Share

13. Menguntit

Penulis: Ratu sambi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-17 23:10:08

Selesai jam pelajaran olah raga Daiki kembali ke ruang ganti untuk berganti seragam. Dia membuka lokernya dan mengambil kemeja serta celananya.

 

“Hei! Ada apa denganmu?” Ginji mulai khawatir melihat Daiki yang tak bisa fokus hari ini.

 

“Aku tidak apa-apa!!” seketika Daiki terdiam, entah apa yang membuatnya kesal. Mengingat kebelakang bahwa Yukie berjualan bakpao setiap pulang sekolah lalu teringat ketika Yukie marah karena barang dagangannya di buang oleh pelayan coffee dan lagi tubuhnya yang memar di mana-mana membuat Daiki penasaran.

Tidak tahu apa penyebabnya namun melihat Yukie seperti kesakitan saat itu dia merasa tak bisa tinggal diam.

Mungkin itulah penyebabnya Daiki jengkel karena terlalu memikirkan Gadis itu.

 

“Aaaaaaa!!!!!!” suara teriakan itu berasal dari ruangan sebelah, di mana di sana adalah ruangan tempat untuk para murid perempuan berganti baju.

 

Semua murid berhamburan keluar, Daiki tak mau ambil pusing setelah selesai berganti baju dengan santai dia melangkah keluar.

Di depan ruang ganti masih ramai, Daiki yang penasaran mulai berjalan mendekat dengan kedua tangan tersimpan di saku celana.

 

“Ada yang pingsan!” teriak salah satu murid dari arah dalam.

 

Mendengar hal itu entah mengapa pikiran Daiki langsung tertuju kepada Yukie, mengingat tubuh mungilnya itu terlihat lemar dan lagi bekas luka di seluruh tubuhnya membuat Daiki berpikir kalau terjadi sesuatu dengan gadis itu. Dia bergerak cepat melangkah ke dalam namun seketika tubuhnya terpaku. Dia terlambat dan benar saja gadis itu tengah di gendong oleh Endo yang kebetulan lewat di depan ruangan saat kejadian terjadi.

 

Daiki terdiam melihat wajahnya berpapasan dengan wajah Endo. Melihat Yukie tengah berada di gendongannya, Daiki hanya bisa diam. Lelaki itu membawanya ke ruang kesehatan yang terletak di ujung sana. Daiki sempat terdiam namun kemudian dia akhirnya mengikuti Endo menuju ke ruang kesehatan.

                                           *************

 

“Dia tidak apa-apa... hanya sedikit kelelahan” jelas petugas kesehatan yang piket hari itu. Setelahnya dia meninggalkan Yukie yang masih terbaring di ranjang.

 

Daiki hanya diam melihat wajah sedih Yukie, gadis itu terlihat sangat lemah namun ketika beradu mulut dengannya seolah kekuatannya tak akan pernah ada habisnya. Pandangannya kini teralihkan ke Endo yang juga masih berada di ruang itu.

 

“Apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Daiki dengan ketus dan wajah dinginnya.

 

“Kau sendiri? Kenapa kau masih di sini?” balasnya tak mau kalah.

 

Rahangnya menguat saat menahan emosi karena Endo, Daiki berusaha keras menahan diri agar tak membuat keributan di sana.

“Dia ketua tim biologiku. Jadi kalau sesuatu terjadi dengannya itu akan menjadi tanggung jawabku” kedua alisnya terangkat secara bersamaan seolah sedang mempertanyakan pertanyaan yang sama kepada Endo untuk apa dia masih berada di ruangan itu.

 

Endo hanya tersenyum lalu berucap dengan lirih sengaja agar tak membangunkan Yukie.

“Dugaanku benar, kau sepertinya lupa denganku!”

 

“Apa maksudmu??” sahut Daiki.

 

“Kau ingat waktu kau masih duduk di bangku sekolah dasar? Kau seperti pahlawan kesiangan yang selalu membri tahu kepada Sensei bahwa aku mendapat nilai bagus karena menyontek?” 

 

Daiki terdiam namun otaknya bekerja keras memutar rekaman yang ada di dalam kepalanya kembali ke kejadian silam.

