Share

Bab 3

Estrella Peligrosa: Dangerous Woman.

- 3 -

"Karin gak tahan bun, Karin cape," keluh gadis yang tengah dalam dekapan seorang wanita paruh baya.

"Emang mama kamu ngapain lagi?" Lia bertanya sambil mengelus punggung Karin

"Karin semaleman tidur di luar bun, Karin mau ikut bunda aja, Karin gak mau tinggal sama mama,"

"Bunda ngerti, kamu mau tinggal disini sementara?" Lia bertanya pada Karin yang langsung di jawab anggukan.

"Baju-baju sama alat sekolah Karin gimana?"

"Biar saya ambil kan tante," balas Karan

"Yasudah, hati-hati ya ran?" peringat Lia

Karan mengangguk dan tersenyum, ia mengelus bahu Karin, "lo tenang aja, gue bakal selalu ada buat lo kok,"

Setelah itu Karan melenggang pergi. "Yaudah ayok beresin kamar kamu yuk,"

***

Dua orang remaja tengah berjalan di taman. Malam yang dingin menemani keduanya.

"Makasih,"

"Buat?"

Karin menatap Karan yang berdiri disampingnya, "lo udah rela bolak-balik jakarta-bandung buat gue,"

Karan terkekeh kecil, "omongan lo, kayak sama siapa aja,"

"Lagian, gue kesini juga gak ada ruginya, untung malahan," Karin yang mulanya menatap lurus, kembali menatap karan

"Emang untungnya apaan?" Karin bertanya dengan wajah yang menurut Karan, menggemaskan.

"Banyak,"

"Ya apaan," Karin menjawab dengan nada yang mulai, kesal.

Karan sedikit terkekeh, "disini banyak pemandangan bagus, contohnya lo,"

Karin menabok wajah Karan, "Astagfirullah, malah kena tabok,"

"Serius dong-!"

"Ntaran aja, masih mau sekolah gue mah,"

"Lagian juga gue belum punya penghasilan, mau gue kasih makan apa lo,"

Karin yang awalnya tidak mengerti maksud Karan, ia melebarkan matanya saat mengerti maksud ucapan Karan.

"BUKAN SERIUSIN YANG ITU-!"

Karan justru tertawa geli, "iya-iya maap,"

"Ran, denger gak?"

Karan menghentikan langkahnya, mencoba mencari.suara yang samar-samar didengar olehnya.

"Hm, tapi gak keras,"

Karin berjalan mendekat ke arah semak-semak sumber suara itu.

Semakin dekat, semakin keras, jarak Karin dengan semak hanya beberapa langkah.

Karan sedari tadi memandangi Karin dari jauh. Karin sudah berdiri tepat di depan semak tersebut.

Dannn..."KARANNN-!"

***

"Kamu yakin mau pulang?" Lia memegang bahu Karin

"Yakin bun, lagian udah seminggu Karin gak sekolah bun," Karin tersenyum simpul

"Yaudah hati-hati yah, kamu sering-sering kesini yah," Lia berpesan pada Karin sambil tersenyum

"Siap, nitip dia yah bun,"

Dari arah pintu terlihat Karan yang memasuki rumah minimalis itu, "udah siap semua,"

"Karin duluan yah bun," kedua wanita itu berpelukan erat

Setelahnya Karin dan Karan beranjak pergi. Mobil keduanya melaju dengan kecepatan sedang.

"Minggu depan kesini lagi yah ran," Karan masih menatap depan

"Boleh, sekalian bawain bunda apa gitu,"

"Emang mau bawain apa?" Karin menatap Karan, Karan masih tetap menatap depan

"Gak tau juga, lihat nanti," balas Karan, sedari tadi pandangan Karin tak lepas dari Karan

"Jangan liatin gue gitu, ga enak," Karin merubah posisinya, "ya sorry,"

Perjalanannya cukup lama. Karin sudah tertidur, melihat Karin yang terus terusik karna kepalanya terus terbentur.

