Xander menunggu Alice yang masih belum memasuki kamar nya dan ia masih berdiri di depan pintu gadis itu. Sementara dari kejauhan, suara gelak tawa sudah mulai terdengar membuat Xander sadar bahwa Alice sudah berjalan ke arah nya bersama dengan Logan yang masih asik menggoda gadis itu "Yak!! Xander? Ada apa?" ujar Alice dan Logan saat mendapati lelaki itu yang sedang berdiri di ambang pintu kamar mereka.
"Mengapa kau tidak masuk? Kau takut sendirian?" seru Logan sedikit menggoda Xander
Pasalnya mereka memang memutuskan untuk tidur satu ruangan dengan ranjang yang terpisah, Xander kan bisa masuk lebi
Xander segera memasuki mobil Logan yang terparkir di depan sekolah, usai ia memberikan surat ijin dan menyerahkan tugas mereka bertiga. Xander bergegas keluar dari gerbang sekolah, "Xander, segera masuk!"Usai Xander masuk, mobilHammeritu bergegas meninggalkan lokasi sekolah, Alice yang duduk di belakang menatap layar handpone nya yang sedang berada di tangan nya. Xander melirik gadis itu dari kaca spion dan segera menatap Logan karena lelaki itu mengajak nya berbicara. "Apa kepala sekolah mengijinkan kita?"
Alice sudah berada di tengah ruangan itu dan kaki nya memijak sombol yang bahkan tidak ia tau simbol apa. Sosok bertopeng tadi mengambil tempat di salah-satu bagian kosong dari simbol itu. Tidak hanya satu sosok bertopeng, namun dari kejauhan sudah ada beberapa orang bertopeng yang mendekat ke arah Alice. Mereka ikut berdiri di masing-masing simbol yang ada di tengah. Membuat Alice seketika merasa sesak karena tidak lagi bisa melihat Xander yang tadi ada di depan nya."Kau yakin Alice akan baik-baik saja?" guman Logan yang berdiri di sebelah Xander"Aku yakin, lagi pula ini hanya lah ritual pengembalian ingatan. Tidak ritual yang lain, Alice hanya akan dibawa kembali ke dalam masa lalu nya!" seru Xander tenang. Selagi Logan menatap ke ruangan itu, Xander mengambil duduk dan membaca buku nya lagi.Suara nyayian mulai terdengar dari para manusia berjubah itu, mereka mengelilingi Alice dengan teratur. Alice memejamkan matanya saat mulai pusing den
MobilhammerLogan sampai di rumah besar bertingkat itu, Logan dan Alice sudah turun duluan. Namun Xander tidak, lelaki itu masih menatap rumah itu. Rumah yang memang memiliki banyak rahasia yang tidak bisa ia ungkap kan dengan sebuah kebenaran. Siapakah yang harus ia percaya? Oliver yang dulunya adalah sosok sahabat untuk nya atau lelaki yang sudah merawat nya sejak dulu.Kaca pintu mobil di sebelah nya di ketuk, Xander memalingkan wajah nya dan menatap Alice yang juga sedang menatap nya dari luar. Xander menarik nafas nya dalam, ia lalu keluar dari dalam mobil dan menatap kedua sahabat nya "Jika kau tidak ingin membicarakan nya pada kami, itu tidak apa Xander. Pasal nya, kau seperti memiliki beban berat setelah berbicara dengan mereka!" ujar Logan menepuk bahu Xander dan lebih dulu memasuki rumah itu. Sengaja meninggalkan Alice dan Xander.Alice masih berada di belakang Xander, tangan nya ter-ulur hendak menggapai pundak lel
Seusai makan bersama, Yuki langsung menuju kamarnya yang sudah rapi, harum plus buat tenang deh pokoknya.Yuki hendak menutup pintu kamarnya, namun tiba-tiba Leon juga masuk. Yuki menaikkan alisnya, jangan bilang dugaannya ini benar."Tidur bareng ya!" Ujar LeonYuki mesem, sudah dia duga."Ngak boleh!" Ujar Yuki"Ya, pliss sayang. Aku takut tidur sendiri!" Ujar Leon memelas"Takut sama pocong bang??""Bukan!" Ujar loenYuki menaikkan alisnya lagi, pasti Leon mau ngegombal"Takut di tinggal kamu!" Ujar LeonYuki kicep, Leon ini bukan raja gombal deh, receh banget. Unfaedah sekali, basi."Ha-ha-ha! Udah, sana pigi-pigi!" Usir Yuki setelah tertawa receh. Mirip ketawa mak lampir di serial film-filmnya.Leon keukuh, dia melompat ke ranjang dan berpura-pura tidur. Astagahh, batin Yuki. Pacarnya itu emang jago banget deh buat gemes. Pengen cubit jadinya. Alhasil, Yuki pun ikut naik ke ranjang setelah menutup pintu
