Share

Bab 4

Estrella Peligrosa: Dangerous Woman.

- 4 -

Seorang gadis terduduk lemas di samping gundukan tanah. Pakaiannya lusuh, rambut acak-acakan, mata bengkak dan tatapan kosong.

"Kenapa lo gak ajak gue sekalian ran," gumam gadis itu

Cairan bening kembali keluar dari pelupuk matanya, membasahi pipinya.

Posisi dan kondisinya tetap utuh dan sama seperti semula. Gadis itu terus menatap kosong.

Sebuah tepukan di bahunya membuat nya sedikit teralihkan, "ngapain lo disini?"

"L-lo siapa?"

"Gue?" gadis cantik itu menunjuk dirinya sendiri

Karin hanya mengangguk kecil, "gue Jihan, kenapa lo disini?"

Tatapan Karin kembali pada gundukan tanah disebelahnya, "siapa?"

"Orang penting buat gue,"

"Cowok lo?" terka Jihan

"Bukan,"

"Kalo bukan kenapa lo sampe segininya? Abang? Gak mungkin kan, kalo liat tanggal lahirnya, dia masih seumuran kita kok,"

"Lebih dari pacar dan abang, dia malaikat pelindung gue, dari TK,"

"Lo yang sabar yah," Jihan mengelus punggung Karin

Lagi-lagi Karin mengangguk, "lo ngapain disini?"

"Gue anak tukang penjaga makam disini, jadi emang sering aja main disini,"

Karin sedikit bergidik, "main kok di kuburan," gumam nya

"Kalo liat merk sepatu lo, lo anak orang kaya yah," terka Jihan

Karin menggeleng sambil tersenyum, "gue dari keluarga biasa aja, ini sepatu dari Karan,"

Jihan membulatkan mulutnya membentuk huruf 'o'.

"Lo sekolah dimana?" Karin menyeka air matanya sambil menatap Jihan.

"Greano High School,"

"Kok?"

"Behasiswa,"

"Lo sekolah dimana?" Jihan menatap Karin yang sedang mengangguk²kan kepalanya

"SMA Pelita,"

"Abang gue juga angkatan sana," balas Jihan

"Ohh, boleh minta nomer lo? Kayaknya lo anak nya asik,"

Jihan terkekeh, "gak punya hp gue,"

"Jaman kaya gini gak punya hp?" tanya Karin tidak percaya

"He'em"

"Gue, gak ada maksud ngehina, gue punya hp lama gak kepake, cuman ini merk tahun lalu, lo mau?"

Jihan tertawa kencang, "Astaga, sans ae, gue mau kok, bukan masalah juga, makasih btw,"

Karin tersenyum lega, "kalo gitu, kapan-kapan kalo gue ziarah ke Karan gue bawain yah,"

***

Pertemuanya dengan Jihan tadi nyatanya hanya obat penenang untuk kehilangan nya.

Karin pulang ke rumah dengan berjalan kaki, malam dingin dan sunyi menemani setiap langkah Karin.

Jika kalian mengira Karin akan pulang, kalian salah, Karin akan pergi ke rumah Sinta, mama Karan.

Karin sudah berdiri didepan rumah Karan. Ia mengetuk pintu kayu bercat coklat tua itu.

Setelah beberapa saat, pintu terbuka dan menampilkan sosok wanita dengan kondisi hampir sama seperti Karin.

Mengingat tadinya Sinta menangis bahkan menjerit saat pemakaman putranya.

Tidak hanya itu, dia juga tidur dengan memeluk gundukan tanah putranya hingga tetangganya memaksanya pulang.

Kedua wanita itu berpelukan erat. Tangis keduanya pecah begitu saja.

Setelah cukup lama berpelukan dan menangis bersama, keduanya masuk kedalam rumah yang rasanya begitu suram.

Keduanya duduk disofa dengan tatapan kosong. Rumah yang cukup mewah itu, benar-benar sunyi.

Satu jam sudah berlalu, namun tak ada perubahan posisi dari keduanya.

Kedua wanita yang tengah kacau itu terlihat diam dan tenang.

Tapi nyatanya, hati mereka tengah hancur sehancur-hancurnya. Kenangan manis saat bersama Karan berputar di kepala mereka.

Air mata mulai lolos begitu saja. Berjam-jam dengan posisi yang sama.

Setelah sekitar 4jam itu berlangsung, keduanya tertidur.

Waktu menunjukkan pukul 01.59, Karin terbangun dari tidurnya.

Tiba-tiba saja ia melihat Karan yang datang dari arah pintu dengan wajah pusat pasi.

Karin sontak berdiri dari duduknya. Matanya mulai berkaca-kaca melihat Karan.

Karan tersenyum kearahnya, namun yang membuat hatinya teriris adalah...

Kaki Karan yang tak lagi menginjak lantai. Kaki Karin melemas seketika.

Tiba-tiba saja terdengar suara tembakan. Namun Karin melihat sekitar, sama sekali tidak ada orang.

Ia menoleh kebelakang, namun saat ia kembali melihat Karan, posisi Karan masih sama.

Tapi, dadanya mengeluarkan darah. Karin mencoba berdiri, ia berjalan dengan langkah gontai ke arah Karan.

Namun langkahnya terhenti saat menyadari, semakin ia maju, semakin Karan menjauh.

Kini posisi Karan tepat berada didepan pintu. Karan tersenyum begitu manis ke arahnya.

Tapi...

Tiba-tiba saja, wajah Karan menjadi datar. Ia menggeleng kuat.

Keringat dingin mengucur di wajah gadis yang matanya terpejam.

Gadis itu terus bergerak gelisah, "KARAN!"

Sinta terkejut saat nama putranya diteriakkan oleh gadis yang sudah dianggapnya putri sendiri.

"Kenapa?" tanya Sinta dengan suara seraknya

"Karin mimpiin Karan ma," ucap Karin, dadanya naik turun

Sintah mendekap tubuh Karin, ia jelas tau bahwa Karin merasakan hal yang sama seperti yang ia rasakan.

Tiba-tiba saja seseorang membekap kedua wanita itu dengan handuk yang sepertinya sudah dicampur bius.

Keduanya tidak sadarkan diri setelah itu. Seseorang mengangkat tubuh keduanya.

***

Sinta dan Karin membuka matanya di ruangan gelap.Hanya ada satu lampu kuno yang membuat sedikit cahaya.

Keduanya sama sekali tidak terluka. Tangan dan kaki nya tidak terikat, mulut mereka juga tidak tertutup.

Telinga mereka mendengar suara langkah kaki yang berjalan mendekat.

Keduanya sama sekali tidak panic. Seseorang datang dari arah kegelapan.

Yang pertama kali dapat mereka lihat adalah, setelan jas berwarna navy.

Korek api yang terus dibuka tutup tanpa jeda. Langkah itu kian mendekat.

Samar-samar wajah pria itu mulai terlihat. Dan yah,saat pria itu berdiri dibawah sumber cahaya.

"Karell?"

Tbc.

Eyoww! Gimana-gimana part kali ini?

Penasaran gak sama si Karell?

Menurut kalian kematian Karan itu pure karna penyakit atau... dibunuh?

Mimpi Karin tadi sekedar mimpi atau... clue?

Menurut kalian Karell ini akan seperti apa kedepannya?

Soal Jihan, kira-kira dia bakal sering muncul atau tadi pertemuan pertama dan terakhir?

Lihat part selanjutnya aja oke?

Next gak?

Next gak?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status