Ting ting ting!
Bel berbunyi tanda bahwa kereta akan segera tiba, Yukie langsung memposisikan dirinya di barisan paling depan. Sementara Daiki di belakangnya menahan para gerombolan orang yang berdesak-desakan agar tubuh Yukie tak terdorong ke depan karena pastinya sangat berbahaya. Kereta berhenti tepat di depannya, setelah pintu terbuka Yukie pun masuk. Daiki yang berdiri di belakang tak mampu lagi menahan mereka yang jumlahnya semakin bertambar dan lebih banyak, zseperti arus yang kuat dia ikut terdorong sampai menabrak tubuh Yukie. Mereka saling mendorong masuk karena takut akan tertinggal kereta. Yukie terkejut saat tubuhnya terdorong maju. Tak siap menahan dorongan dari belakang, tubuhnya seperti terseret arus yang membuatnya sampai terhimpit ke ujung. Brugh!! “Aduh” rintih Yukie, hampir saja kepalanya terbentur besi.Kejadian itu membuat Daiki terkejut dan langsung refleks menggunakan kedua tangannya menahan desakan dari arah belakang agar tak menghimpit tubuhnya sehingga bisa melukai tubuh Yukie.
Gadis itu terkejut saat tiba-tiba ada dua tangan di samping kanan dan kirinya dari arah belakang. Daiki sengaja melakukan itu untuk menahan tubuhnya agar tak terlalu dekat dengan tubuh Yukie seperti sengaja memberi jarak.Perlahan gadis itu mengangkat wajahnya menatap ke depan melihat bayangan di kaca. Tak begitu jelas siapa lelaki yang berdiri di belakangnya karena wajahnya tertutup penutup hodie yang di kenakan, namun Yukie yakin kalau orang yang berdiri di belakang dan melindunginya dirinya itu berasal dari sekolah yang sama hanya dengan melihat corak kerah seragam seperti yang dia kenakan dirinya.
Sesekali terlihat Yukie melirik ke arah tangan yang berada di sampingnya, melihat telapak tangannya yang besar dan terdapat otot menyembul seakan memperlihatkan betapa lelaki itu dengan kuat menahan tubuhnya agar tak menghimpit dirinya.
Tak lama kemudian kereta berhenti di stasiun selanjutnya, lumayan ada beberapa yang turun di sana sehingga keadaan kereta tak penuh seperti sebelumnya. Daiki bisa melangkah mundur menjauh memberi ruang kepada Yukie agar merasa lebih leluasa. Namun ternyata penumpang yang naik dari stasiun itu justru lebih banyak. Yukie memutar tubuhnya dan terdiam saat melihat ternyata Daiki yang telah melindunginya dari tadi.“Kau??” keningnya langsung berkerut kasar. Sementara Daiki sendiri seolah tak peduli dia memilih membuang pandangannya ke arah lain. “Awas geser-geser!” teriak orang-orang yang berdesakan ingin segera masuk ke dalam kereta. Daiki yang nampak belum siap terdorong lagi sampai menghimpit tubuh Yukie. Reflek melihat kepala gadis itu hampir terbentur besi di belakangnya, Daiki menggunakan tangannya meraih kepala Yukie dan menariknya ke dalam dekapan untuk melindungi Yukie dari benturan. Yukie terkejut seketika dadanya berdebar tak beraturan, terlebih lagi saat menyadari Daiki tengah memeluknya.Sepertinya tak hanya Yukie yang berdebar karena saat itu dia juga mendengar suara degup jantung Daiki yang masuk ke dalam rongga telinganya.Perlahan bola mata Yukie bergerak ke atas mengawasi raut wajah Daiki namun sepertinya lelaki itu memilih untuk menghindar dengan membuang pandangannya ke arah lain.Tangannya perlahan bergerak meremas ujung hoodie yang di kenakan Daiki. Yukie tak berani mengangkat wajahnya karena malu dengan posisinya saat itu.Berharap semuanya akan lewat dan berakhir dengan cepat. Daiki sangat gugup lalu perlahan menunduk menatap ke tangannya yang masih bertahan di belakang kepala Yukie. Daiki sengaja mempertahankan posisi itu agar Yukie tak terluka.Saat kereta mulai bergerak, tubuhnya terguncang dan mereka hampir