Share

Part4

Author: Oscar
last update Huling Na-update: 2022-07-12 15:27:17

Benar apa yang dikatakan Ratna. Jaman sekarang, jadi istri tidak boleh lagi lemah. Harus kuat dan mandiri. Dan yang terpenting harus pintar dan sedikit 'licik'. 

Ini baru awalnya saja, Mas. Tunggu saja sampai semua uangmu berpindah ke tanganku. Aku tidak akan sudi lagi tinggal satu atap denganmu. Bahkan melihat wajahmu saja pun aku tak akan pernah mau. 

"Alta sarapan dulu ya, sayang," ucapku dengan penuh senyuman kepada anak sambungku tersebut. "Bunda sudah siapkan roti bakar coklat kesukaan Alta."

"Terima kasih, Bunda," jawab gadis kecil yang sekarang masih duduk di kelas satu sd tersebut. 

"Soal Alta, biar tetap Mas saja yang mengantar. Tidak usah beli motor. Nanti kalau jatuh lagi bagaimana?" protes Mas Ilham. 

"Memang Bunda mau ngatar Alta naik motor?" tanya Alta sambil mengunyah roti bakarnya. 

"Maunya sih, begitu. Biar Ayah tidak repot bolak-balik mengantar Alta," aku beralasan. 

"Alta mau kok, Bunda. Teman-teman Alta juga banyak yang diantar naik motor sama Mamahnya."

"Alta, Bunda baru jatuh semalam gara-gara belajar naik motor. Nanti kalau di jalan kenapa-napa bagaimana? Boncengan lagi."

"Loh, Bunda jatuh?" Alta bangkit dari tempat duduknya. "Mana yang sakit Bunda?" dia terlihat khawatir padaku. 

Ya, Allah. Aku baru teringat kalau tadi malam Mas Ilham tidak bertanya apakah aku terluka atau tidak. Sudah tidak penting lagikah aku di matanya? Malah anak yang bukan darah dagingku sendiri ini yang terlihat begitu mengkhawatirkan aku. 

"Bunda tidak apa-apa, sayang. Cepat habiskan sarapannya, ya? Biar tidak terlambat ke sekolah."

"Kalau begitu, Alta tidak mau Bunda belajar naik motor lagi. Nanti Bunda jatuh lagi," rengek Alta. "Ayah, belikan Bunda mobil saja. Alta juga kepingin di antar ke sekolah sama Bunda. Masa sama Ayah terus. Teman-teman Alta lebih sering diantar sama Mamanya. Kan Ayah lihat sendiri, cuman Bunda yang tidak pernah hadir di acara perkumpulan orang tua murid."

Wah, ide yang masuk akal dari Alta. Untuk apa juga aku minta motor. Hujan ya kehujanan, panas ya kepanasan. Sementara dia dan wanita murahan itu enak-enakan naik mobilnya Mas Ilham. Lagipula untuk apa nanggung-nanggung minta dibelikan motor, kalau aku tahu Mas Ilham mungkin sanggup membelikanku sebuah mobil. Kulirik sekilas wajah Mas Ilham, dia kembali berpikir. 

"Sudah, yuk. Nanti terlambat," ujarnya tanpa menjawab permintaan Alta. 

Aku pun mengantar mereka sampai ke depan pintu setelah mencium Alta dan juga punggung tangan Mas Ilham. 

Setelah mobil mereka berlalu, dengan cepat kuambil gawai dan langsung menghubungi Ratna. 

Terdengar suara tawa dari seberang sana setelah aku menceritakan soal uang yang dengan mudah diberikan oleh Mas Ilham. 

"Tuh, kan apa kubilang. Kamu itu harus pintar-pintar. Jangan mau kalah sama pelakor itu. Enak saja dia menikmati uang yang seharusnya jadi hak kamu," kelakar Ratna dari kejauhan. 

"iya, Rat. Meskipun aku sedikit kecewa karena ternyata perhatian Mas Ilham sudah tidak ada sama sekali. Bahkan saat aku bilang terjatuh pun dia tidak lagi menanyakan bagaimana keadaanku," keluhku. 

"Sabar, Nay. Orang seperti itu cepat atau lambat pasti akan menerima balasannya. Kamu yang sabar ya. Aku janji pasti bakal bantuin kamu terus buat ngasi pelajaran sama mereka."

"Iya, Rat. Makasih ya."

"Iya, sama-sama. Nah, sekarang kamu harus pergi ke Bank dan buat rekening atas nama pribadi kamu sendiri."

"Memangnya harus ya, Rat?"

