"Iya." jawab Natalie dengan nada terpaksa. "Selamat anda berdua telah resmi menjadi suami istri." ucap sang penghulu. Keduanya hanya terdiam sampai Darren bergerak cepat dan membuat Natalie terbangun dari lamunannya. "Natalie awassss!!!!" teriak Darren yang segera mendekap istrinya dan terjatuh dari kursi. Tembakan itu meleset dan Natalie diselamatkan oleh Darren. Penghulu itupun terbunuh di tempat dan semua orang seketika kacau dan panik karena insiden tembakan itu.
Darren dengan pelan memeluk Natalie dan mengajaknya merangkak keluar melalui pintu belakang. Semua orang sudah keluar lewat pintu depan termasuk orangtua Darren dan Natalie yang ternyata sudah kenal sejak lama.
"Dimana sang pengantin, Louis?" Victor bertanya kepada Louis yang merupakan ayah Darren sekaligus sahabat lamanya, "Entahlah, bagaimana bisa semua ini terjadi dalam satu hari. Choki, dimana Fransisca?" teriak Louis yang tampak khawatir.
Natalie dan Darren terjebak di pintu belakang. Sentuhan Darren yang begitu dekat membuat jantung Natalie berdegup cukup kencang akan tetapi, dia tidak mungkin jatuh cinta lagi dan Natalie terus menolak bahwa perasaanya salah. Dia tidak akan mencintai pria yang telah menjebaknya dan menyiksanya di neraka seperti ini. Dia sempat bertatapan dengan mata Darren yang melihat ke arah luar karena memperhatikan situasi dan kondisi.
"Boss!!" Darren dan Natalie yang terkejut pun segera menoleh ke arah belakang, "Boss, ngapain disini, boss? Malam pertama ya nanti malam kenapa sekarang, boss?? Astaga, bosss." keluh Adem sembari memegangi kepalanya karena dia melihat pasangan yang baru saja menikah itu sudah berdekatan seolah ingin berhubungan intercourse.
"Heh Adem, sembarangan kalau ngomong. Di depan gimana udah aman? Ada yang terluka selain penghulu itu?" ucap Darren panik, ponselnya berbunyi yang membuat Adem tak jadi menjawab pertanyaan itu, "Halo, Pa. Papa sama Mama dimana sekarang?" tanya Darren ketika menjawab telpon dari ayahnya.
"Papa sama Mama serta mertua kamu juga baik-baik saja. Kamu dimana, kamu harus segera kembali. Natalie baik-baik saja, kan?" tanya Louis yang terdengar khawatir, "Dia baik-baik saja, Pa. Baiklah, kami akan segera ke depan untuk menyusul." Darren menutup telponnya setelah selesai. Dia membawa Natalie ke depan dan Natalie tidak menolak karena pada dasarnya dia masih shock dengan apa yang baru saja dia lihat dan terjadi. Dia menyaksikan penghulu itu mati tertembak sedangkan, dia terjebak dengan Darren yang kini resmi menjadi suaminya.
Dia tidak pernah sekalipun memikirkan bahwa itu semua akan terjadi. Dia selalu membayangkan pergi dengan Cavero, menikah dan punya anak dari Cavero akan tetapi, semua harapan itu pupus ketika Cavero menghilang tanpa jejak, tanpa kabar dan tiba-tiba diculik oleh seseorang dan terancam mati. Natalie sama sekali tidak bisa berpikir hidupnya akan begitu hancur bahkan ketika kepingan debu dari hatinya itu masih tertahan di penjara seseorang, suaminya sendiri kini. Entah apa yang dipikirkan oleh Darren sehingga dia melakukan hal yang gila seperti itu.
Natalie mengira Darren lah pelaku dibalik semua pernikahan palsu itu, akan tetapi, dia tidak akan memarahi Darren saat ini karena pernikahannya dan semua insiden itu terekam dalam suatu siaran langsung. Para wartawan juga sudah mendekat dan ingin mewawancarai Darren, namun, Darren menolak hal itu tanpa ucapan sepatah kata pun. Orangtua Natalie dan Darren pun kembali ke rumah masing-masing. Sedangkan, Natalie ikut kemana Darren akan membawanya karena saat ini dia duduk di samping Darren dalam satu mobil yang membuat Natalie merasakan sesak napas karena dia begitu membenci Darren.
Darren Louis Carter adalah anak pertama dari Louis Carter dan Stacy Carter. Dia pernah menikah dengan Bella Carter yang mati karena dibunuh oleh orang yang misterius tahun lalu, kasus pembunuhan Bella ditutup dan hal itu sempat membuat Darren mati rasa. Darren tak pernah jatuh cinta lagi dengan wanita lain sampai dia bertemu Natalie malam itu. Dia tidak melakukan apa pun dan dia tidak mengerti bahwa dia dijebak dalam pernikahan ini.
