Deni tertawa puas melihat Candra dan keluarganya seperti sedang kebakaran jenggot atas kasus skandal Candra, setidaknya kasus ini menjadi pelajaran untuk Candra. Ting[Keluarga Candra mau menutup kasus ini dan dianggap salah orang] anak buah Deni yang menjadi mata - mata mengirimkan persan kepada Deni.Bibir Deni tersungging, Deni memiliki saham terbesar dari perusahaan media masa tersebut. Deni menghubungi rekan kerjanya untuk menolak permintaan kerja sama oleh keluarga Candra. "Sekuat apapun keluargamu berserta dirimu untuk menutup berita itu tetaplah hal yang mustahil!" Deni tersenyum smirk sambil menatap berita viral mengenai berita viral Candra."Pak Deni," Deni yang sedang duduk di balkon terkejut ketika Radit ternyata berada di belakangnya. Deni khawatir jika perbuatannya akan diketahui Radit namun Deni tetap bersikap tenang layaknya tidak terjadi apa - apa. Deni berdiri dan menghadap kepada Radit dengan tatapan serta sikap yang santai."Pak Radit.""Nanti malam kita berangka
Ada rasa ragu tiba - tiba muncul dilubuk hati Lita atas hubungannya dengan Candra. Lita sendiri tidak tahu apa penyebabnua ketika rasa ragu muncul tiba - tiba."Kenapa aku teringat Radit, sedang apa dia sekarang?" Pertanyaan itulah yang muncul dari benak Lita."Ah, kenapa harus memikirkan pacar orang, lagian dia juga sudah punya kekasih. Untuk apa aku memikirkannya!" "Mikirin apa, Lita?" Lita terkesiap dengan suara Candra yang sedari tadi memperhatikannya."Ah, tidak apa - apa, Cand!" Lita mengelak dari Candra.'Aku tahu jika kamu masih memikirkan Radit, setelah ini akan kubuat kamu membenci Radit selamanya, Sayang! Gumam Candra dalam hati.Candra mencari cara untuk membuat Lita membenci Radit. Dengan begitu, Candra akan lebih mudah mendapatkan Lita. Diam - diam Candra menggubungi rekannya untuk memata - matai gerak gerik Radit, termasuk bersama dengan wanita. Dengan mendapatkan foto Radit bersama wanita lain maka Lita akan membencinya.*Sherly begitu menikmati kebersamaannya dengan
Kedua mata Lita memanas ketika Radit bersama dengan wanita lain yaitu Sherly. Tak dapat dipungkiri meski keduanya sudah diambang perceraian namun hati seakan tidak bisa lepas. Keduanya sama-sama ingin move on namun tetap saja akan saling bertemu."Apa yang Pak Radit pikirkan?" Pertanyaan Deni mengejutkan Radit yang tidak bisa tidur malam ini."Hanya ingin pergi jauh dari orang-orang yang sudah membuat saya jatuh," Deni manggut-manggut karena mengerti dengan apa yang diinginkan Radit saat ini. Pergi jauh dari orang-orang yang sudah menyakitinya."Saya tahu, Pak. Saya juga paham dengan hati Pak Radit yang dipaksa untuk melepaskan hubungan kalian berdua."Huft"Begitulah cinta beda kasta, alurnya seperti benang kusut, Pak Deni.""Apapun alurnya, harus tetap dihadapi, Pak Radit. Mau bagaimana lagi, manusia layaknya wayang dan Tuhanlah yang menjadi dalangnya. Semua kehidupan tergantung rencana dalangnya," Deni menyesap sisa kopi hingga habis begitu juga dengan Radit."Apakah proyek akan am
Keesokan harinya, mereka bertiga menuju dari basecam ke pos perijinan ranu pane usai sarapan. Udara di pagi hari sungguh menyegarkan karena terletak di ketinggian 2100 mdpl. Radit menghirup nafas dalam - dalam untuk menikmati udara segar di ranu pane. Semua masalah yang menjadi bebannya kini berangsur menghilang. "Kak, kita kesana yuk! Sambil nunggu Kak Deni antri di perijinan," Sherly mengajak Radit ke sebuah danau yang tak jauh dari lokasi perijinan. Danau yang indah disertai hijaunya pohon dan air yang bening."Cantik," Radit takjub dengan keindahan danau yang ada di ranu pane. Kesejukan udara membuat pikiran jauh lebih tenang, ditambah lagi dengan keindahan."Udara dan cuaca akan lebih dingin jika musim kemarau, Kak. Embun-embun akan membeku seperti salju, suhunya bisa mencapai minus empat derajat celsius," Sherly menatap keindahan danau ranu pane. Danau yang ada di sepanjang perjalanan menuju ke semeru menjadi tempat paling favorit bagi Sherly. Tempat yang selalu membuatnya lup
