Share

13. Menguntit

Selesai jam pelajaran olah raga Daiki kembali ke ruang ganti untuk berganti seragam. Dia membuka lokernya dan mengambil kemeja serta celananya.

 

“Hei! Ada apa denganmu?” Ginji mulai khawatir melihat Daiki yang tak bisa fokus hari ini.

 

“Aku tidak apa-apa!!” seketika Daiki terdiam, entah apa yang membuatnya kesal. Mengingat kebelakang bahwa Yukie berjualan bakpao setiap pulang sekolah lalu teringat ketika Yukie marah karena barang dagangannya di buang oleh pelayan coffee dan lagi tubuhnya yang memar di mana-mana membuat Daiki penasaran.

Tidak tahu apa penyebabnya namun melihat Yukie seperti kesakitan saat itu dia merasa tak bisa tinggal diam.

Mungkin itulah penyebabnya Daiki jengkel karena terlalu memikirkan Gadis itu.

 

“Aaaaaaa!!!!!!” suara teriakan itu berasal dari ruangan sebelah, di mana di sana adalah ruangan tempat untuk para murid perempuan berganti baju.

 

Semua murid berhamburan keluar, Daiki tak mau ambil pusing setelah selesai berganti baju dengan santai dia melangkah keluar.

Di depan ruang ganti masih ramai, Daiki yang penasaran mulai berjalan mendekat dengan kedua tangan tersimpan di saku celana.

 

“Ada yang pingsan!” teriak salah satu murid dari arah dalam.

 

Mendengar hal itu entah mengapa pikiran Daiki langsung tertuju kepada Yukie, mengingat tubuh mungilnya itu terlihat lemar dan lagi bekas luka di seluruh tubuhnya membuat Daiki berpikir kalau terjadi sesuatu dengan gadis itu. Dia bergerak cepat melangkah ke dalam namun seketika tubuhnya terpaku. Dia terlambat dan benar saja gadis itu tengah di gendong oleh Endo yang kebetulan lewat di depan ruangan saat kejadian terjadi.

 

Daiki terdiam melihat wajahnya berpapasan dengan wajah Endo. Melihat Yukie tengah berada di gendongannya, Daiki hanya bisa diam. Lelaki itu membawanya ke ruang kesehatan yang terletak di ujung sana. Daiki sempat terdiam namun kemudian dia akhirnya mengikuti Endo menuju ke ruang kesehatan.

                                           *************

 

“Dia tidak apa-apa... hanya sedikit kelelahan” jelas petugas kesehatan yang piket hari itu. Setelahnya dia meninggalkan Yukie yang masih terbaring di ranjang.

 

Daiki hanya diam melihat wajah sedih Yukie, gadis itu terlihat sangat lemah namun ketika beradu mulut dengannya seolah kekuatannya tak akan pernah ada habisnya. Pandangannya kini teralihkan ke Endo yang juga masih berada di ruang itu.

 

“Apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Daiki dengan ketus dan wajah dinginnya.

 

“Kau sendiri? Kenapa kau masih di sini?” balasnya tak mau kalah.

 

Rahangnya menguat saat menahan emosi karena Endo, Daiki berusaha keras menahan diri agar tak membuat keributan di sana.

“Dia ketua tim biologiku. Jadi kalau sesuatu terjadi dengannya itu akan menjadi tanggung jawabku” kedua alisnya terangkat secara bersamaan seolah sedang mempertanyakan pertanyaan yang sama kepada Endo untuk apa dia masih berada di ruangan itu.

 

Endo hanya tersenyum lalu berucap dengan lirih sengaja agar tak membangunkan Yukie.

“Dugaanku benar, kau sepertinya lupa denganku!”

 

“Apa maksudmu??” sahut Daiki.

 

“Kau ingat waktu kau masih duduk di bangku sekolah dasar? Kau seperti pahlawan kesiangan yang selalu membri tahu kepada Sensei bahwa aku mendapat nilai bagus karena menyontek?” 

 

Daiki terdiam namun otaknya bekerja keras memutar rekaman yang ada di dalam kepalanya kembali ke kejadian silam.

 

“Kau dengan bangga membocorkan rahasiaku karena aku selalu menyontek di dalam kelas saat mengerjakan soal. Sampai Sensei akhirnya tak percaya lagi padaku karenamu. Ya kau memang benar waktu itu aku bodoh dan selalu menyontek saat itu tapi sekarang kau bisa lihat aku membuktikan bahwa aku bisa berubah. Aku selalu mendapat nilai A+ untuk semua mata pelajaran karena aku giat belajar. Inilah caraku membalasmu, Daiki! Lalu kau... apa yang kau dapatkan selama tinggal di Amerika??” Endo tersenyum sinis, akhirnya dia bisa merasa berada di atas Daiki yang dulu tak pernah terkalahnKan.

 

Daiki mulai ingat, namun dia hanya diam tak menggubris ocehan Endo.