 

“Kau dengan bangga membocorkan rahasiaku karena aku selalu menyontek di dalam kelas saat mengerjakan soal. Sampai Sensei akhirnya tak percaya lagi padaku karenamu. Ya kau memang benar waktu itu aku bodoh dan selalu menyontek saat itu tapi sekarang kau bisa lihat aku membuktikan bahwa aku bisa berubah. Aku selalu mendapat nilai A+ untuk semua mata pelajaran karena aku giat belajar. Inilah caraku membalasmu, Daiki! Lalu kau... apa yang kau dapatkan selama tinggal di Amerika??” Endo tersenyum sinis, akhirnya dia bisa merasa berada di atas Daiki yang dulu tak pernah terkalahnKan.

 

Daiki mulai ingat, namun dia hanya diam tak menggubris ocehan Endo.

 

“Apa yang kau dapatkan di Amerika? Hmmm? Aku dengar semua nilaimu di bawah C” Endo menepuk bahu Daiki beberapa kali, seakan memperlihatkan kepada lelaki itu bahwa dia mampu berada di atasnya.

 

Daiki tak berkutik, dia masih diam sembari mengepalkan tangannya kuat namun ekspresi wajahnya terlihat datar.

“Kau, terlalu banyak omong. Pergilah Yukie membutuhkan waktu untuk istirahat!” ucapannya langsung menusuk dada Endo.

 

Seakan usahanya untuk pemar kepada Daiki percuma saja, Endo lalu memilih keluar dari ruangan itu dengan kesal.

 

Setelah Endo keluar, Daiki perlahan mendekati Yukie yang masih belum sadar. Pandnagannya mulai menyapu seluruh tubuh gadis itu.

Penasaran dengan apa yang sempat dilihatnya, Daiki pun berencana untuk memastikan lagi bahwa apa yang dilihatnya tak salah.

Kebetulan kaos olah raga Yukie tersingkap ke atas sehingga tanpa membukanya, Daiki bisa dengan jelas melihat memar warna ungu tua yang ada di pinggang kanannya.

 

Wajahnya langsung terpaku, luka itu benar-benar nyata. Daiki bingung apa yang sebenarnya terjadi pada Yukie. Lagi, Daiki meraih tangan Yukie menarik lengan kaosnya ke atas ternyata di sana juga terdapat luka seperti bekas cubitan yang mulai menghitam.

Dari luar gadis itu terlihat normal biasa saja, namun melihat luka di sekujur tubuhnya membuat Daiki yakin bahwa kehidupan Yukie sangatlah keras.

 

“Mmh!”  rintih Yukie yang mulai tersadar. Dia langsung meraih tangan daiki yang ada di sampingnya dengan kuat. Keningnya berkerut seperti mendapat mimpi buruk.

Namun perlahan akhirnya Yukie membuka matanya. Perlahan dia mengerjapkan mata untuk memastikan wajah siapa yang nampak berbayang di depannya.

“Kau??” ucapnya setelah melihat Daiki dengan jelas. Setelah sadar secara cepat Yukie langsung menepis tangan Daiki yang ada di genggamannya.

“Kenapa aku bisa ada di sini?” Yukie nampak memegangi kepalanya yang sakit.

 

“Bukankah sudah aku bilang, kalau kau tidak mampu ikut estafet kenapa kau tidak menolaknya saja?” karena kesal Daiki tak bisa manahan emosinya, dia sampai mengeraskan suaranya saat berucap.

 

"Cabang lari adalah satu-satunya yang aku kuasai, lagi pula aku juga tak ingin mengecewakan yang lain. Terlebih lagi hanya tersisa cabang renang yang kosong sementara aku tak bisa berenang!" Yukie mulai kesal. “Kau ini kenapa sih?? Hah sudahlah aku tak ingin berdebat denganmu!! Lagipula apa urusannya denganmu kalau aku ikut atau tidak dalam kompetisi sekolah?”

 

“Kau ketua dari tim biologiku! Kalau sampai sesuatu terjadi denganmu siapa yang akan mengurus tugasnya nanti? Kau harus tetap sehat! Aku tak ingin mendapat nilai C di pelajaran bioligi. Kau paham!” tak ingin berdebat lagi Daiki memilih pergi meninggalkannya, setidaknya melihat Yukie baik-baik saja Daiki sudah sudah lega.

 

Melihat sikap Daiki yang selalu marah-marah dengannya membuat Yukie semakin kesal. Jika saja Daiki bisa bersikap manis seperti Kakaknya, mungkin Yukie juga akan mengubah sikpanya agar lebih baik dengan Daiki.

