Share

Bab 6

Estrella Peligrosa: Dangerous Woman.

- 6 -

Sebuah mobil berwarna hitam, berplat nomor B, berhenti didepan sebuah rumah yang bisa dibilang cukup mewah.

Itu rumah Karan, rumah Karin masih rumah minimalis. Lima orang remaja turun dari sana, lengkap dengan kacamata yang menutupi iris mata indah mereka.

Kelimanya memakai barang-barang branded dari atas hingga bawah.

Terlihat seorang gadis seusia mereka tengah menjemur pakaian dengan wajah yang sepertinya agak kesal.

Karin terkekeh, "ternyata dia cocok yah kaya gitu," Jovan merangkul bahu Karin.

Karna tatapan dari ketiga teman nya Jovan memilih damai dan melepas tangannya.

Mereka mulai berjalan mendekat kearah gadis itu. Hingga kelima remaja itu berada di dekat nya, gadis itu sama sekali tidak menyadarinya.

"Ekhem," Karin berdehem guna menyadarkan kehadiran mereka.

Gadis itu mendongak, ia terkejut saat melihat Karin. Ia meneliti Karin dari atas hingga bawah.

Mulai dari barang-barang branded yang melekat disekujur tubuhnya.

Tangan yang dikuteks dengan motif yang glamour. Rambut yang diombre dengan ujung berwarna ungu.

Dan yang lebih membuatnya terkejut. 4 orang remaja yang datang bersama kakaknya, serta mobil mewah berwarna hitam yang terparkir rapi dibelakang kelima remaja itu.

"Ngapain lo kesini," sinis Hana

"Ambil barang," Karin berucap singkat lalu berjalan kearah rumah.

Namun baru beberapa langkah, "cariin kardus kenangan lo sama Karan?" gadis itu terkekeh

Sontak saja Karin berbalik, "lo apain kardus itu?" tanya Karin sinis

"Gue bakar," Hana tertawa berbahak-bahak setelahnya

Karin mendekat ke arah Hana, ia menendang bak berisi pakaian basah yang hendak Hana jemur.

"Berani banget lo nyentuh barang peninggalan Karan! Hah!" tangan Karin terangkat untuk menampar Hana, dan...

Plak!

Seorang wanita berdiri didepan pintu, menyaksikan putrinya ditampar keras.

"Hei anak sialan! Berani sekali kamu menampar anak saya!" teriaknya

Wanita itu berjalan kearah Karin. Tangannya ia layangkan untuk menampar Karin.

Karin mencengkram lengan Selly, "stop! Anda fikir, saya akan selamanya diam anda tindas?!" Karin menghempaskan tangan Selly.

Ia terkekeh, "tentu tidak!"

"Gayamu! Kamu tuh gak bisa hidup tanpa mama! Uang dari mana kamu, kalau bukan dari mama!"

Lagi-lagi Karin terkekeh, "uang? Apakah anda mengajak saya hitung-hitungan?"

"Okay, sejak TK SD SMP SMA saya masuk jalur behasiswa. Anda tau itu, dan tentang makan, bukankah tabungan ayah saya masih ada hingga kini? Tapi apa? Anda selalu memberi makan saya kalau tidak mie ya telur, sedangkan Hana? Tidak jarang anda mengajaknya ke restaurant mahal. Lalu apa yang ingin anda hitung?"

Keempat remaja ini memilih tidak ikut campur. Mereka hanya memantau Karin dari jauh.

"KAMU YAH! 2 BULAN GAK PULANG, PULANG-PULANG JADI KURANG AJAR KAYAK GINI! MAU JADI BERANDALAN SAMA MEREKA? OHH ATAU KAMU UDAH DIGILIR YAH SAMA MEREKA? MAKANNYA MEREKA MAU KASIH KAMU SEBANYAK INI! IYA HAH?!"

Keempatnya mendekat kearah Karin, "mohon jaga ucapan anda, Karin tidak seperti Hana anak anda yang setiap malam menjadi wanita penghibur di club," ujar Morgan

"Cih! Tidak usah fitnah anak saya, kamu!"

Lio terkekeh, "tante...tante, saya sudah tidak habis fikir liat kalian ini,"

"Udah maknya jalang, ehh anaknya jalang juga," saut Jovan

"Kalian ini! Tidak punya sopan santun semuanya!" teriak Selly sambil menunjuk wajah kelimanya satu persatu.

Tidak lama sebuah mobil mewah berwarna putih datang. Seorang wanita seusia Selly keluar dari mobil itu.

"Berani sekali anda menunjuk anak-anak saya!" teriak Sinta

"Anak kamu? Anak kamu udah mati dua bulan lalu!" teriak Selly

"Anak aku gak cuma satu yah! Dan Karan, gak akan rela liat orang yang dia sayang diperlakukan kaya gini!" teriak Sinta

"Lagi pula apa hak Kamu memarahi anak saya?!" teriak Sinta

"Anak kamu?! Karin anak aku! Aku yang-

"Dia bukan anak kamu! Dia anaknya Lia! Bukan kamu! Jadi kamu gak usah halu!" teriak Sinta

"Dan satu lagi! Kamu mengungkit tentang uang yang kamu keluarkan untuk Karin bukan?" Sinta mengeluarkan uang dari dalam tas nya, ia melemparkannya diatas Selly

"Udah anak-anak ayo pulang," mereka semua pergi ke mobil masing-masing.