terjatuh. Apa lagi Daiki tak hanya menahan tubuhnya sendiri karena dia juga harus menahan berat beban tubuh Yukie dalam dekapannya.Daiki juga menahan desakan para penumpang dari arah belakang dan samping namun salah satu tangannya telah berhasil menahan dengan meletakkan telapak tangannya di sisi kaca yang terletak di belakang Yukie. Dorongan dari arah belakang semakin kuat, Yukie menyadari hal itu. Ujung matanya melirik ke tangan Daiki yang tengah bertahan di kaca mulai menekuk di bagian pertengahan sikunya. Yukie sampai meringis seakan merasakan betapa Daiki dengan kuat menahan desakan di dalam kereta untuk melindungi dirinya agar tak terhimpit. Semula tangannya yang meremas hoodienya dengan kuat seperti ingin mendorong tubuh Daiki agar menjauh pun perlahan mulai melemah. Membiarkan Daiki terus mendekap melindundi dirinya. Tiba di stasiun terakhir semua orang keluar termasuk Yukie. Dia mendorong tubuh Daiki agar menjauh dengan begitu Yukie terlepas dari dekapannya.“Umm, terima kasih... aku harus turun!” ucapnya. Daiki masih terdiam mematung di dalam gerbong memikirkan dengan apa yang baru saja dia perbuat, tak biasanya dia terlalu sibuk mengurus kehidupan orang lain namun entah kenapa Dengan Yukie, Daiki tak bisa acuh tak peduli. Sampai akhirnya dia tersadar dari lamunan ketika Yukie berjalan melewatinya begitu saja. “Hah!” Yukie menepuk dadanya perlahan beberapa kali setelah berhasil keluar dari kereta. Sempat dadanya terasa sesak sampai hampir tak bisa bernafas karena kedekatannya dengan Daiki.Sesaat dia menoleh ke pintu memastikan Daiki, namun lelaki itu tak keluar dari kereta.“Ada urusan apa dia sampai harus pergi naik kereta sejauh ini? Biasanya juga naik mobil!” tak mau ambil pusing Yukie kembali melanjutkan langkahnya. Baru saja menaiki anak tangga keluar dari stasiun kereta bawah tanah, Yukie di kejutkan dengan Daiki yang tiba-tiba muncul dari arah belakang.“Hei! Apa yang sedang kau lakukan di sini??” Yukie kebingungan saat Daiki berjalan di sampingnya. Daiki menarik kupluk penutup kepalanya lalu menoleh kearah Yukie.“Tidak ada, aku hanya ingin memastikan kalau ketua timku pulang dengan selamat!” ucapnya dengan remeh, namun sebenarnya dia sangat khawatir dengan Yukie. “Ah ya ampun! Kenapa kau memperlakukanku seolah aku ini akan menghilangkan barang berhargamu! Aku bisa menjaga diriku sendiri. Tenang saja aku pasti akan menyelesaikan tugas biologinya dengan baik!” Yukie melirik sengit. Mereka terdiam sembari terus berjalan menyusuri trotoar. Yukie yang mulai tak nyaman pun sesekali melirik waspada ke arah Daiki sembari sedikit demi sedikit mulai menjauh darinya. “Perhatikan langkahmu!!” ucap Daiki saat menyadari Yukie berusaha untuk menjauh, dan kejadian yang tak diinginkan pun terjadi. Nampak beberapa murid SMP bergerombol menaiki sepeda, mereka menuju ke arah yang sama. Yukie hampir tertabrak orang yang sedang mengayuh sepedanya dengan kencang dari belakang. Beruntung Daiki langsung menarik kerah blazer Yukie dari belakang sehingga dia tak tertabrak. "Awaas!!" Teriak pesepeda itu kepadanya. Nafasnya terengah-engah karena nyaris saja dia terluka, jika Daiki tak menolongnya mungkin bisa jadi kaki atau lengannya akan terluka sehingga Yukie tak bisa mengikuti kompetisi sekolah. “Bodoh!” umpat Daiki, terlihat bahwa lelaki itu seperti menyembunyikan rasa kekhawatirannya dibalik wajah dinginnya itu.“Jangan jauh-jauh dariku!” tambahnya, Daiki terpaksa menggandeng tangan Yukie kemudian melanjutkan langkah kakinya.Yukie hanya bisa diam menunduk menatap tangannya yang di genggam oleh Daiki. Sangat erat, tangan Daiki begitu besar dan lebar. Nampak terlihat urat halus di punggung tangannya.Yukie bisa merasakan tangan Daiki begitu terasa dingin namun rasanya seperti mengalirkan arus panas seperti tersengat listrik melalui tangannya yang membuat sekujur tubuh Yukie menjadi hangat.