Share

Part5

Penulis: Oscar
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-12 15:30:23

Hari ini ada pertemuan orang tua murid di sekolah Alta. Sepulang dari membuat rekening tabungan, aku menyusul ke sekolah. Seperti aktifitas harian, pagi Mas Ilham yang mengantar ke sekolah. Siangnya aku yang menjemput dengan naik ojek online.

Para ibu-ibu sudah mulai berkumpul di tempat yang sudah di sepakati. Kami makan siang di sebuah foodcourt outdoor yang ada taman bermainnya. Sementara anak-anak sibuk bermain bersama. Tujuan perkumpulan kali ini untuk membentuk grup arisan dari wali murid kelas 1a, kelas dimana Alta belajar.

Sebenarnya aku malas ikut acara seperti ini, selain buang-buang waktu, juga membuang-buang uang. Tapi lagi-lagi Ratna menyuruhku untuk ikut, setidaknya hanya untuk hari ini saja.

Sebagai  barang bukti dan juga ada Alta sebagai saksi. Dasar Ratna, pintar sekali idenya kali ini. Tapi, apa mungkin kali ini juga akan berjalan lancar seperti kemarin? 

Kali ini Mas Ilham pulang cepat seperti dulu. Jam enam sore sudah sampai di rumah. Tumben sekali dia tidak pergi berkencan. Apa karena wanita murahan itu lagi ngambek, karena uang jatahnya berkurang gara-gara Mas Ilham memberikanku uang dua juta tadi pagi. 

Tapi uang itu tidak seberapa dibanding dengan jumlah tabungan Mas Ilham. Pernah secara tidak sengaja aku melihat sendiri jumlah saldo di Atmnya Mas Ilham. Saat itu Mas Ilham menarik uang ketika kami jalan-jalan ke Mall beberapa waktu yg lalu. Ada tiga digit angka di depannya. Cukup besar untuk dia simpan seorang diri. 

Tentu saja, sudah bertahun-tahun Mas Ilham bekerja di sana. Tentu gajinya tidak akan main-main. Belum lagi bonus yang dia dapat kalau penjualan sudah mencapai target. Setidaknya  begitulah yang dia ceritakan dulu padaku. Ya, dulu. Sebelum dia berhubungan dengan wanita itu.

Atau jangan-jangan wanita tersebut sedang datang bulan sehingga Mas Ilham akan merasa rugi menemuinya karena tidak akan mendapat jatah apa-apa. Menjijikkan sekali kalau harus membayangkannya, entah sudah berapa kali mereka tidur bersama. Aku juga sudah merasa jijik jika harus melayani Mas Ilham lagi. 

"Bagaimana tadi arisannya? Lancar?" tanya Mas Ilham. Aku hanya memasang wajah kecut, tak menjawab. 

"Kenapa, Nay? Bukannya kamu sendiri yang ingin ikut serta arisan sekolah Alta?"

"Senang sih senang, Mas. Tapi Nay malu," aku kembali merengek. 

"Malu kenapa? Apa mereka tahu kalau kamu bukan ibu kandungnya Alta?"

"Bukan soal itu, Mas. Sekalipun Nay tidak pernah mengatakan kalau Alta bukan anak kandung Nay."

"Terus kenapa Malu?"

"Anu, Mas," aku kembali tertunduk.

"Anu kenapa? Bilang saja. Atau arisan itu harus bayar iuran setiap bulan? Ya sudah, nanti Mas yang bayar," dia menawari. 

Memang kuakui, walau tidak memberikanku uang pegangan, namun Mas Ilham selalu cepat merespon soal pembayaran-pembayaran yang aku minta. 

Terkadang tanpa banyak bertanya secara detil apa-apa yang harus dibayar. Langsung tanya berapa jumlah total yang harus dibayar, kemudian dengan cepat memberikan uang dengan jumlah yang sama. 

Apa karena keroyalannya soal uang itu, makanya wanita itu menggoda Mas Ilham? Ah,  terserah soal siapa menggoda siapa. Toh Mas Ilham juga bersalah dengan meladeni perempuan murahan seperti itu. Sudah tahu punya anak dan istri, masih juga berani bermain dengan wanita lain. 

"Soal iuran bulanan juga sih, Mas. Tapi, masalahnya bukan cuma itu."

"Iya, terus apa?"

"Nay malu. Karena mereka semua memakai banyak perhiasan. Sementara Nay hanya memakai cincin kawin satu ini saja," aku melirik mimik wajah Mas Ilham. 

Kulihat Mas Ilham menghela nafas. Apa mungkin kali ini aku sudah kelewatan? Dia pasti marah dan langsung menyuruhku untuk tidak usah jadi ikut. Uh, dasar Ratna. Kali ini rencananya pasti gagal. 