 

                                 **************

 

Jam sekolah telah selesai, Yukie harus bejalan kaki untuk menuju ke stasiun kereta bawah tanah. Sepanjang jalan dia merasa seperti ada yang mengikutinya dari arah belakang. Namun ketika menoleh dia tak melihat siapapun berada di sana.

 

Akhirnya dia tiba di stasiun kereta bawah tanah, penumpang hari itu begitu sangat ramai dan sepertinya membludak dari biasanya. Tak ingin terlambat naik kereta yang biasa dia tumpangi, Yukie menelusup agar bisa berdiri di barisan paling depan.

 

Dari arah belakang ternyata Daiki mengikutinya sejak dari sekolah. Dia memakai hoodie hitam dengan memakai kupluk yang menutupi kepalanya. Dia sengaja menyingkirkan setiap orang yang hendak mendorong mendesak Yukie dari belakang.

 

Tentu saja tak ada yang berani melawan Daiki, melihat tubuhnya yang besar akhirnya mereka pun memilih diam dan menyingkir. Dengan begitu Daiki bisa berdiri tepat di belakang Yukie.

 

Entah apa yang terjadi pada Daiki dia benar-benar sangat penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu. Maka dia memutuskan untuk mengikuti Yukie pulang sampai ke rumahnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Futago Ga Daisuki (Cinta Si Kembar)   41. Taruhan

    Ini pertama kali bagi Yukie naik motor berboncengan dengan Daiki. Belum akur seperti semula tapi setidaknya dia sangat senang akhirnya bisa lagi dekat dengannya. Tak beda jauh dengan Yukie yang tersipu malu, Daiki pun merasakan hal yang sama. Hanya saja masih terlalu besar egonya karena Daiki termasuk tipe orang yang tak mudah mengutarakan perasaannya. Lelaki seperti dia cenderung akan merasa bahwa dirinya memiliki hak penuh atas kepemilikan terhadap orang yang menurutnya masuk ke dalam kriteria. Seperti halnya Yukie, meskipun mereka dekat baginya hubungan antara dirinya dan Daiki hanya berteman tapi berbeda dengan Daiki, dia merasa bahwa Yukie miliknya dan akan merasa cemburu apabila ada orang lain yang mendekatinya. Terlepas hubungan mereka hanya berteman tapi Daiki akan menjadi sangat posesif dengan Yukie. Bruuummm!! Mereka akhirnya sampai di depan rumah Yukie. Belum sempat turun dari motor mereka dikejutkan dengan Bibi Mai yang tiba-tiba muncul da

  • Futago Ga Daisuki (Cinta Si Kembar)   40. Hubungan Mulai Membaik

    Teeeeeeeettt!Selesai jam pelajaran hari itu semua murid berhamburan keluar dari kelas. Namun masih ada juga sebagian dari mereka yang mengikuti kegiatan ekstra di sekolah untuk menambah nilai.Kebetulan Daiki dan Endo masih bersitegang memperebutkan satu kursi untuk bisa masuk dalam tim utama basket. Mereka berdua terlihat mengikuti latihan bersama dengan tim yang sudah resmi menjadi anggota utama.Beberapa hari yang lalu Daiki dan Endo sudah melewati dua sesi penilaian. Hanya tinggal satu sesi lagi penilaian yang nantinya akan menentukan siapa terbaik di antara mereka berdua.“Setelah Olimpiade antar kelas selesai penilaian sesi penilaian terakhir kalian akan diadakan. Poin sementara kalian sampai saat ini sama, aku harap kalian berusaha semaksimal mungkin sampai akhir nanti. Karena itu menentukan salah satu dari kalian untuk ikut bergabung dengan klub utama sekolah! Kalian paham?!” Kapten tim basket memberi petuah untuk mereka berdua,

  • Futago Ga Daisuki (Cinta Si Kembar)   39. Berhenti Peduli Padaku!

