THE GUARDIAN : WILLIAM CORPS'S BANKRUPTCY : The World’s Economy is Shaken Up!
Manhattan, NY. Berita mengejutkan datang dari William Corp; perusahaan teknologi, perminyakan dan infrastruktur yang dalam beberapa waktu terakhir masih menempati posisi satu dunia. Dilansir dari Routers, perusahaan multinasional ini mulai mengalami penurunan saham sejak satu bulan yang lalu. Nilai sahamnya terus merosot, bahkan saat ini sudah menyentuh kisaran harga—
Crystal mengerang, melempar ponselnya ke dashboard mobil. Xavier salah. Bukan tiga hari, tapi perlu waktu satu bulan bagi Leonidas untuk meratakan William Corp.
Menekan pedal gas keras-keras, Crystal melajukan Lamborghini Aventador putihnya membelah jalan private yang menghubungkan gerbang utama dengan 
FOUR SEASONS HOTEL, New York—USA | 02:15 PM"Terima kasih. Jika bukan karena kau, Axelion mungkin masih uring-uringan." Crystal menoleh pada Aiden yang tengah mendorong kursi untuknya, sementara beberapa pelayan menata makan siang sekaligus menuangwinemereka. "Kau bahkan melewatkan makan siangmu untuk mengajaknya bermain piano.""It's okay,"jawab Aiden, seraya memutari meja lalu duduk di depan Crystal. "Lagipula, aku lebih suka makan bersamamu." Ekspresi Aiden datar, tapi Crystal tetap bisa merasakan cinta yang besar di mata Aiden."Apa aku harus mengulangi kalimatmu?""Hm?""Berkata jika aku juga lebih suka makan bersamamu?"Aiden tersenyum. Senyum yang hanya akan diberikan pada Crystal saja. Lelaki itu mengulurkan tangan, menggenggam jemari Crystal dan mengelus lembut cincin pertunangan mereka. "S
INQUIRETA's office, Manhattan, New York—USA | 04:01 PMSetelah memastikan pegawainya menempelkan plester terakhir ke jemari Aiden dengan benar, Crystal meminta orang itu segera keluar dari ruangannya. Dalam waktu yang cukup lama, dia dan Aiden duduk bersebelahan tanpa mencoba membuka obrolan. Keduanya kompak memusatkan perhatian pada televisi yang menampilkan berita kebangkrutan perusahaan Xander.Perekonomian dunia memburuk, diakibatkan terkena efek domino terkait ancaman kebangkrutan William corp. Beberapa aksi dilakukan oleh para pekerja di seluruh dunia untuk menuntut pembatalan PHK. Dimulai dari Hong Kong, Jerman, Canada, Belanda, Amerika, dan kini merembet ke wilayah Asia. Bukan hanya para buruh pekerja, beberapa perusahaan yang berkaitan dengan William Corp juga terkena imbasnya. Beberapa dari mereka memilih melepaskan saham, tapi tidak sedikit juga yang memilih mempertahankan—yakin jika
"Jika aku jadi kau, aku tidak akan segan mematahkan lehernya." Suara geraman sengit membelah udara di belakang mereka. "Selain menjadiA ranker,dia hanya anak Charlotte! Bahkan, dia bangkrut! Dia tidak bisa seenaknya bersikap kurang ajar kepadaS rankersepertimu!""Wah! Apa itu berarti aku juga tidak boleh bersikap kurang ajar padamu?" tanya Xander pada si pemilik geraman. Tanpa menoleh, Xander tahu itu suara Alexandre Dominguez, lelaki pirang bermata biru sepantaran Xander yang baru naik pangkat menjadiS ranker Tygerwellsatu bulan yang lalu.Alex menggeram. "Apa itu hal yang masih perlu kau tanyakan?""Seseorang pernah bilang padaku; jika kau malas bertanya, kau akan tersesat." Xander berputar dan menatap Alex malas-malasn. "Aku sedang berusaha agar tidak tersesat. Bukan begitu, Rex?""Terserah kau saja," jawab Rex datar.