 

“Apa yang kau dapatkan di Amerika? Hmmm? Aku dengar semua nilaimu di bawah C” Endo menepuk bahu Daiki beberapa kali, seakan memperlihatkan kepada lelaki itu bahwa dia mampu berada di atasnya.

 

Daiki tak berkutik, dia masih diam sembari mengepalkan tangannya kuat namun ekspresi wajahnya terlihat datar.

“Kau, terlalu banyak omong. Pergilah Yukie membutuhkan waktu untuk istirahat!” ucapannya langsung menusuk dada Endo.

 

Seakan usahanya untuk pemar kepada Daiki percuma saja, Endo lalu memilih keluar dari ruangan itu dengan kesal.

 

Setelah Endo keluar, Daiki perlahan mendekati Yukie yang masih belum sadar. Pandnagannya mulai menyapu seluruh tubuh gadis itu.

Penasaran dengan apa yang sempat dilihatnya, Daiki pun berencana untuk memastikan lagi bahwa apa yang dilihatnya tak salah.

Kebetulan kaos olah raga Yukie tersingkap ke atas sehingga tanpa membukanya, Daiki bisa dengan jelas melihat memar warna ungu tua yang ada di pinggang kanannya.

 

Wajahnya langsung terpaku, luka itu benar-benar nyata. Daiki bingung apa yang sebenarnya terjadi pada Yukie. Lagi, Daiki meraih tangan Yukie menarik lengan kaosnya ke atas ternyata di sana juga terdapat luka seperti bekas cubitan yang mulai menghitam.

Dari luar gadis itu terlihat normal biasa saja, namun melihat luka di sekujur tubuhnya membuat Daiki yakin bahwa kehidupan Yukie sangatlah keras.

 

“Mmh!”  rintih Yukie yang mulai tersadar. Dia langsung meraih tangan daiki yang ada di sampingnya dengan kuat. Keningnya berkerut seperti mendapat mimpi buruk.

Namun perlahan akhirnya Yukie membuka matanya. Perlahan dia mengerjapkan mata untuk memastikan wajah siapa yang nampak berbayang di depannya.

“Kau??” ucapnya setelah melihat Daiki dengan jelas. Setelah sadar secara cepat Yukie langsung menepis tangan Daiki yang ada di genggamannya.

“Kenapa aku bisa ada di sini?” Yukie nampak memegangi kepalanya yang sakit.

 

“Bukankah sudah aku bilang, kalau kau tidak mampu ikut estafet kenapa kau tidak menolaknya saja?” karena kesal Daiki tak bisa manahan emosinya, dia sampai mengeraskan suaranya saat berucap.

 

"Cabang lari adalah satu-satunya yang aku kuasai, lagi pula aku juga tak ingin mengecewakan yang lain. Terlebih lagi hanya tersisa cabang renang yang kosong sementara aku tak bisa berenang!" Yukie mulai kesal. “Kau ini kenapa sih?? Hah sudahlah aku tak ingin berdebat denganmu!! Lagipula apa urusannya denganmu kalau aku ikut atau tidak dalam kompetisi sekolah?”

 

“Kau ketua dari tim biologiku! Kalau sampai sesuatu terjadi denganmu siapa yang akan mengurus tugasnya nanti? Kau harus tetap sehat! Aku tak ingin mendapat nilai C di pelajaran bioligi. Kau paham!” tak ingin berdebat lagi Daiki memilih pergi meninggalkannya, setidaknya melihat Yukie baik-baik saja Daiki sudah sudah lega.

 

Melihat sikap Daiki yang selalu marah-marah dengannya membuat Yukie semakin kesal. Jika saja Daiki bisa bersikap manis seperti Kakaknya, mungkin Yukie juga akan mengubah sikpanya agar lebih baik dengan Daiki.

 

                                 **************

 

Jam sekolah telah selesai, Yukie harus bejalan kaki untuk menuju ke stasiun kereta bawah tanah. Sepanjang jalan dia merasa seperti ada yang mengikutinya dari arah belakang. Namun ketika menoleh dia tak melihat siapapun berada di sana.

 

Akhirnya dia tiba di stasiun kereta bawah tanah, penumpang hari itu begitu sangat ramai dan sepertinya membludak dari biasanya. Tak ingin terlambat naik kereta yang biasa dia tumpangi, Yukie menelusup agar bisa berdiri di barisan paling depan.

 

Dari arah belakang ternyata Daiki mengikutinya sejak dari sekolah. Dia memakai hoodie hitam dengan memakai kupluk yang menutupi kepalanya. Dia sengaja menyingkirkan setiap orang yang hendak mendorong mendesak Yukie dari belakang.

 

Tentu saja tak ada yang berani melawan Daiki, melihat tubuhnya yang besar akhirnya mereka pun memilih diam dan menyingkir. Dengan begitu Daiki bisa berdiri tepat di belakang Yukie.

 

Entah apa yang terjadi pada Daiki dia benar-benar sangat penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu. Maka dia memutuskan untuk mengikuti Yukie pulang sampai ke rumahnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status