    Rencana Daiki tak mungkin begitu saja dilaksanakan, dia membutuhkan waktu satu minggu untuk mencari waktu yang tepat. Tapi setidaknya Daisuke telah meminta kepada Ibunya untuk mengulur waktu agar tidak menandatangani surat perjanjian jual beli tanah bangunan sekolah dan yayasan sampai Daiki bisa memastikan akan mendapatkan dana.Di suatu sisi semua murid sedang dibuat ramai dengan berita dari media. Belum selesai tentang foto yang diunggah oleh Kira kini mereka dikejutkan dengan postingan Daiki di akun pribadinya.Dia mengunggah satu foto seorang gadis berambut panjang yang sengaja di posting setengah badan dan itu dari arah belakang. Membuat semua murid semakin penasaran apakah benar orang yang ada di foto itu adalah Kira. Sementara beberapa hari lalu Kira mengunggah fotonya yang sedang mencium pipi Daiki.Membuat dugaan para murid semakin kuat bahwa mereka kini sedang berkencan. Lokasi yang sama tepatnya di pantai di mana saat itu hanya ada mereka bertiga. Dai

  • Futago Ga Daisuki (Cinta Si Kembar)   38. Izumie Dilema

    Jam pelajaran masih berlanjut, Sensei masih menjelaskan materi di depan kelas. Ginji semula fokus dengan pelajaran tapi bangku Daiki yang kosong mengalihkan perhatiannya. “Di mana Daiki? Apa dia melewatkan jam pelajaran terakhir?”Yukie terdiam saat mendengar ucapan Ginji, dia tak ingin ambil pusing lagi. Tetapi matanya tak bisa dialihkan dari bangku Daiki. Mengingat apa yang telah diucapkannya tadi kepada Daiki dan melihat kini dia tak mengikuti jam pelajaran akhir membuat Yukie berpikir apakah lelaki itu marah dan mencoba menghindarinya. ‘Lupakan Yukie, kau sudah mengambil keputusan untuk tidak memikirkan hal itu lagi!’***Izumie menghabiskan waktunya di ruang Kepala Sekolah. Raut wajahnya terlihat sangat kelelahan dan bingung. Terlihat benar-benar sangat frustasi. Akhir-akhir ini masalah menimpa dirinya, baik perusahaan maupun yayasan.Tok tok tok!! Lamunannya tersadar saat mendengar suara ketukan pintu.Secepat mu

  • Futago Ga Daisuki (Cinta Si Kembar)   37. Kesepakatan

    Yukie bisa saja menolak ajakan Daiki tapi, saat dia sadar tangannya digenggam erat oleh lelaki itu dia merasa sangat nyaman. Timbul perasaan aneh saat tangan mereka bersentuhan, hingga dengan sendirinya Yukie pun membalas genggaman tangannya sembari berusaha mengikuti langkah kaki Daiki yang terbilang cukup lebar membuatnya kualahan ketika mengikutinya dari belakang.Di saat itu Daiki sempat terkejut karena dia bisa merasakan jari-jemari kecil milik Yukie mulai bergerak membalas genggaman tangannya tapi, dia sama sekali tak menghentikan langkahnya.Tiba di tempat biasa Yukie menghabiskan jam istirahatnya, yaitu di bawah pohon samping stadion mini yang biasa digunakan untuk berolah raga, Daiki melepaskan tangannya. Itu sempat membuat Yukie terkejut tapi akhirnya dia sadar bahwa beberapa detik yang lalu tubuhnya seakan terhipnotis hingga menuruti perintah Daiki tanpa perlawanan.“E.kenapa kau membawaku kemari?” pertanyaan itu terlontar setelah Yukie me

  • Futago Ga Daisuki (Cinta Si Kembar)   36. Perlakuan Kasar

    “Oh ya ampuuun! Tuhan kenapa kau titipkan anak ini kepadaku kalau tahu dia akan menjadi pemalas seperti ini??” Bibi Mai terus mengoceh. “Kalau tahu hidupku akan semakin menderita karenanya kenapa dulu kau tidak ambil sekalian nyawanya!!” Setelah puas meluapkan amarah dan kekesalannya, Bibi Mai meninggalkan Yukie di halaman begitu saja. Rambut acak-acakan serta kondisi seragam yang lusuh dan kotor menambah kesedihan Yukie berlipat. Setelah beberapa tahun harus bersembunyi mencuri waktu saat ingin belajar dan kini ketika berhasil memakai seragam impiannya berharap Bibi akan bangga, namun ternyata di luar dugaan Bibi Mai justru mematahkan semangatnya. Akan tetapi mimpi yang sudah Yukie bangun sejak dari kecil tak akan mudah hilang begitu saja.Tertatih saat berjalan menuju ke kamarnya, menahan sakit yang menghujam punggung, kepala dan juga wajahnya. Saat mengingat Bibinya sempat menampar pipi beberapa kali, Yukie cepat-cepat pergi menuju ke kamar mandi un

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status