Berdiri di depan jalan masuk ke dalam gedung, aku hampir tidak dapat melihat apa pun. Berjalan masuk perlahan sambil meraba-raba sekitar membuatku sedikit demi sedikit mulai paham bagian dalam mall ini. Pada lantai 1 bagian lobby, berbagai jenis pakaian dipajang pada beberapa rak pakaian, meskipun semua telah hancur dan berserakan dimana-mana. Dengan jumlah yang tidak terlalu banyak dan telah rusak, pakaian-pakaian itu telah berserakan di lantai yang kotor dan lembap dikarenakan kebocoran di beberapa sisi bangunan. Selain itu, lantai 1 juga terdapat supermarket dan beberapa konter reparasi handphone dan jam. Setelah menyusuri area lantai 1, aku berdiri di tengah bangunan, di depan tangga yang menghubungkan lantai 1 dan 2. Sebenarnya dari tengah bangunan mall ini aku sudah dapat melihat area lantai 3 yang sepertinya merupakan area food court.
Aku beberapa kali menoleh ke pintu masuk dan area sekitar untuk memastikan apakah ada monster di dalam ataupun di luar bangunan, tidak l
“Dasar pembunuh!”“Anak terkutuk!”Sambil terus mencaci-maki, orang-orang saling dorong-mendorong. Tetapi berkat polisi yang mengawal, dia tidak mengalami kekerasan fisik. Seorang anak kecil telah dinyatakan sebagai tersangka atas kejadian mengerikan yang menewaskan kurang lebih 14 orang. Setelah dilakukan investigasi, ditemukan seorang saksi yang melihat seluruh kejadian tersebut. menurut pengakuannya, memang benar bahwa penyebab dari musibah ini adalah anak kecil tersebutTapi, sesuai hukum negeri ini. Anak kecil itu tidak dapat dimasukkan penjara. Sebaliknya, orang tuanya yang akan bertanggung jawab. Sedangkan anak itu akan dibina di LPA(Lembaga Pembinaan Anak). Saat ini, anak kecil tersebut telah berubah menjadi remaja. Meski begitu, dia tidak dapat hidup tenang seperti biasa. Dia diperlakukan buruk oleh semua orang yang mengetahui tentang masa lalunyaHingga suatu hari*CRIIINNNG*Bunyi bel berdering tanda waktunya istirahat“Hei Nossal. Apa kau sudah lihat anime yang tayang kemar
Bingung dengan apa yang sedang terjadi, aku menangis. Hatiku terasa perih melihat kepergiannya “Apa yang terjadi denganku?” tanyaku dalam hati sambil menggenggam bagian baju di depan dadaku Tidak lama setelah itu, rasa kantuk yang tadi sempat hilang kembali lagi. Itu mataku terasa sangat berat dan aku kehilangan keseimbangan. Tanpa aku sadari, kesadaranku telah pudar. *** “Hiiyyaaaa!!!!!!” Sebuah jeritan membuatku terbangun. Begitu aku membuka mata, hal pertama yang ada dihadapanku adalah langit yang telah berubah menjadi gelap. Di bawah cahaya bulan, aku tergeletak di atas tanah, di tengah lapangan. Merasakan sensasi aneh pada pipiku, aku menyentuhnya. Bekas tetesan air mata masih tertinggal disana. Dengan cepat aku mengelapnya menggunakan pergelangan tanganku. Karena tidak ingin terus terbaring di tanah, aku mencoba untuk duduk. Kepalaku yang terasa sakit disertai pusing membuatku sedikit kesulitan untuk duduk. Ketika mengamati keadaan sekitar. Aku melihat pada beberapa murid
“Hei, sampai kapan kau tidur.... Hoi, anjing!” Teriak seseorang sambil menendang-nendang bahu seorang yang pingsan. Tetapi tidak ada respon sama sekali. Merasa diabaikan, salah satu orang yang menendangnya mendecak lidah “Tch, sepertinya dia sudah terlalu sering mendapatkan siksaan hingga tidak merasakan apa-apa ketika kita beginikan. Bagaimana menurutmu, Les?” “Masuk akal juga omonganmu, Galang. Bahkan pukulan keras dari Pak Senja sebelumnya hanya membuatnya sedikit mundur” “Bagaimana jika kita gunakan itu untuk membangunkannya?” “Oh? itu ide yang bagus” Setelah sepakat menggunakan sesuatu yang disebut itu, mereka berdua mundur beberapa langkah lalu membuka kepalan tangannya. Sebuah partikel-partikel air berkumpul ke satu titik hingga membuat sebuah bola air sebesar bola basket. Dengan senyuman jahat, pria bernama Lesmana itu menjatuhkan bola air itu ke arah muka pria yang sedang tidak sadarkan diri tersebut. Karena dinginnya guyuran air yang tiba-tiba, pemuda itu terbangun. De