"Ya harus dong. Dompet kamu tidak akan lagi cukup untuk menampung jumlah uangnya Mas Ilham. Bisa-bisa robek nanti," ledeknya yang membuatku sedikit terhibur. 

Akupun mengakhiri panggilan. Namun di dalam hati aku masih merasa sedih. Lekaki yang dulunya sangat sayang dan perhatian kepadaku kini berbalik seratus delapan puluh derajat. Tak lagi mau tahu keadaanku. 

Aku jadi penasaran, wanita seperti apa yang kini sedang menjalin hubungan terlarang dengan suamiku. Apakah dia seorang wanita yang jauh lebih cantik dan terpelajar dariku? Foto yang dikirimkan kepadaku tak menunjukkan wajah wanita tersebut dengan jelas. 

Hanya wajah Mas Ilham saja yang terlihat jelas, mungkin si pengirim foto hanya ingin meyakinkan bahwa suamiku berselingkuh, tidak perduli dengan wanita manapun.

Baiklah, Mas. Jika perasaanmu sudah mulai pudar kepadaku, aku pun juga akan bersikap demikian. Akan kupastikan rasa cintaku juga akan memudar dan akan segera hilang tanpa bekas. 

****

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Alfin Ranawijaya
Wah ternyata Alfa bisa melancarkan rencana Naya...tapi nanti apakah tega Naya ninggalin Alfa nantinya?!?
goodnovel comment avatar
Arief Mixagrip
rat rat ratrat
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part131

    Kamipun sampai di sebuah klinik yang tidak jauh dari rumah aku bersama Mas Rafi. Sengaja aku tak ingin pergi ke rumah sakit besar, selain malas untuk mengantri, kurasa penyakitku ini tidak terlalu parah dan juga berbahaya."Selamat ya, buat Ibu dan juga Bapak," seru seorang Dokter setelah tadi memeriksaku dengan senyuman."Selamat apa ya, Dok?" Mas Rafi bergantian memandangi kami."istri Bapak saat ini sedang mengandung. Usia kandungan sudah memasuki usia lima minggu. Selamat, karena sebentar lagi Bapak akan menjadi seorang Ayah."Kulihat binar matanya memancarkan kebahagiaan. Matanya berkaca-kaca, merasa antara percaya dan tidak percaya. Di tatapnya wajahku secara seksama, kemudian kembali ke arah Dokter itu."Benar Dokter? Istri saya hamil?" dia meyakinkan. Dokter muda itu pun mengangguk sambil tersenyum."Alhamdulillah... " ucap aku dan Mas Rafi bersamaan..Mas Rafi tak henti-hentinya menggenggam tanganku. Merasa berbahagia karena telah berhasil mengandung dari buah cinta kami. Kin

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part130

    Aku duduk di sofa ruang tamu lantai dua. Ruangan ini menjadi lebih luas setelah menyelesaikan renovasi. Bangunan yang tadinya bersekat tembok yang tinggi, kini telah menyatu dan menjadi luas. Karyawan di lantai bawah pun sudah bertambah dua orang lagi, sehingga mengurangi lelahnya Ibu dalam mengurus toko."Ibu masak bubur kacang hijau lho, Nay," ujar Ibu. "Pakai durian lagi. Sengaja Ibu buatkan makanan kesukaan kamu," lanjutnya lagi."Nanti Nay ambil sendiri saja, Bu," ucapku yang agak malas untuk bangkit, tanpa kutahu tiba-tiba saja Ibu sudah berjalan membawa nampan berisi mangkuk.Mendadak aku pusing, tenggorokanku rasanya penuh, hingga memaksaku untuk bergegas ke kamar mandi untuk mengeluarkan segala yang kumakan pagi tadi."Nay, kamu kenapa?" kudengar panggilan Ibu sambil mengetuk pintu. Aku terus saja memuntahkan apa yang ada, hingga tubuh ini jadi seperti tak bertenaga."Tidak tahu, Buk. Mungkin masuk angin," aku berjalan kembali ke sofa setelah membukakan pintu. Kulihat Ibu ber