"Ya, sudah. Besok saat jam makan siang, kamu nyusul Mas ke kantor, ya. Kita beli perhiasan yang kamu mau. Biar kamu tidak malu lagi."

Hah, aku terkejut. Ternyata Mas Ilham mau menyanggupi permintaan konyolku ini. Ya, Allah. Apa sebenarnya yang terjadi? Di cerita yang aku baca, suaminya tiba-tiba berubah dan langsung bersikap pelit. Namun ini apa? 

Dia masih saja baik hati dan mau menuruti permintaanku. Bagaimana kalau ternyata semua foto-foto itu palsu dan Mas Ilham tidak pernah mengkhianatiku? 

Tidak, aku tidak boleh luluh. Mungkin ini hanya akal-akalannya Mas Ilham saja agar aku tidak mencurigainya. Mungkin jika dia berubah pelit, dia akan berpikir aku akan mulai menyelidikinya.

"Benar, Mas? Mas Ilham tidak bohongkan?"

"Iya, buat apa Mas bohong," sahutnya datar. 

Terserah lah, mau datar atau bulat yang penting cair. 

"Terima kasih ya, Mas," ucapku sambil dengan terpaksa memeluknya. Setidaknya aku harus menghilangkan rasa jijikku atas tubuhnya yang sudah nempel sana nempel sini sama wanita lain. 

Untung saja malam ini dia tidak minta yang macam-macam. Kalau tidak, entah bagaimana caraku menolak nya. Kamu sudah tidak bergairah lagi denganku, Mas? Sama, aku juga tidak sudi lagi disentuh olehmu. Kalau perlu sampai nanti kita berpisah, jangan lagi pernah ada hubungan suami istri diantara kita. 

Keesokan harinya, setelah menjemput Alta di sekolah, aku langsung menuju kantor Mas Ilham. Kami hanya menunggu di depan saja, karena sebentar lagi Mas Ilham akan segera keluar. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Alfin Ranawijaya
apakah mungkin yg kirim foto ke Naya cuma fitnah?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part131

    Kamipun sampai di sebuah klinik yang tidak jauh dari rumah aku bersama Mas Rafi. Sengaja aku tak ingin pergi ke rumah sakit besar, selain malas untuk mengantri, kurasa penyakitku ini tidak terlalu parah dan juga berbahaya."Selamat ya, buat Ibu dan juga Bapak," seru seorang Dokter setelah tadi memeriksaku dengan senyuman."Selamat apa ya, Dok?" Mas Rafi bergantian memandangi kami."istri Bapak saat ini sedang mengandung. Usia kandungan sudah memasuki usia lima minggu. Selamat, karena sebentar lagi Bapak akan menjadi seorang Ayah."Kulihat binar matanya memancarkan kebahagiaan. Matanya berkaca-kaca, merasa antara percaya dan tidak percaya. Di tatapnya wajahku secara seksama, kemudian kembali ke arah Dokter itu."Benar Dokter? Istri saya hamil?" dia meyakinkan. Dokter muda itu pun mengangguk sambil tersenyum."Alhamdulillah... " ucap aku dan Mas Rafi bersamaan..Mas Rafi tak henti-hentinya menggenggam tanganku. Merasa berbahagia karena telah berhasil mengandung dari buah cinta kami. Kin

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part130

    Aku duduk di sofa ruang tamu lantai dua. Ruangan ini menjadi lebih luas setelah menyelesaikan renovasi. Bangunan yang tadinya bersekat tembok yang tinggi, kini telah menyatu dan menjadi luas. Karyawan di lantai bawah pun sudah bertambah dua orang lagi, sehingga mengurangi lelahnya Ibu dalam mengurus toko."Ibu masak bubur kacang hijau lho, Nay," ujar Ibu. "Pakai durian lagi. Sengaja Ibu buatkan makanan kesukaan kamu," lanjutnya lagi."Nanti Nay ambil sendiri saja, Bu," ucapku yang agak malas untuk bangkit, tanpa kutahu tiba-tiba saja Ibu sudah berjalan membawa nampan berisi mangkuk.Mendadak aku pusing, tenggorokanku rasanya penuh, hingga memaksaku untuk bergegas ke kamar mandi untuk mengeluarkan segala yang kumakan pagi tadi."Nay, kamu kenapa?" kudengar panggilan Ibu sambil mengetuk pintu. Aku terus saja memuntahkan apa yang ada, hingga tubuh ini jadi seperti tak bertenaga."Tidak tahu, Buk. Mungkin masuk angin," aku berjalan kembali ke sofa setelah membukakan pintu. Kulihat Ibu ber