Usai mendirikan tenda, Radit membantu Deni menyiapkan makanan untuk mereka bertiga. Hanya menu sedehana namun akan terasa nikmat jika disantap saat lapar. Radit memasak sarden instan dan Deni menanak nasi sedangkan Sherly merebus air yang akan digunakan menyeduh teh dan kopi."Sherly, Kakak sudah bilang denganmu. Kamu tidak udah ikut menyiapkan makanan atau minuman, ini tugas laki-laki kalau di gunung!" Deni meminta Sherly membatalkan keinginannya untuk membantunya."Sherly kan cuma mau bikin kopi aja, Kak. Lagian juga ini mudah!" Begitulah Sherly dengan sikap keras kepalanya. Apapun yang diinginkan harus dilakukannya. Sherly mengambil tiga buah mie instan siap seduh untuk mereka bertiga sambil menunggu makanan siap."Ini untuk Kak Deni dan ini untuk Kak Radit," Sherly memberikan mie seduh untuk mereka berdua sembari menunggu nasi matang dan sarden siap."Terimakasih, Sherly. Kamu memang top!" Radit mengacungkan ibu jarinya kepada Sherly disertai senyuman yang selalu saja membuat Sher
Kabar absennya Radit dan Deni beberapa hari terdengar oleh Dodi dan Fatma. Kesempatan bagi mereka untuk merusak semua proyek yang dijalankan Radit."Cepat kerjakan semua permintaan kami!" Dodi menyuruh anak buahnya merusak beberapa alat berat yang digunakan dalam proses pembangunan proyek"Sebentar lagi Om Yusman akan menendang Radit karena telah membuatnya rugi besar, hahahah," suara Dodi terdengar nyaring di ruan kerja Dodi.Dodi mempersiapkan semuanya untuk nanti malam yaitu merusak beberapa bahan dan alat berat yang ada di lokasi pembangunan dengan harapan supaya Radit gagal."Sebesar apapun caramu, aku akan menggagalkannya, Radit!" Dodi meminum segelas kecil wine yang harganya cukup mahal.Kali ini Dodi mengawasi secara langsung mereka bekerja untuk merusak alat di malam hari. Dodi bahkan tidak curiga sama sekali jika dirinya dan semua anak buahnya sedang diawasi Om Yusman secara langsung dan beberapa anak buah Deni secara sembunyi - sembunyi.Dodi berkacak pinggang di samping mo
Fatma berjalan kesana kemari menunggu kedatangan Dodi malam ini. Sampai larut malam, Dodk belum juga pulang hingga membuat Fatma tidak bisa tidur. Dodi selalu menyimpan kebiasaannya rapat-rapat dari Fatma."Kemana dia?" Fatma mondar-mandir di ruang tamu sambil menunggu Dodi pulang dari rencananya merusak beberapa alat di lokasi pembangunan."Kenapa perasaanku tidak enak?" Fatma merasa sesak di dadanya, berharap tidak terjadi apa-apa pada suaminya.Hingga menjelang dini hari, Dodi belum juga menunjukkan kedatangannya dan semakin membuat Fatma khawatir. Fatma berusaha menghubunginya namun ponselnya sedang tidak aktif.Tepat pukul delapan pagi, mobil Dodi muncul dan penampilannya juga begitu kusam tidak seperti biasanya. Bahkan langkahnya begitu gontai karena akibat pengaruh minuman beralkohol."Mas, kamu darimana?" Fatma menghampiri Dodi namun Dodi memilih membuang muka dari Fatma."Mas, aku semalaman menunggumu!" Fatma terus saja mengekori Dodi sampai ke kamar mereka."Mas, jawab aku!
'Ternyata kamu masih menyimpan nama Radit dalam hatimu, Lita!" Gumam Candra dalam hati."Yuk, kita jalan-jalan!" Candra menggandeng tangan Lita menuntunnya masuk ke dalam mobilnya. Candra tetap saja belum bisa mendapatkan Lita seutuhnya, Lita masih menyimpan kenangan tentang Radit meski sudah difitnah habis-habisan oleh keluarganya.Candra mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sesekali bercanda dan bergurau dengan Lita. Tak berapa lama, Candra dan Lita sudah sampai ke taman kota. Meski hanya sebuah taman tapi Lita begitu senang."Mas Radit, apa kau tidak rindu dengan taman kota yang sering kita kunjungi ini?" Gumam Lita dalam hati."Nih, Es krim!" Candra mengulurkan sebuah es krim untuk Lita yang sedari diam menatap air mancur yang ada di taman kota."Apakah ada kenangan dengan air mancur ini?" Candra ingin tahu dengan arti tatapan Lita ke arah air mancur ini."Tidak ada apa-apa, hanya kenangan dengan .."Radit?" Lita tersenyum dan mengangguk pelan. Candra hanya menghela nafa