Mr.Tanaka mengusap dagu nya yang mulai ditumbuhi dengan rambut-rambut halus yang mulai memutih. Ia meneguk kopi yang berada di atas meja nya, menatap selembar surat yang lagi-lagi diberikan oleh sosok di depan nya. Pria tua itu menatap ketiga murid yang menurut nya adalah murid pentolan dari sekolah ini, dengan tatapan bertanya. "Ada apa lagi ini?" seru nya setelah membaca surat itu lagi."Kami akan ijin seperti keterangan yang sudah ada di surat itu pak!" jawab Logan santai"Tidak bisa, kalian sudah izin selama 2 hari dan masih ingin meminta ijin lagi? Sekolah kita terpilih untuk olimpiade ajang Nasional, kalian sebagai kandidat yang saya rekomendasikan. Dan, olimpiade nya nanti!"Alice, Logan dan Xander saling menatap, mengerutkan kening mereka masing-masing "Aku rasa kami bisa menolak nya Sir, ini memang keadaan yang sedang genting. Kami harus pergi!" seru Alice"Mengapa kalian bertiga harus pergi bersama-sama? Tidakkah urusan k
Xander sudah kembali dan menghampiri teman-teman nya yang berada di area kantin aula besar itu. Olimpiade diadakan di salah-satu sekolah elit yang begitu bergengsi. Bahkan, semua sistem nya sudah secara Internasional. Alice yang tidak sengaja menatap Xander yang berjalan ke luar dari aula langsung melambaikan tangan-nya "Xander, disini!"Gordo langsung memalingkan wajah nya, dan seketika itu juga ia berdecak tidak suka. Terlebih saat menatap Alice membalas senyum Xander yang berjalan ke arah mereka. Semakin membakar amarah di dalam hati Gordo."Ini, aku sudah memesan untuk mu!" seru Logan saat Xander sudah duduk di sebelah Alice yang menyambut lelaki itu dengan senyum nya. Logan lalu sadar bahwa Gordo yang duduk tepat di depan Alice sepertinya sedang mengeluarkan aura yang tidak sedap. Api-api kecemburuan yang tidak biasa."Kalian sudah makan?" seru Xander sambil menatap Alice dan Logan, beserta Karin yang sedang sibuk dengan ponsel nya. Dan se
"Sudah siap? Bawa barang seperlunya saja!" guman XanderAlice selesai, ia membawa tas ransel nya. Sama dengan Xander yang juga hanya membawa tas ransel berisi barang-barang yang akan mereka pakai di perjalanan nantinya. Xander menutup buku nya, ia menatap Alice yang sudah berada di depan nya "Kenapa kalian lama sekali?Dan, dimana Logan?" seru Xander sambil bangkit dari duduk nya"ak...aku datang, aku datang!"Xander dan Alice menatap Logan yang datang sambil membawa tas dan koper. Xander menatap Alice "Itu barang mu?""Tidak, aku hanya membawa ransel ini saja. Dan, aku sudah lama siap hanya saja Logan yang meminta ku untuk membantu nya packing!"Tristan yang baru saja turun dari lantai dua dengan ranselnya menatap Logan yang membawa sebuah koper besar. "Itu apa? Mengapa kau membawa barang begitu banyak?"Logan menatap satu-persatu orang yang ada di depan nya. Ia menatap Xander yang hanya membawa ransel pun
Mobil yang sedang di kendarai oleh Logan berhenti di pengisian bensin, Xander yang masih tertidur mulai mengerjapkan matanya saat ada yang meniup-niup wajah nya dengan jahil. Ia membuka matanya dan terkejut saat Logan yang berada di depan wajah nya, dengan seringai yang menyebalkan. Ia menatap ke arah sebelah nya, Alice sudah tak lagi berada di samping nya."Alice lagi keluar!" seru Logan saat tau apa yang sedang dicari oleh Xander"Dimana dia?" ujar Xander"Tadi dia berada di sana!" tunjuk Logan sambil menunjuk ke arah pepohonan yang cukup rindang "Tapi, aku tidak melihat nya lagi di sana!" sambung Logan menutup selang pengisian bensin nya dan membayar biaya bensin yang ia pakai."Tangkap!"Logan langsung menangkap sesuatu yang dilempar oleh Tristan, ia menatap botol soda beralkohol yang sekarang sudah berada di tangan nya "Yak, aku tidak tau kau juga pecinta soda ini. Alice tidak bisa melihat ini. Bisa-bisa kita dima