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part129

    Akhirnya hari bahagia itu datang juga. Seperti sebuah mimpi, kini aku benar-benar telah mengakhiri masa kesendirianku. Status yang masih menjadi momok yang menakutkan bagiku itu, terlepas sudah. Entah bagaimana caraku mengungkapkannya.Pagi tadi, dengan menggenggam erat tangan Bapak, Mas Rafi mengucapkan lafaz dengan begitu lantang, hanya dengan satu tarikan nafas saja. Membuat semua yang hadir mengucapkan Alhamdulillah dengan begitu antusias dan bersemangat.Sebuah pesta sederhana dilanjutkan dengan sebuah hiburan berupa musik dari orkestra yang biasa diadakan di kampung kami.Aku tidak perduli bagaimana dengan tanggapan keluarga Mas Rafi nantinya, yang selalu terbiasa dengan musik-musik nan elegan yang sering aku lihat di pesta-pesta kalangan orang kaya. Itupun aku tonton dari infotainment para artis.Tapi, sempat kulihat tangan Papa mertua ikut bergoyang juga, menikmati musik dangdut yang dinyanyikan sang biduan.Para sanak famili dan juga sahabat hampir semuanya hadir. Tak terkecu

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part128

    "Banyak rekan-rekan yang sudah melapor sama Mas, kalau akun Mas diretas orang. Mas curiga itu Viona.jadi, kamu jangan sampai terkecoh jika ada pesan-pesan seperti itu, ya. Mas tidak akan mungkin tega meminta uang sama kamu dengan jalan seperti itu. Melihat kamu menjaga Alta sebaik ini saja, Mas sudah sangat berterima kasih." Ucapannya terdengar tulus dan tidak mengada-ada. Alhamdulillah, ternyata jawaban dari semua beban pikiranku sudah terjawab tuntas tanpa aku menanyakannya.Ternyata Mas Rafi benar juga, bahwa mimpi itu cerminan dari hati dan pikiran..Mobil kembali melaju pelan. Kulihat Alta sudah kembali akrab dengan Mas Rafi. Seakan-akan kejadian malam tadi tidak pernah terjadi. Atau mungkin dia bahagia karena sudah bertemu dengan ayahnya."Mas, tadi Mas Rafi ngomong apa saja sama Mas Ilham, kok jadi akrab?" Aku memberanikan diri untuk bertanya. Sebelum pulang tadi, kulihat Mas Rafi berbicara empat mata dengan Mas Ilham dan diakhiri dengan berjabat tangan dan... berpelukan. Ane

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part127

    Aku menceritakan semua apa yang kulihat dalam mimpi tersebut. Tentang semua kejadian yang erat sekali berkaitan dengan dirinya. Mas Rafi terlihat serius dalam mendengarkan ceritaku. Malu juga sebenarnya.tapi, karena Mas Rafi terus memaksa, akhirnya aku bersikap jujur saja. Lagipula, kami sudah sepakat akan terbuka satu sama lain seperti janji kami tempo hari. Mas Rafi tersenyum sambil meraih jemariku. Menggenggamnya dengan berusaha untuk menenangkan. "Itu artinya, kamu takut kehilangan Alta dan juga Mas. Iya, kan?" senyumnya semakin mengembang. Terlihat manis dan juga mendebarkan. Eh? Kenapa pipiku jadi panas?"Mas Rafi ge er, ya!" Aku berusaha mengelak dengan menepiskan genggamannya. Mencoba menyamarkan rasa gugup dan debaran di dada. "Biasanya mimpi itu cerminan dari hati, Nay. Saat hati kita bersih, maka mimpi baiklah yang kita lihat. Tapi saat hati kita kotor dan ketakutan, maka mimpi buruk lah yang akan datang. Bukankah hati itu seperti cermin?" Mas Rafi terlihat serius. Tak b

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part126

    Hari masih terlalu pagi, Ibu sudah menggedor-gedor pintu kamarku. Jantung ini rasanya mau copot saja, bertanya-tanya apa gerangan yang sedang terjadi di luar sana. Bergegas aku beranjak dari tempat tidur, dan segera membukakan pintu untuknya. "Nay, Nak Rafi sedang menunggu di bawah itu. Katanya mau mengajak kamu dan Alta ke pantai." Sejenak aku berpikir. Masih pagi begini, Mas Rafi datang dan tiba-tiba mengajak pergi. Ada apa gerangan. "Ouh, Iya, Buk. Sebentar lagi, Nay turun." Aku menghela nafas. Baru ingat pesan whatsapp yang dikirimkan Mas Rafi malam tadi. Aku hanya sempat membaca, belum ada niatan untuk membalas dan mengiyakan ajakannya. "Memangnya kalian sudah janjian mau kepantai?" terlihat wajah Ibu sedikit cemas.Mungkin merasa khawatir kalau aku tidak sedang baik-baik saja untuk saat ini. Apalagi dia belum menanyakan mimpi apa yang menghantuiku malam tadi. "Nay sendiri lupa, Buk. Mungkin Mas Rafi mau bayar janjinya kemarin sama Alta," terangku yang hanya menduga-duga sa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status