Ki Bejo nampak menoleh ke sana ke mari, mencari di mana kerisnya berada. Dia tak tahu bahwa pria itu sebelumnya telah menendang keris itu dan saat ini berada di bawah kulkas tak jauh dari tempatnya bersimpuh.
Namun entah bagaimana, Ki Bejo seperti menyadari keberadaan keris itu. Dia pun mulai meraba-raba ke bawah kulkas itu, berusaha meraihnya dengan jari-jarinya.
Pria itu menyeret kaki Mansa ketika dia hendak menghampiri Ki Bejo di bagian dapur. Musa langsung datang mencoba menolongnya. Namun pria itu hanya berteriak, melepaskan tekanan energi yang cukup besar. Tekanan energi yang dilepaskannya itu mendorong Musa cukup jauh dan membuat sebagian besar tubuhnya terurai.
Setelah itu pria tersebut kembali berjalan menghampiri Ki Bejo. Begitu sampai, diapun menginjak tangannya hingga patah.
“Sayang sekali, sepertinya tanganmu tak bisa menjangkau keris itu,” ujarnya nampak menatap d
Suara burung gagak itu menarik perhatian dua orang asing yang masih sibuk di perkarangan halaman. Mereka menyaksikan burung gagak berapi itu terus terbang menuju sedikit celah di bagian puncak dari kelopak bunga raksasa yang tidak sepenuhnya menutup itu.“Did you see that, mate?” tanya pria yang berkaca mata.“Apa mungkin itu Ki Bejo? Aku tak menyangka kalau dia juga chimera, tapi bentuk apa itu? Burung Phoenix?” balas pria yang berambut afro itu dengan berbahasa inggris.“Dasar bodoh, mana ada chimera model phoenix,” balas temannya.“Tapi entahlah, aku juga tak tahu apa itu. Sebaiknya kita coba periksa ke dalam,” seru pria berkaca mata itu, bergegas berlari ke dalam rumah.Begitu mereka masuk ke dalam rumah, ruangan tengah itu sudah begitu sesak oleh
Sementara itu, di halaman rumah terdengar suara Acil dan ‘Aini. Mereka nampak kebingungan sekaligus ngeri dengan kondisi di tempat itu.“Apa yang sebenarnya terjadi di tempat ini?” gumam Acil, menutupi mulutnya seperti sedang berusaha menahan diri agar tidak muntah.Wajah mereka nampak pucat. Mereka pun semakin tercengang begitu berdiri di pintu masuk rumah. Pada detik itu, Acil tak lagi kuasa menahan diri dan memuntahkan semua isi perutnya. Sementara ‘Aini masih nampak berdiri melongo di pintu masuk itu.Hingga tiba-tiba Mike sadar dan bangkit. Tanpa sepenuhnya sadar dengan kondisinya, dia membiarkan kain itu terlepas dari badannya.“Hey, Mike!” seru Mansa kaget, berusaha mengingatkan.Namun ‘Aini sudah terlanjur melihatnya. Dia berteriak dan sesaat kemudian pingsan, kaget karena ti
Mike masih diam saja, tak menanggapi pertanyaan kedua pria asing itu. Namun Mike cukup sadar bahwa pria berkaca mata itu tak begitu memerlukan jawaban darinya. Dari reaksinya, jelas terlihat kalau dia sudah bisa membacanya sejauh itu.“Aku cukup mengerti jika kau memilih diam soal ini, karena dia adalah orang yang paling dicari saat ini,” lanjut pria berkaca mata itu.“Aku tak tahu apakah ini juga ada hubungannya denganmu, tapi dari informasi yang kami dapatkan, dalam waktu dekat mereka akan kembali melakukan pergerakan di Eropa. Awalnya aku tak begitu mengerti karena dari kabar, katanya mereka akan berburu serigala di sana,” jelasnya.Mendengar cerita itu, reaksi Mike nampak berubah dan pria itu menangkap perubahan itu dengan cermat.Laki-laki itu nampak tersenyum karena deduksinya seperti mencapai titik temunya.&nb
Dia pun menjawab panggilan itu dengan raut wajah yang nampak tegang. “Tumben, ada perlu apa Pak Jenderal menelepon saya?” tanyanya berlagak bersikap tenang. << Mike, apa kau ada hubungannya dengan kejadian di Majalengka? >> Pertanyaan yang to do point itu sukses membuat Mike terdiam. [ Aku tak tahu apa motifmu, tapi apa yang telah kau perbuat ini benar-benar serius. Kau akan membuat negera ini kacau ] “Apa maksud Bapak berbicara seperti itu?” tanya Mike dengan ekspresi wajah yang semakin suram dengan wajah yang mulai pucat. Bagaimana dia tidak pucat, tiba-tiba saja seorang jenderal meneleponnya dan sekonyong-konyong bicara soal keamanan negara. [ Aku tak tahu apakah kau sudah menyadarinya atau belum.