"Awas kamu Karin! Saya akan balas kamu!" teriak Selly

Kedua mobil mewah itu melaju cepat. Bahkan hingga pasir yang ada disana terbang karna ulah mereka.

"Kita akan balas mereka, Hana."

***

"Nasib barang penting lo sama Karan gimana?" tanya Jovan

"I don't know," balas Karin sambil menatap lurus kedepan

"Barangnya udah ada dirumah kata mama," ujar Lio sambil menghadap ke belakang

Mata Karin berbinar mendengar ucapan Lio, "beneran?"

"aaaaa, mama emang paling the best," ujar Karin kegirangan

"Lev, lo kenapa sih?" tanya Karin

"Lo pada tau gak? Masa kata mbak wina laptop gue rusak, nasib ciwi-ciwi gue gimana?"

Sontak saja keempat temannya memutar bola mata malas. Mereka kembali ke kesibukan masing-masing.

"Lo pada gada prihatin-prihatin nya dah," rengek Levi

"Serah lo lev, serah lo," ujar Jovan.

***

"Apakah kita akan pulang bu?" tanya sopir yang tengah mengendarai mobil milik majikannya ini

"Hm,"

Terdengar suara dering ponsel milik Sinta, tertera nama Karrel disana.

"Hallo,"

"..."

"Why?"

"..."

"I don't care,"

"..."

"Hm,"

"..."

"Bye,"

"Bisa lebih cepat? Usahakan sampai sebelum anak-anak, kamu tau kan bagaimana cara Morgan mengendarai mobil?"

"Baik bu, saya akan menyesuaikan nya,"

Mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi. Mobil itu memasuki sebuah komplek.

Dimana disana hanya ada 12 mension megah milik Greano Family.

Hanya orang-orang yang bekerja untuk Greano Family, yang mendapat fasilitas rumah mewah.

Terdapat satu mension khusus untuk pekerja Greano Family. Mereka juga difasilitasi satu mobil dan lima motor.

Mobil itu berhenti didepan salah satu mension bernuansa eropa.

Sinta turun dengan anggun, ia duduk di mension nya sambil memainkan HP nya.

Tak lama kemudian seorang pria datang dan duduk dihadapan nya.

"Kenapa wajahmu masam?"

"Lagi-lagi Selly membuat perkara, kenapa kau tak menghabisinya saja Karrel?" balas Sinta

Karrel terkekeh mendengar penuturan kakaknya, "memangnya apa yang dia lakukan, sehingga kau sekesal ini?" Karrel balik menanyai Sinta

"Berusaha merusak kenangan Karin dan Karan," bukan Sinta yang menjawab, melainkan Morgan

"Kalian sudah sampai? Duduklah," titah Karrel

Mereka semua kemudian duduk, namun tidak dengan Karin, "Karin, sini sayang," Karrel menepuk paha nya

Karin pun duduk di pangkuan Karrel, gadis itu menundukkan kepalanya.

Karrel mengangkat dagu Karin agar menatapnya, "kenapa hm?"

"Karin mau ketemu mama, pah," ujar Karin

"Mama kamu bukan orang yang baik, berapa kali papa harus bilang Karin," balas Karrel sambil menatap putri nya itu

"Tapi Karin mau ketemu mama pah," Karin tetep kekeuh dengan pendiriannya

"Mama itu licik kak, lo belom tau aja, dia pernah hampir bunuh gue, cuma biar papa kasih tau dimana lo," saut Lio

"Dengerin omongan adek kamu, papa ga mau kamu jadi korban mama kamu sendiri," balas Karrel

"Emang mama sebahaya apa sih?" tanya Karin sembari menatap lekat papanya

Huft, "kamu bakal tau sendiri mama kamu sebahaya apa, tapi nanti, kalau udah wak-

"Udah apa suamiku? Ups, mantan suami maksudnya, cantik banget anak mama, kangen gak sama mama?"

Tbc.

Wihh, muncul nih manusianya, kira-kira gimana yah kelanjutan ceritanya?

Pasti pada bingung, katanya Karin anaknya bunda Lia, kok?

Maksudnya gimana sih?

Penjelasanya ada di part selanjutnya, jadi tunggu part selanjutnya yah.

Nanti disana bakal dijelasin, tentang siapa mama Karin yang sebenarnya.

Cuma dua nihh yang ada dipikiran kalian sekarang. Yang pertama, namanya sama-sama Lia.

Yang kedua, Sinta bilang Karin anak bunda Lia, ya karna bunda Lia yang selama ini selalu ngertiin Karin.

Kalo mau tau hasilnya, tunggu part selanjutnya, oke?

Next ga?

Next ga?

Next lah masa enggak?

Ehh next gak nihh?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status