia sedikit terhuyung-huyung. Dia berlari sekuat tenaganya, dan dia segera memeriksa mereka semua. Barata melihat para pejuangnya terluka akibat pertarungan sebelumnya serta ledakan yang terjadi beberapa saat lalu. Ketika dia melihat keadaan mereka, terbesit amarah dan rasa kekecewaan. Dia kecewa terhadap dirinya sendiri karena terlalu banyak berpikir dan mengkhawatirkan suatu hal yang belum terjadi.Pada saat dia melihat kondisi para pejuangnya lantas Sopo Barungan, Surip, dan Supono. Barata benar-benar tidak menyangka mereka akan terluka cukup parah, terutama Sopo Barungan. Dia segera kembali dan memanggil orang-orang untuk membawa semua pejuangnya kembali ke gua. Mereka tak memiliki seorang ahli pengobatan ataupun tabib. Namun, untuk membalut luka mereka masih mampu.Bowo yang datang bersama dengan para penduduk terkejut saat melihat kondisi di medan pertempuran. Mereka tidak pernah membayangkan bila