“Lepas! Aku bukan anak kecil!” Yukie berusaha menepis tangannya karena sangat gugup.Bukannya mengindahkan permintaan Yukie, Daiki justru semakin menguatkan cengkeraman tangannya kepada Yukie.Daiki membuang pandangannya ke sekitar.“Apa rumahmu masih jauh!” Daiki mencoba mengalihkan pembicaraan.Yukie yang sengaja memperlambat langkah kakinya mulai mengalihkan perhatiannya dari Daiki yang langkahnya jauh lebih cepat selangkah darinya.“Ada apa dengan lelaki ini sebenarnya! Setiap saat membuatku kesal tapi dia sepertinya
Bayangan wajah gadis kecil itu terlintas di benaknya namun tidak lama wajahnya berbayang dan berganti dengan wajah Yukie yang tepat berada di depan matanya."Apa kau bilang? Gadis kecil, Apa maksudmu?" Yukie terlihat bingung tak mengerti apa yang diucapkan oleh Daiki."E... lupakan!" dia kembali berjalan sambil terus memikirkan dan mengingat tentang masa lalu.“Dia Kenapa sih, hari ini sangat aneh sekali!" gumam Yukie sembari mempercepat langkahnya yang tertinggal oleh Daiki.Sesampainya di ujung jalan Daiki terpaku melihat pintu yang sama persis dengan yang ada di bayangannya.Langkah Yukie terhenti tepat di depan pintu itu kemudian berucap Kepada Daiki."Kau hanya bisa mengantarku sampai disini, kau tidak bisa masuk!”Lamunannya terbuyarkan oleh ucapan Yukie."Lagi pula siapa yang ingin masuk ke dalam?" Sahut Daiki.Mereka pun terdiam sejenak membuat suasana menjadi canggung sementara Daiki mula
Daiki sengaja membelikan ponsel untuk Yukie karena baginya itu akan mempermudahkan untuk mereka berdua saling menghubungi satu sama lain. Namun ternyata Yukie menolak pemberian ponsel darinya."Maaf aku tidak bisa menerima ponsel ini" Yukie mengembalikan ponsel pemberian dari Daiki dia mendorong paperbag itu kembali ke arahnya.Daiki yang nampak duduk santai di bangkunya hanya melirik kearah paper bag di atas meja. Dia terlihat kesal karena Yukie menolak ponsel darinya namun dia terlalu pandai menyembunyikan perasaan tak sukanya.Mengingat bahwa Yukie tadi pagi sempat tersenyum kearah Daisuke, Daiki pun kemudian berbohong bahwa ponsel itu adalah pemberian kakaknya."Ponsel itu bukan dariku!” dia terpaksa melakukan itu, karena Daiki ingin sekali Yukie menerima ponsel darinya.Seperti dugaannya, Yukie langsung bereaksi senang namun itu membuat Daiki semakin kesal."Apa kau bilang? Ponsel ini dari kakakmu?" raut wajahnya pun bahkan nampak ter
Akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, ketinggian gunung Inasa yang tak lebih dari 400 meter itu menjadi pilihan mereka.Walaupun mereka tak perlu mendaki sampai ke puncak namun cukup berada di kaki gunung Inasa untuk mencari beberapa contoh tumbuhan dan hewan yang mereka butuhkan.Sesampainya di sana cuaca tak mendukung langit mulai gelap bahkan kabut mulai menurun. Mereka bertiga berjalan menyusuri kaki gunung, beruntung di sana sudah terdapat bekas jalan kaki setapak yang biasanya dilewati oleh para pendaki. Sehingga mereka tak perlu kesusahan untuk menuju ke hutan yang lebih dalam.Semakin masuk ke dalam tekstur jalan semakin becek dan ada lumpur bercampur air. Yukie bertugas mencari contoh tumbuhan sementara Ginji bertugas mencari hewan kecil yang jarang di temui. Sedangkan Daiki mengambil tugas paling mudah. Dia hanya berdiri sembari mengambil foto untuk dokumentasi tugasnya.Tampak Daiki sesekali terdiam menikmati rasa perih bercamp