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part129

    Akhirnya hari bahagia itu datang juga. Seperti sebuah mimpi, kini aku benar-benar telah mengakhiri masa kesendirianku. Status yang masih menjadi momok yang menakutkan bagiku itu, terlepas sudah. Entah bagaimana caraku mengungkapkannya.Pagi tadi, dengan menggenggam erat tangan Bapak, Mas Rafi mengucapkan lafaz dengan begitu lantang, hanya dengan satu tarikan nafas saja. Membuat semua yang hadir mengucapkan Alhamdulillah dengan begitu antusias dan bersemangat.Sebuah pesta sederhana dilanjutkan dengan sebuah hiburan berupa musik dari orkestra yang biasa diadakan di kampung kami.Aku tidak perduli bagaimana dengan tanggapan keluarga Mas Rafi nantinya, yang selalu terbiasa dengan musik-musik nan elegan yang sering aku lihat di pesta-pesta kalangan orang kaya. Itupun aku tonton dari infotainment para artis.Tapi, sempat kulihat tangan Papa mertua ikut bergoyang juga, menikmati musik dangdut yang dinyanyikan sang biduan.Para sanak famili dan juga sahabat hampir semuanya hadir. Tak terkecu

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part128

    "Banyak rekan-rekan yang sudah melapor sama Mas, kalau akun Mas diretas orang. Mas curiga itu Viona.jadi, kamu jangan sampai terkecoh jika ada pesan-pesan seperti itu, ya. Mas tidak akan mungkin tega meminta uang sama kamu dengan jalan seperti itu. Melihat kamu menjaga Alta sebaik ini saja, Mas sudah sangat berterima kasih." Ucapannya terdengar tulus dan tidak mengada-ada. Alhamdulillah, ternyata jawaban dari semua beban pikiranku sudah terjawab tuntas tanpa aku menanyakannya.Ternyata Mas Rafi benar juga, bahwa mimpi itu cerminan dari hati dan pikiran..Mobil kembali melaju pelan. Kulihat Alta sudah kembali akrab dengan Mas Rafi. Seakan-akan kejadian malam tadi tidak pernah terjadi. Atau mungkin dia bahagia karena sudah bertemu dengan ayahnya."Mas, tadi Mas Rafi ngomong apa saja sama Mas Ilham, kok jadi akrab?" Aku memberanikan diri untuk bertanya. Sebelum pulang tadi, kulihat Mas Rafi berbicara empat mata dengan Mas Ilham dan diakhiri dengan berjabat tangan dan... berpelukan. Ane

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part127

    Aku menceritakan semua apa yang kulihat dalam mimpi tersebut. Tentang semua kejadian yang erat sekali berkaitan dengan dirinya. Mas Rafi terlihat serius dalam mendengarkan ceritaku. Malu juga sebenarnya.tapi, karena Mas Rafi terus memaksa, akhirnya aku bersikap jujur saja. Lagipula, kami sudah sepakat akan terbuka satu sama lain seperti janji kami tempo hari. Mas Rafi tersenyum sambil meraih jemariku. Menggenggamnya dengan berusaha untuk menenangkan. "Itu artinya, kamu takut kehilangan Alta dan juga Mas. Iya, kan?" senyumnya semakin mengembang. Terlihat manis dan juga mendebarkan. Eh? Kenapa pipiku jadi panas?"Mas Rafi ge er, ya!" Aku berusaha mengelak dengan menepiskan genggamannya. Mencoba menyamarkan rasa gugup dan debaran di dada. "Biasanya mimpi itu cerminan dari hati, Nay. Saat hati kita bersih, maka mimpi baiklah yang kita lihat. Tapi saat hati kita kotor dan ketakutan, maka mimpi buruk lah yang akan datang. Bukankah hati itu seperti cermin?" Mas Rafi terlihat serius. Tak b

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part126

    Hari masih terlalu pagi, Ibu sudah menggedor-gedor pintu kamarku. Jantung ini rasanya mau copot saja, bertanya-tanya apa gerangan yang sedang terjadi di luar sana. Bergegas aku beranjak dari tempat tidur, dan segera membukakan pintu untuknya. "Nay, Nak Rafi sedang menunggu di bawah itu. Katanya mau mengajak kamu dan Alta ke pantai." Sejenak aku berpikir. Masih pagi begini, Mas Rafi datang dan tiba-tiba mengajak pergi. Ada apa gerangan. "Ouh, Iya, Buk. Sebentar lagi, Nay turun." Aku menghela nafas. Baru ingat pesan whatsapp yang dikirimkan Mas Rafi malam tadi. Aku hanya sempat membaca, belum ada niatan untuk membalas dan mengiyakan ajakannya. "Memangnya kalian sudah janjian mau kepantai?" terlihat wajah Ibu sedikit cemas.Mungkin merasa khawatir kalau aku tidak sedang baik-baik saja untuk saat ini. Apalagi dia belum menanyakan mimpi apa yang menghantuiku malam tadi. "Nay sendiri lupa, Buk. Mungkin Mas Rafi mau bayar janjinya kemarin sama Alta," terangku yang hanya menduga-duga sa

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status