Klontang!
Dari yang awalnya memakai baju zirah tebal. Sekarang dia hanya menggunakan pakaian yang telah lusuh. Suara zirah terakhir jatuh ke tanah menandakan pertarungan akan kembali berlanjut. Kami bertiga kembali mengambil posisi. Hanya Luna saja yang masih terduduk di atas tanah. Sepertinya dia sudah tidak bisa ikut bertarung.
Saat kami masih sibuk mencemaskan Luna. Tanpa peringatan makhluk itu menerjang dengan cepat ke arah kami, tepatnya ke arah Nossal. Gerakannya sangat cepat hingga membuat Nossal terlambat bereaksi. Sebuah pukulan dilancarkan olehnya mengincar kepalaku.
Meski terlambat bereaksi, Nossal masih dapat menahannya dengan bagian punggung tangan kirinya. Tetapi karena posisi bertahannya tidak sempurna, di tambah kekuatan makhluk itu yang besar membuat itu sia-sia. Alhasil Nossal terpukul hingga terpental ke belakang.
Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Leon mengarahkan pisaunya ke arah makhluk itu mencoba menusuknya. Bukannya waspad
Saat aku tersadar, aku berada di sebuah kegelapan. Melihat sekeliling, aku perlahan berjalan. Tiba-tiba di depanku muncul sebuah cahaya menyilaukan. Di ikuti suara keramaian yang samar-samar. Di antara suara tersebut terdengar suara yang familiar di telingaku“Kalau kau ingin menjadi teman kami. Kau harus menarik saklar itu terlebih dahulu.”“Iya, benar. Jika tidak, kami tidak mengakui mu sebagai teman kami.”Cahaya tadi perlahan meredup, membuat padanganku menjadi jelas. Aku melihat beberapa anak kecil yang sedang bermain di sebuah ruangan yang seharusnya tidak boleh di masuki. Seorang anak maju ke depan. Sosoknya menjadi pusat perhatianku.Dia maju sembari mengulurkan tangannya. Dengan ragu-ragu dia meraih tuas yang ada di depannya“Hentikan!”Aku berusaha menghentikannya tetapi tidak dapat kulakukan. Suaraku tidak terdengar olehnya.Meski terlihat kesulitan, anak kecil itu sekuat tenaga menarik t
Cerita di mulai setelah hari perubahan. Sejak hari itu, kami berlatih untuk menguasai kekuatan aneh yang kami dapatkan. Dari segala arah kami terkepung oleh berbagai monster. Hanya sekolah kami satu-satunya tempat yang tidak dapat di masuki oleh monster itu, sebuah shelter bagi kami. Meski begitu, kami membutuhkan makanan dan beberapa kebutuhan lain untuk bertahan hidup3 hari berlalu. Keadaan semakin memburuk. Cadangan makanan di dalam sekolah habis tak tersisa meski kami berpuasa dan hanya makan sekali dalam sehari.Pada saat itu beberapa murid sudah dapat menggunakan kekuatannya. Pada hari selanjutnya terbentuklah kelompok yang memiliki tujuan mencari bahan makanan di luar area shelter. Tetapi atas perintah kepala sekolah anggota kelompok itu hanya boleh di isi oleh murid kelas 8 dan 9 saja.Meski begitu tidak banyak orang berani masuk ke kelompok itu. Dari total 300 murid kelas 8 dan 9. Hanya 23 orang saja yang bergabung.Akhirnya pa
Hanya dengan sekali serangan, Luna mengalahkan skeleton pemanah itu. Setelah itu, dia segera menyusul Leon serta lainnya yang tengah bertarung dengan skeleton berpedang Tidak seperti skeleton pemanah yang lemah. Skeleton berpedang yang mereka lawan tampak lebih kuat. Pergerakannya yang lincah, serta pedangnya yang tajam menyulitkan kami. Jika kami salah bergerak bisa saja kami tertebas olehnya Luna yang baru saja sampai langsung melancarkan bola api. Tetapi dapat dihindari oleh skeleton itu. Dengan amarah yang meledak-ledak Ryan menyerang skeleton itu secara membabi-buta. Dia dapat memojokkan skeleton itu. Meski monster itu kuat. Kami masih unggul dalam jumlah. Pukulan Ryan berkali-kali di tahan oleh monster itu dengan pedangnya. Dengan di bantu oleh Leon yang menyerangnya dari belakang, skeleton itu tampak kesulitan menghadapi mereka berdua. Berusaha menjauh dari mereka berdua. Skeleton itu melompat jauh ke belakang. Tetapi dengan sigap Rudy membuat
Pagi itu di dalam gua, kami menghabiskan waktu untuk saling mengenal. Hanya perkenalan sederhana seperti share nama dan sedikit cerita. Aku cerita pada mereka bahwa aku pergi meninggalkan sekolahku untuk berpetualang dan menolak untuk cerita lebih jauh. Tidak terasa langit mulai terang. Bagi mereka ini waktu untuk mencari makanan. Ryan, Rudy, Venda berniat keluar untuk mencari makanan untuk kami makan. Makanan yang mereka bawa sebelumnya sudah habis di tengah cerita “Kalau begitu kami pergi dulu” Mereka bertiga bergegas keluar sambil membawa sebuah keranjang anyaman. Di luar mereka berdiskusi sejenak “Kemarin kita sudah pergi ke arah sana...” kata Venda sambil menunjuk arah barat “... jadi bagaimana jika kita pergi ke arah sebaliknya, gimana?” “Ngikutlah, sama aja bagiku. Bahkan aku tidak tahu kemarin kita kemana” ucap Ryan setuju Ketika mereka bertiga sedang menentukan arah mana yang akan mereka ambil. Terdengar suara