Darren memiliki dua adik yaitu Elvin Carter dan Fransisca Carter. Dia membawa istrinya ke rumahnya yang tak jauh dari rumah kedua orangtuanya. Rumah itu besar dan memiliki 3 lantai serta ada 6 kamar belum termasuk kamar belakang para asisten rumah tangga. Ada pengawal yang selalu berjaga siang dan malam serta supir. Darren memiliki banyak koleksi mobil dan dia tidak menyiapkan apa pun untuk Natalie di kamarnya. Tidak ada hadiah, tidak ada dekorasi kamar dengan bunga mawar yang dirangkai dalam bentuk cinta maupun lilin aroma selayaknya pasangan yang baru-baru menikah.
Natalie masih terlihat kesal dan marah, dia tidak tau harus berbuat apa di rumah orang apalagi di rumah orang asing seperti Darren. "Aku tau kamu sedih, Natalie. Tapi, aku juga sama-sama dijebak..." ucap Darren terbata-bata, dia mencoba menjelaskan kepada Natalie namun, Natalie justru terlihat sedih dan menangis, Darren yang melihat itu pun segera mendekat dan ingin sekali dia memeluk Natalie akan tetapi, dia takut akan penolakan. Hati Natalie terasa begitu rapuh untuk Darren dan dia tidak bisa memaksakan diri untuk terus dekat.
"Bukan cuma kamu yang sedih dan terluka. Aku juga, Natalie. Aku hanya tidak menunjukkannya." Darren duduk di depan Natalie yang masih menangis. "Bagaimana pun caranya aku ingin bercerai, Darren. Jangan berpura-pura kamu terluka karena semua ini. Kamu senang, kan?" bentak Natalie kepada Darren.
"Apa alasan aku harus senang menerima semua ini, Natalie?" Darren balik tanya. "Karena aku tau kamu naksir sama aku kan, kalau tidak kamu sudah pasti tidak akan merencanakan ini semua. Kamu menculik Cavero dan kamu menggantikan posisi dia. Kamu tau aku akan lari jadi, kamu mengancam aku. Jika aku tidak menikah dengan kamu maka, Cavero akan mati. Benar, kan Darren Louis Carter?" ucap Natalie kesal sembari melihat nama Darren yang tertera di atas tembok.
To be continued...
"Lihatlah video ini!!" Natalie duduk di samping suaminya dan memperlihatkan video yang dikirim oleh Christoper melalui ponselnya. Darren juga sama terkejutnya melihat hal itu akan tetapi, dia tau beberapa alasan mengapa semua ini bisa terjadi dan dia tak yakin jika istrinya mau menerima fakta ini. "Aku tau, kamu pasti frustasi akan tetapi, dia tak memiliki hubungan dengan Arslan. Semua ini murni niatnya sendiri. Jika kamu terima fakta tersebut, aku tidak keberatan menceritakan semuanya dan aku mohon kamu lupakan saja. Demi aku, Nat?" Darren memegang kedua telapak tangan istrinya dan memelas. Namun, Natalie justru berkaca-kaca dan berat sepertinya mengabulkan keinginan istrinya. "Natalie, kalau kamu di posisiku. Apakah kamu mau jika orang yang kamu sayang terluka dan menderita? seperti aku yang tak ingin kamu untuk terluka. Tolonglah, kali ini saja." Darren terus memelas akan tetapi, Natalie justru tak bisa menahan tangis air matanya. Tangisnya pecah di hadapan suaminya.Dia bukan ha
"Natalie Carter. Senang sekali bisa melihatmu lagi." Natalie tak sadar ada yang datang dari belakangnya dan menaruh pisau di lehernya sebagai ancaman. Dia tidak bisa bergerak karena tangan sebelah pria itu menahan badannya sementara satu tangannya yang tadinya memegang ponsel mencoba untuk melawan akan tetapi, dia kalah cepat dengan pria yang memakai baju hitam dan bertopeng. Arslan datang dengan kejutan dari depan pintu. Dia tak menggunakan topeng, hanya saja menggunakan cincin yang memiliki mata biru beda dengan anggota yang lain yang memiliki mata hijau. Dia tersenyum lebar dan tatapannya benar-benar menakuti Natalie. Dia berteriak dan minta untuk dilepaskan serta bertanya apa mau Arslan dengan datang kemari. "Jika aku hancur, kalian juga akan hancur. Perdagangan senjata dan obat-obatan illegal yang dikirim Victor melalui kapal Carter. Semuanya akan terbongkar." ucap Arslan dengan memasang wajahnya yang menyeringai mendekat ke hadapan Natalie. "Kamu tentunya sudah tau siapa aku,