Xander mengerang, merasakan mulut Crystal yang panas dan basah, manis. Xander tersentak keras begitu Crystal membelai belakang tengkuknya ringan—perlahan dan sensual—membuat rasa lapar dan kebutuhan menjalari tulang punggungnya."Crystal." Xander melenguh, ketika bibir Crystal membalas pelan dan lembut pagutannya. Seakan ingin berlama-lama. Seakan ini harus jadi panjang, membuatnya gila.Xander melepaskan bibir dan memandang Crystal, mengagumi penampilan perempuan itu yang begitu sempurna. Bibir yang manis dan hangat. Lekuk tubuh yang menggoda untuk disentuh. Mata birunya menatap Xander sayu, berkabut, seakan kehilangan fokus. Sial. Tubuh Xander menegang, ia menangkup bagian bawah kepala Crystal lalu mencium perempuan itu lebih brutal dari sebelumnya.Erangan Crystal, menggetarkan tubuh Xander.Dia sudah bisa membayan
"Aku lapar, lelah, dan ingin mandi!" keluh Crystal. Matanya menatap nanar kuku-kuku yang tidak digandeng Xander. Tadinya, Crystal menyukai hasil nail art dari perpaduan warna coklat dan emas, tetapi sekarang jadi kotor. Dia tidak terlihat lagi seperti Crystal Leonidas!Xander masih bisu.Bibir Crystal mencebik. "Xander! Bawa aku pulang. Rambutku juga sudah kusut. Aku maunanny-ku!"Xander tetap diam, terus berjalan dan menggandeng Crystal."Xander! Kau tidak mendengarku?!"Tetap tidak ada jawaban."William!!!""Ssttt!" Bebarengan dengan desisannya, Xander menarik Crystal ke salah satu lorong jalan. Menyembuyikan tubuh mereka, lalu menatap sekitar. Penuh kewaspadaan.Seketika, jantung Crystal berdebar keras. "Apa yang mengejar kita terlihat lagi?"
Ranjang yang bergerak-gerak membangunkan Crystal.Crystal mengerjap, menyadari sinar matahari yang menembus atap kaca kotor dan menerangi kamar loteng ini. Wajah Xander terlihat, dibingkai cahaya memesona dan tampan seperti biasanya, tapi juga menyebalkan dengan senyum mengejek yang tersungging di sana.Rambut Xander masih basah, badan kokoh lelaki itu sudah terbungkus rapi; celana jeans biru, kaus oblong putih, dan jaket kulit coklat. Astaga, lelaki ini lebih tampan dibanding pemain TV Series Spanyol!"Good morning, sleepyhead," sapa Xander.Berisik.Crystal menutup matanya lagi. Tempat ini terlalu nyaman, aman, segar, dan tenang—cocok untuk tidur seharian. Sudah lama rasanya Crystal tidak tidur sedamai ini. Senyenyak ini. Kenapa dia harus bangun?"Crys! Kenapa kau tidur lagi?!" Xander menarik selimut Crystal.
"Sepertinya perempuan jelek ini penting bagimu." Alex melangkah ke hadapan Crystal dengan langkah penuh percaya diri, menyentuh dagunya, kemudian menatap Xander. "Haruskah kita bawa dia juga?"Xander terlihat makin tegang dan marah, tapi Crystal sudah tidak memedulikan itu ketika ucapan Alexandre lebih mengganggunya. “Jangan sentuh di—““Bitch!” "Jelek katamu! Berkacalah! Kau lebih jelek, berengsek!" Umpatan Crystal beradu dengan erangan Alexandre ketika lutut Crystal menendang di pusat diri Alexandre. Di senternya.Sepersekian detik Crystal melihat Xander menganga, lalu berkata, "Sentermu pasti sakit," ringis Xander berkebalikan dengan tatapan mengejeknya pada Alexandre. "Aku harus memeringatkan Zoe. Kasihan jika dia tidak sengaja menerima lelaki yang asetnya sudah—""Diam kau, setan!" teriak Alex."Maksudmu De
"Nona Crystal, Tuan muda Aiden masih menunggu di bawah."Crystal mengerang dan memeluk bantal lebih erat, sementara ketukan di pintu kamar dan suara pelayan terus terdengar berkali-kali. Seharusnya Crystal sudah keluar, menemui Aiden setelah mengganti baju—seperti yang dia katakan tadi. Tapi, jangankan berganti pakaian, turun dari ranjang pun Crystal enggan. Terutama dengan kiriman pesan Xander yang sudah berhenti.Tidak ada maaf.Tidak ada kata terima kasih."Dasar si bangkrut sialan!" Crystal menggerutu, melihat lagi profil Xander dan memandangi foto terakhir lelaki itu. Bertanya-tanya bagaimana lelaki ini bisa bebas? Kenapa bisa sesantai itu? Kenapa tidak memperlakukan Crystal seperti tuan putri seperti yang lain? Apa lelaki itu buta? Atau, apa dirinya yang memang sudah tidak menarik?Lagi, Crystal berteriak di bawah bantal ketika suara ketukan kembali terd