Hari semakin siang. Hutan yang tadinya terasa dingin berangsur-angsur hangat. Saat ini kami sedang bersiap untuk membuat makan siang. Dengan bahan yang kami dapat pagi tadi. Kami hendak menjadikannya sup sederhana dan membakar daging hewan yang kami bunuh kemarin. Pada akhirnya tugas memotong di serahkan pada aku dan Ryan. Venda, Luna, dan Rudy tidak tahan melihat sisa darah di tubuhnya. Sedangkan Leon juga tidak dapat di harapkan karena tangannya yang patah. Kami berdua sendiri tidak pernah melakukan ataupun melihat pemotongan hewan. Jadi kami benar-benar kesulitan. Karena itu kami memutuskan untuk memotongnya dengan sembarangan. Masing-masing dari kami hanya mengambil bagian yang memiliki warna merah mulai dari kaki depan ke atas. Kami menghindari bagian perut karena merepotkan jika sampai membedah isi perutnya. “Lain kali aku tidak akan mau melakukan hal seperti ini” keluh Ryan “Apa yang kau katakan. Bukannya kau yang ingin makan daging?” j
Setelah makan-makan kemarin. Dengan cepat Nossal dan yang lain terlelap. Setelah beberapa hari menghadapi berbagai bahaya dan bertahan hidup di dalam hutan misterius. Mereka akan kembali ke tempat yang aman. Shelter. Tak terasa pagi telah tiba. Kicauan burung segera membangunkan mereka. Satu hari di dunia yang telah berubah ini kembali terlewati. Geraman serigala dan suara tulang skeleton yang lalu lalang tak lagi terdengar. Dalam keadaan tersebut, kami segera bersiap untuk keluar dari hutan. Ketika aku membuka mataku. Ternyata Venda telah bangun terlebih dahulu. Di susul oleh diriku, kemudian Ryan. Setelah itu, kami membangunkan mereka yang masih tertidur. Di antara kami, orang yang paling susah di bangunkan adalah Luna. Meski dia yang paling kuat ternyata dia adalah orang yang susah bangun pagi. Selain itu, untuk suatu alasan yang tidak jelas. Dia benar-benar menghindari bersentuhan dengan laki-laki. Bukan tanpa alasan. Sejak bertemu dengan dirinya. Aku tid
Sesampainya di dalam ruangan. Kami melihat seorang perempuan terbaring di atas selimut berwarna hijau muda dengan motif bunga, di dekat dinding, dengan kedua tangan terlipat di atas dada. Dia dikelilingi oleh beberapa guru. Melihatnya membuatku teringat cerita putri tidur dan 7 kurcaci.Suara ricuh dari luar terdengar cukup keras. Suara itu berasal dari kumpulan murid yang penasaran dengan apa yang terjadi di dalam kelas ini. Beberapa dari sampai ada yang mengintip melalui pintu, jendela untuk melihat apa yang terjadi. Hasilnya, suara mereka terdengar cukup mengganggu bagiku. Aku telah melihat apa yang terjadi. Bagiku dia tampak seperti sedang tertidur pulas dan tentu saja tidak ada yang dapat dilakukan.Aku berjalan mendekati Luna. Tampak dia sedang berbicara dengan lelaki paruh baya yang mengenakan setelan berwarna coklat. Sepertinya dia merupakan salah satu guru disini.“Luna, di mana lokasi perpustakaan di sini?”Ketika aku bertanya, mereka yang sedang berbicara menghentikan pembi
Hari semakin gelap, matahari yang telah tenggelam. Tergantikan oleh bulan yang memancarkan sinarnya dengan indah. Selain diterangi oleh cahaya bulan dan bintang. Cahaya dari beberapa obor yang dinyalakan di beberapa sudut sekolah ini membantu menghilangkan kegelapan. Di situasi saat ini, sebuah teriakan terdengar dari luar ruangan. Lima orang berdiri di depan ruang penyimpanan makanan. Mereka sadar ada penyusup yang masuk ke dalam ruangan yang mereka jaga. Selain itu, penyusup itu memakan cadangan makanan yang seharusnya menjadi milik bersama. “Kami tahu kau ada di dalam. Keluar kau, penyusup” Seorang lelaki yang berdiri di tengah berteriak memanggil. Menjawab panggilannya, Nossal keluar dari dalam ruangan itu. “Keluar juga kau. Apa yang kau lakukan di dalam?! Kelas berapa kau? Bagaimana kau dapat membuka ruangan ini?” Beberapa pertanyaan diucapkan sekaligus oleh lelaki tadi. Dengan ekspresi menyeramkan, mereka tampak sedang mengintimidasi Nossal. Tentu saja, itu sama sekali tida