Beberapa tahun yang lalu....flashback.Dia dilahirkan di sebuah rumah kecil di tengah hutan. Pakaiannya terbuat dari baju yang sudah tak terpakai dan banyak tambalan di bajunya yang terlihat lusuh. Dia bermain bersama teman sebayanya dan bahagia di saat itu. Namun, masalah uang selalu menjadi hal utama yang ingin diselesaikan. Ada banyak kebutuhan dalam hidup ini sehingga harus bijak dalam mengelola keuangan. Dia kehilangan kedua orangtuanya dan tinggal sendiri dalam panti asuhan. Dia memutuskan untuk keluar dari panti asuhan dan bekerja di kapal yang berlayar dari tempat ke tempat. Dia menemukan sebuah ide dan berbisnis dari temannya yang sempat meninggal dan dia iseng membelah dadanya, menyimpan organ itu rapi di dalam pendingin kemudian menjualnya. Penjualan itu tentu membuahkan hasil yang tak sedikit. Seiring berjalannya waktu, dia memiliki klinik sendiri setelah salah seorang pria kaya memesan organ jantung untuk anak-anak untuk menyelamatkan anak mereka. Saat itu, dia memiliki
Natalie terkejut ketika dia sudah sampai di bandara dan dia menerima telpon dari Nolan yang mengabarkan bahwa kondisi suaminya saat ini sedang kritis karena tertembak. Dia segera menuju ke rumah sakit dan menangis khawatir di sepanjang perjalanan. Dia tak tau harus mengatakan apa akan tetapi, dia hanya berharap kepada yang Maha Kuasa agar suaminya baik-baik saja dan dapat melewati masa-masa buruk ini. "Apa yang terjadi, Nolan?" Natalie berlari ke arah Nolan dan memegang erat kerah baju Nolan yang memerah karena ada noda darah. Dia berteriak khawatir dan Nolan hanya bisa menenangkan Natalie dalam pelukannya. "Darren akan baik-baik saja, percayalah. Dia hanya terkena 2 peluru." Natalie spontan melepaskan pelukan Nolan dan menatap mata Nolan dengan serius."Apa katamu, bagaimana bisa hal itu terjadi? bukankah dia mengatakan dia akan mundur dan berhenti saat itu. Apa akibatnya jika membunuh Ford. Mereka sama bahayanya dengan Liam." sekarang Nolan yang menatap Natalie serius sementara Nat
Natalie mencoba menelpon suaminya akan tetapi, tak ada jawaban lagi sementara mobilnya sudah terparkir di depan rumah seseorang. Rumah itu memiliki desain sederhana dan minimalis tak terletak di suatu komplek akan tetapi, berada di desa dan dekat dengan kearifan lokal dapat dibuktikkan dengan masyarakatnya yang masih berkeliling mengenakan baju adat untuk merayakan sesuatu. "Dok, kita sudah sampai di lokasi." ucap Shena sembari melihat ponsel yang menunjukkan petanya. "Kamu yakin dia mau bertemu disini?" tanya Natalie yang tak begitu yakin dengan tempatnya. "Ini sudah sesuai dengan mapnya. Kita masuk saja." Natalie masih ragu sehingga dia tak mau keluar dari mobil."Telpon dia terlebih dahulu, aku ingin tau apakah dia benar-benar disini atau tidak." perintah Natalie karena dia ingin memastikan bahwa tempat ini aman. Shena pun menelpon pria tersebut dan pria itu menegaskan dia sedang menunggu di dalam. Bahkan, dia melambaikan tangannya melalui jendela agar Natalie percaya bahwa tempat
Natalie tak tau siapa yang harus dipercaya saat ini apalagi ada kenjanggalan di rumah sakitnya sehingga, dia hanya berdiskusi dengan para teknisi mengenai pintu itu dan dia meminta kepada mereka untuk membuka pintu itu. Karena Natalie adalah petinggi rumah sakit sehingga mereka tak berani menolak permintaan Natalie."Salah satu dari kalian pasti tau kenapa ruangan itu di dirikan?" tanya Natalie menatap semua orang yang ada di ruang rapatnya dengan tatapan tajam. "Ini adalah file otopsi Bella Carter dan dia di otopsi oleh dokter Clinton lalu, mengapa file ini ada di klinik pribadi milik saya?" Natalie melemparkan dokumen itu tepat ke hadapan Clinton. Dia sedang emosi kali ini akan tetapi, dia sudah memeriksa siapa mereka sehingga dia tau tidak akan ada keterlibatan dari pelaku. "Kami diperintah, Dokter. Kami diperintah 20 tahun yang lalu untuk membangun tempat itu dengan cepat. Kami terima karena kami dibayar 2x lipat dari gaji kami biasanya. Mereka juga memberi kami bonus dan rumah b