Setelah menunggu cukup lama di depan gerbang sekolah, akhirnya yang lainnya juga terlihat. Mereka berjalan menuju kami yang sudah dari tadi menunggu. Dengan jumlah sekitar 15 orang, kami bersiap membasmi monster serigala yang ada di luar. Mereka berkali-kali melihatku yang sedang dalam posisi berlutut dengan kedua tangan ditahan oleh Lesmana dan Galang. Hingga pada akhirnya orang terakhir datang, aku melihat ke sana kemari, mencari keberadaan Rokka. Meski aku memperhatikan satu per satu wajah murid yang ada di sekitar, aku tetap tidak dapat menemukannya. “Kemana dia kira-kira” ucapku dalam hati. Tidak lama kemudian, sebuah suara tepukan tangan mengambil perhatian kami semua. Sosok itu adalah Dicky yang berada di tengah kami. Setelah mendapatkan perhatian semua orang. Dengan menunjuk ke arah luar gerbang sekolah, ia berbicara, “Hari ini kita akan melakukan pembasmian serigala yang ada di luar sana” “Tunggu Boss, apa kita bisa mengalahkan mereka? Maksudku, melihat jumlah mereka yang
Hari-Hari berjalan begitu cepat. Tanpa henti, Dicky beserta kelompoknya terus-menerus membantai monster serigala di luar dengan tujuan untuk meningkatkan level dengan cepat. Sementara itu, melihat kelompok Dicky yang dengan mudah mengalahkan serigala itu menyebabkan semakin banyak murid-murid lain yang ikut mencoba. Mereka menamai kegiatan meningkatkan level itu farming. Berbeda dengan makna sebenarnya yang berarti pertanian atau melakukan pertanian, itu lebih mengarah pada unsur game yang berarti membunuh monster untuk meningkatkan level. Melihat murid-murid mereka yang masih dibawah umur melakukan hal di luar norma kemanusiaan dengan membunuh monster serigala yang masih tergolong sebagai hewan, Beberapa guru tidak setuju dengan murid-murid itu. Mereka tidak melarang hal itu karena keberadaan monster serigala itu memang sebuah ancaman. Hanya saja, mereka merasa kalau apa yang dilakukan para murid sedikit berlebihan. Meski bertujuan baik, nasihat beberapa guru itu justru berakibat b
Hari ke-7 setelah dunia berubah dimulai. Kemarin, sebelum melakukan tugas sebagai umpan seperti biasa, terdengar kabar bahwa kegiatan farming akan mulai memperluas daerah. Dari yang awalnya dalam radius 100 meter di sekitar sekolah, sekarang mereka memperluasnya menjadi 500 meter. Selain dari jumlah monster yang semakin sedikit di sekitar tempat ini, jumlah makanan yang ditemukan di swalayan atau toko terdekat sudah hampir tidak tersisa. Lagipula seiring bertambahnya level, semakin kuat pula kemampuan kelompok Dicky. Tidak aneh jika mereka menelusuri daerah lain. Ketika aku terbangun, suasana dingin dan gelapnya ruangan masih sama seperti sebelum aku tidur. Sambil mengusap mataku, aku bergumam, “Apa ini sudah pagi?” Tidak dapat kembali tidur, aku mencoba untuk kembali memainkan musik untuk membantuku kembali tidur. Beberapa kali, aku meraba tempat di mana aku meletakkan handphoneku, “Ini dia!” Setelah menemukannya, aku mencoba menekan tombol power untuk menyalakannya. Setelah beb
Sekitar 2 jam telah berlalu sejak kegiatan ini dimulai. Monster yang selalu kami temui hanyalah serigala. Karena sudah bosan melawan serigala yang lemah, satu demi satu anggota kelompok mulai merasa bosan. Tidak terkecuali kelompok Dicky. Galang yang telah mengalahkan puluhan serigala sendirian juga mengalami hal yang sama. “Hah~, dari kemarin yang kita lawan hanya serigala saja. Membosankan” Membunuh serigala sangatlah mudah dengan adanya sihir elemen. Dengan sekali serangan dari sihir elemen api saja sudah cukup untuk menumbangkannya. Padahal, pada saat dunia belum berubah, menaklukkan seekor serigala saja secara tradisional sangatlah sulit. Jika tidak ada yang namanya senjata api, aku pikir manusia juga tidak akan berani melawannya secara langsung. Tetapi, efek dari kegiatan ini juga cukup besar. Disebabkan penggunaan sihir elemen yang masih belum dikuasai secara maksimal, pohon yang ada di pinggir jalan terbakar oleh serangan elemen api yang meleset, beberapa bangunan yang rusak
Beberapa detik yang lalu... “BOSS!!!” teriak Galang kepada bosnya. Melihat Rinjani yang nyawanya sedang terancam membuat Galang meneriaki bossnya sendiri. Sebenarnya, dia ingin membantu Rinjani dengan tangannya sendiri. Tetapi, dia tidak berdaya. Serangan bola apinya tidak menimbulkan apa-apa kepada monster itu. Saat ini, semua mata terus menatap kearah Cerberus itu. Tanpa bisa mengalihkan pandangannya, Semua yang ada disini dipaksa melihat teman-teman mereka, terbunuh satu per satu dengan cukup mengenaskan. Dan sepertinya, sebentar lagi akan korbannya akan kembali bertambah Melihat itu, wajah galang mulai memucat. melihat Rinjani yang akan mati tepat dihadapannya. Seakan tidak ingin menerimanya begitu saja, dia mulai berlari. Lesmana yang kebetulan berada di dekatnya, setelah memberikan pesan berantai, menggenggam tangan temannya itu. “Hentikan!