Daiki berlari membelah hujan mendatangi tempat-tempat yang tadi sempat di datangi oleh mereka berharap Daiki akan menemukan kalung yang entah bentuknya seperti apa, namun Daiki tetap terus berusaha mencarikan kalung milik Yukie.Terlihat Daiki mengelilingi tempat pertama kali mereka datang, dia membungkuk mencari siapa tahu kalung itu jatuh dan tertimbun dedaunan. Benar-benar seperti menjadi jarum di tumpukan jerami.Tempat itu sangat luas Daiki sempat beberapa kali memutari tempat itu sampai nafasnya terengah-engah.Terakhir dia naik ke atas ke tempat terakhir mereka kunjungi. Daiki mencoba mengingat-ingat di mana saja Yukie sempat berdiri.“Di mana kalungnya?? Kenapa susah sekali mencari kalungnya?” Daiki hampir menyerah karena cuaca semakin dingin.Rasa dingin yang merasuk ke dalam tubuhnya tak seperti biasa, kali ini rasanya sangat menusuk sampai ke dalam tulang membuat tubuhnya menggigil.Rambutnya telah basah kuyup, bibirnya samp
Ting tong!Yukie sempat ragu untuk datang menjenguk Daiki, namun mengingat lelaki itu terluka karenanya sehingga mau tak mau dia akhirnya datang ke rumah Daiki setelah mendengar kabar dari Ginji kalau Daiki telah pulang dari Rumah Sakit.Cklek!Emiko membuka pintu setelah mendengar bel berbunyi, melihat wajah asing berdiri di depan pintu, Emiko pun bertanya.“Kau siapa?”“Oh, maaf aku lupa memperkenalkan diri. Aku Yukie Matsuda” dia membungkukkan badannya ke Emiko sebagai salam perkenalan.“Oh, aku Emiko... ada yang bisa aku bantu?” Emiko mulai menyelidik ke arah Yukie dari ujung rambut hingga kaki.“Umm, aku” belum selesai berucap, Yukie mendengar suara Daisuke dari arah dalam.“Siapa yang datang?” sahutnya Daisuke kemudian.“Aku tidak tahu, kak. Sepertinya temanmu atau teman Kak Daiki” ucap Emiko sembari membuka pintu lebih lebar.“Yukie?” Daisuke terlihat senang
"Anak yang ada di foto ini, apakah itu kau dan Daisuke?” pertanyaan Yukie masih menggantung di udara bahkan ketika kedua kalinya pertanyaan itu terlontar dari mulutnya Daiki masih diam membisu."Daiki!!" Yukie duduk di bibir ranjang, menatap wajah Daiki dengan tatapan tajam penuh harap menunggu jawaban dari pertanyaannya.Bimbang, saat inilah yang sedang di rasakan oleh Daiki. Antara ingin menjawab, keraguan itu bergelayut di hatinya.Namun karena Yukie sudah melihat foto itu mau tak mau Daiki pun mengakuinya.“Iya, anak kecil yang ada di foto itu adalah aku dan kakakku" Daiki mengalihkan pandangannya ke mata Yukie yang nampak berbinar.Gadis itu terlihat sangat bahagia senyum lebar kemudian terulas di bibirnya."Ya ampun kenapa kau tidak bilang padaku dari awal!" Yukie meletakkan kembali foto itu diatas nakas."Aku harus mengatakan apa? Aku tahu kalau kau gadis kecil itu juga setelah menemukan kalung itu kalau aku tidak menemukanny
Keesokan harinya Daiki berangkat sekolah seperti biasa namun saat ingin masuk ke dalam kelas dia langsung dihadang oleh Kira dan Murakami, Kakak kelasnya.Gadis yang tingginya sebahu Daiki itu bersandar di gawang pintu.“Daiki?” sapanya.Daiki langsung terpaku dengan wajah malas dia hanya menggerakkan bola matanya melirik kearah gadis itu.“Siapa kau?"Kira terkekeh geli bercampur kesal saat sadar ternyata Daiki belum mengenalnya."Aku yang menitipkan coklat kemarin pada teman sebangkumu, apa dia tidak memberikan coklat itu padamu?"Daiki semakin malas bahkan sepertinya berbicara dengan Kira hanya membuang-buang waktunya saja maka memilih untuk tak menghiraukan gadis itu adalah pilihan yang tepat."Menyingkirlah kau menghalangi jalanku!" Daiki kemudian mendorong bahu kira dengan tubuhnya saat ingin masuk ke dalam kelas.Gadis itu melirik dengan tatapan kesal karena tak menyangka bahwa Daiki pun akan b