Karan mengambil bantal leher di dashboard lalu menaruhnya di leher Karin perlahan.

Ia mengusap kepala Karin lembut. Kemudian ia kembali fokus menyetir mobil.

***

Karin berdiri menatap rumah yang cukup besar namun penuh luka di hadapan nya.

Ia menghela nafas kasar, kaki jenjangnya berjalan memasuki rumah itu.

Saat membuka rumah, terlihat Ibu dan adiknya tengah menonton tv, Karin hanya berlalu.

"Bagus-! Seminggu gak pulang, pulang-pulang gak punya sopan santun," Selly berdiri dari duduknya

"Abis ngejalang dimana lo kak?!" Karin yang mulanya tetap berjalan, seketika berhenti.

Ia berbalik, menatap Hana tajam. "Jaga omongan lo-!" sentak Karin

"APA-APAAN KAMU BENTAK ANAK SAYA?!"

"Karin kan juga anak mama," lirih Karin

"Iya anak. Anak pembawa sial! Pembunuh! Penjahat! Gara-gara kamu suami saya meninggal, gara-gara kamu anak saya gak sempurna-!" Selly berteriak dengan lantang

Setelahnya Selly menarik Hana pergi. Tepat setelah kepergian keduanya, Karin terduduk lemas.

"Gue gak pernah pengen jadi penyebab semua itu, hiks..hiks..hiks. Kenapa papa yang meninggal? Kenapa gak Karin aja? Kenapa?!"

***

Pagi ini Karin berangkat ke sekolah pagi-pagi sekali. Yang membuatnya merasa aneh, sekarang sudah jam ke4, namun matanya tidak menemukan Karan.

"Karan kemana," gumam Karin

"Baik anak-anak, jam mengajar ibu sudah habis, kalian bisa istirahat,"

Karin membereskan barangnya dengan Kasar. Ia membawa tas nya pergi bersamanya.

Kakinya berlari ke arah pohon biasa ia dan Karan bersama. Terlihat secarik kertas, yang terselip dibawah akar pohon yang keluar.

Gue sama sekali gak ngarepin lo baca surat ini rin, tapi emang udah gak mungkin buat lo gak baca surat ini.

Kemarin pertemuan terakhir kita rin, gue seneng kemarin bisa lihat senyum lo dan wajah tenang lo saat tidur.

Karin mengernyit bingung, "maksudnya apa?" gumam nya

Ada satu hal yang harus lo tau rin, GUE SUKA SAMA LO. Iya lo Karin.

Karin menutup mulutnya, "Karan, suka gue?"

Tapi sayang, kita gak mungkin nyatu sekalipun lo juga suka sama gue.

Karin kembali mengernyit heran, "maksudnya apaan sih, kok gak nyambung,"

Saat lo baca surat ini, mungkin gue udah di dalem liang lahat.

Karin menggeleng kuat, "Gak-gak mungkin, ini pasti cuma prank,"

"GAK MUNGKIN-! KARAN-!"

Sakit rin...

Tbc.

Eyyow-! Gimana-gimana? Part ini feel nya nyampek gak sih?

Kira-kira yang ditemuin apa yah? Author sendiri belum kepikiran dia nemu apa?

Kucing? Anjing? Atau bangkai? Masak bangkai dijagain. Terus kenapa harus treak?

Dahlah lihat ntar aja. Tapi agaknya kalian tau yang ditemuin apa.

Simpen jawabannya sendiri-sendiri yah. Ntar buktiin aja si Karin nemu apaan.

Soal Karan, menurut kalian penyebab Karan meninggal apa?

Masa sakit? Karan kaya sehat-sehat aja tuh. Kecelakaan? Tapi kapan?

Lihat aja nanti yah, author juga belum kepikiran Karan kenapa meninggoy.

Oke

Next gak?

Next gak?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status