Pada kisaran tahun 2011, beberapa tim ilmuan melakukan sebuah penelitian di beberapa titik di lingkar kutub utara. Mereka fokus meneliti segala kemungkinan bentuk kehidupan yang mungkin tersimpan membeku di bongkahan es di kawasan kutub tersebut. Namun, diantara sekian banyak peneliti tersebut, ada sebagian kelompok yang memiliki tujuan lain secara rahasia di beberapa titik di kawasan Siberia. Tujuan rahasia yang tidak diketahui oleh para pekerja yang ikut dalam proyek itu akhirnya menjadi malapetaka bagi rombongan tersebut. “Boris, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya salah seorang peneliti dengan Bahasa Slovenski standar kepada operator yang kebetulan adalah orang Slovenia. “Aku tidak tahu, tiba-tiba temperaturnya naik begitu tajam,” jawab operator tersebut panik. “Apa kau tahu sumbernya?” Tanya nya lagi. “Sepertinya dari bongkahan es yang sedang di gali,” terang operator itu bergegas turun dari tempatnya memonitor proyek menuju lokasi penggalian. Seorang peneliti dari Malaysia
15 Tahun kemudian, di sebuah kelas. “Isu pemanasan global bukanlah masalah remeh-temeh sebatas keresahan soal naiknya suhu ruangan kelas. Atau soal melesetnya prakiraan cuaca sehingga membuat beberapa siswa basah kuyup karena hujan yang sering kali turun tanpa sempat memberikan notifikasi di grup W*.” “Ini sesuatu yang serius, dan kenaifan kita dalam meremehkan isu tersebut menambah keseriusan masalah ini.” “Salah satunya, mengenai isu yang sudah cukup hangat sejak dua dekade terakhir, tentang naiknya permukaan air laut.” “Meski banyak yang berpendapat tenggelamnya bekas Ibu Kota negara kita, Jakarta, sejak lima tahun yang lalu bukanlah akibat dari pemanasan global. Misalnya, tentang teori penyedotan air tanah secara berlebihan.” “Kenyataannya, beberapa pulau di negara kawasan Polynesia sudah mulai hilang dari peta dunia. Satu yang pasti, pulau tersebut sama sekali tidak memiliki isu yang sama soal air tanah. Namun mereka tenggelam juga. ” “Satu lagi soal merebaknya virus Antrak
Keanehan Mansa selama di sekolah membuatnya sering dianggap sebagai anak yang tidak normal. Sudah sering beredar isu tentangnya sebagai anak indigo. Namun tak sedikit yang berpikir bahwa dia hanya suka ngigau atau gejala skizofrenia.Meskipun begitu ada juga yang sedikit percaya karena tak jarang Mansa bisa membantu orang-orang yang datang meminta pertolongan padanya. Seperti pada suatu hari ada seorang siswi dari kelas sebelah mendatangi Mansa. Beberapa siswa yang ada di kelas hari itu menyadari bahwa akan ada sesuatu yang menarik sehingga mereka mengikuti siswi tersebut mengerubungi Mansa. Mansa yang tahu apa yang sedang menhampirinya terlihat sedikit jengkel. “Sudah berapa kali kubilang, berhenti memperlakukanku seperti orang aneh”Sedikit ragu-ragu, siswi itu langsung berbicara kepada Mansa. “Maaf, aku butuh bantuanmu,” ujarnya.“Bantuan apa?” tanya Mansa singkat.“Kucing kesayanganku hilang,” terangnya.“Sumpah, bukan aku yang nyuri,” jawab Mansa menghindar. “Dan jangan coba-cob
Sudah hampir tiga tahun Mansa menjalani kehidupan sebagai siswa SMP dengan identitas yang dipaksakan oleh sosial pada dirinya sebagai anak indigo. Meski begitu, Mansa cukup pandai beradaptasi dan menjaga diri untuk tidak terlalu menjadi sasaran bully.Hingga pada satu kejadian kecil yang memicu rentetan masalah dalam kehidupannya, membuatnya tak lagi bisa menjalani kehidupan sebagai seorang anak SMP normal pada umumnya.Suatu ketika, Mansa meminta izin untuk keluar dari kelas karena panggilan alam. Efektivitas dari sistem ekskresinya membuatnya tak kuasa berlama-lama mengikuti presentasi yang sedang berlangsung. Dia pun bergegas ke toilet untuk memenuhi hajatnya.Tak lama setelah Mansa keluar dari kelas, Danu dan dua orang temannya mengikuti Mansa keluar sementara guru yang mengajar di kelas saat itu seperti tak peduli dengan mereka.Ketika tiga orang siswa tersebut baru sampai di toilet, Mansa baru saja selesai menyetor jatah pengeluaran hariannya dan hendak bergegas kembali ke kelas.