Share

14. Mengantar Pulang

Ting ting ting!

 

Bel berbunyi tanda bahwa kereta akan segera tiba, Yukie langsung memposisikan dirinya di barisan paling depan. Sementara Daiki di belakangnya menahan para gerombolan orang yang berdesak-desakan agar tubuh Yukie tak terdorong ke depan karena pastinya sangat berbahaya. 

 

Kereta berhenti tepat di depannya, setelah pintu terbuka Yukie pun masuk. Daiki yang berdiri di belakang tak mampu lagi menahan mereka yang jumlahnya semakin bertambar dan lebih banyak, zseperti arus yang kuat dia ikut terdorong sampai menabrak tubuh Yukie. Mereka saling mendorong masuk karena takut akan tertinggal kereta.

 

Yukie terkejut saat tubuhnya terdorong maju. Tak siap menahan dorongan dari belakang, tubuhnya seperti terseret arus yang membuatnya sampai terhimpit ke ujung.

 

Brugh!!

 

“Aduh” rintih Yukie, hampir saja kepalanya terbentur besi.

Kejadian itu membuat Daiki terkejut dan langsung refleks menggunakan kedua tangannya menahan desakan dari arah belakang agar tak menghimpit tubuhnya sehingga bisa melukai tubuh Yukie.

 

Gadis itu terkejut saat tiba-tiba ada dua tangan di samping kanan dan kirinya dari arah belakang. Daiki sengaja melakukan itu untuk menahan tubuhnya agar tak terlalu dekat dengan tubuh Yukie seperti sengaja memberi jarak. 

Perlahan gadis itu mengangkat wajahnya menatap ke depan melihat bayangan di kaca. Tak begitu jelas siapa lelaki yang berdiri di belakangnya karena wajahnya tertutup penutup hodie yang di kenakan, namun Yukie yakin kalau orang yang berdiri di belakang dan melindunginya dirinya itu berasal dari sekolah yang sama hanya dengan melihat corak kerah seragam seperti yang dia kenakan dirinya.

Sesekali terlihat Yukie melirik ke arah tangan yang berada di sampingnya, melihat telapak tangannya yang besar dan terdapat otot menyembul seakan memperlihatkan betapa lelaki itu dengan kuat menahan tubuhnya agar tak menghimpit dirinya.

 

Tak lama kemudian kereta berhenti di stasiun selanjutnya, lumayan ada beberapa yang turun di sana sehingga keadaan kereta tak penuh seperti sebelumnya. Daiki bisa melangkah mundur menjauh memberi ruang kepada Yukie agar merasa lebih leluasa. Namun ternyata penumpang yang naik dari stasiun itu justru lebih banyak.

 

Yukie memutar tubuhnya dan terdiam saat melihat ternyata Daiki yang telah melindunginya dari tadi.

“Kau??” keningnya langsung berkerut kasar.

 

Sementara Daiki sendiri seolah tak peduli dia memilih membuang pandangannya ke arah lain.

 

“Awas geser-geser!” teriak orang-orang yang berdesakan ingin segera masuk ke dalam kereta.

 

Daiki yang nampak belum siap terdorong lagi sampai menghimpit tubuh Yukie. Reflek melihat kepala gadis itu hampir terbentur besi di belakangnya, Daiki menggunakan tangannya meraih kepala Yukie dan menariknya ke dalam dekapan untuk melindungi Yukie dari benturan.

 

Yukie terkejut seketika dadanya berdebar tak beraturan, terlebih lagi saat menyadari Daiki tengah memeluknya.

Sepertinya tak hanya Yukie yang berdebar karena saat itu dia juga mendengar suara degup jantung Daiki yang masuk ke dalam rongga telinganya.

Perlahan bola mata Yukie bergerak ke atas mengawasi raut wajah Daiki namun sepertinya lelaki itu memilih untuk menghindar dengan membuang pandangannya ke arah lain.

Tangannya perlahan bergerak meremas ujung hoodie yang di kenakan Daiki. Yukie tak berani mengangkat wajahnya karena malu dengan posisinya saat itu.

Berharap semuanya akan lewat dan berakhir dengan cepat.

 

Daiki sangat gugup lalu perlahan menunduk menatap ke tangannya yang masih bertahan di belakang kepala Yukie. Daiki sengaja mempertahankan posisi itu agar Yukie tak terluka.

Saat kereta mulai bergerak, tubuhnya terguncang dan mereka hampir terjatuh. Apa lagi Daiki tak hanya menahan tubuhnya sendiri karena dia juga harus menahan berat beban tubuh Yukie dalam dekapannya.

Daiki juga menahan desakan para penumpang dari arah belakang dan samping namun salah satu tangannya telah berhasil menahan dengan meletakkan telapak tangannya di sisi kaca yang terletak di belakang Yukie.

 

Dorongan dari arah belakang semakin kuat, Yukie menyadari hal itu. Ujung matanya melirik ke tangan Daiki yang tengah bertahan di kaca mulai menekuk di bagian pertengahan sikunya. Yukie sampai meringis seakan merasakan betapa Daiki dengan kuat menahan desakan di dalam kereta untuk melindungi dirinya agar tak terhimpit.

 

Semula tangannya yang meremas hoodienya dengan kuat seperti ingin mendorong tubuh Daiki agar menjauh pun perlahan mulai melemah. Membiarkan Daiki terus mendekap melindundi dirinya.

 

Tiba di stasiun terakhir semua orang keluar termasuk Yukie. Dia mendorong tubuh Daiki agar menjauh dengan begitu Yukie terlepas dari dekapannya.

“Umm, terima kasih... aku harus turun!” ucapnya.

 

Daiki masih terdiam mematung di dalam gerbong memikirkan dengan apa yang baru saja dia perbuat, tak biasanya dia terlalu sibuk mengurus kehidupan orang lain namun entah kenapa Dengan Yukie, Daiki tak bisa acuh tak peduli. Sampai akhirnya dia tersadar dari lamunan ketika Yukie berjalan melewatinya begitu saja.

 

“Hah!” Yukie menepuk dadanya perlahan beberapa kali setelah berhasil keluar dari kereta. Sempat dadanya terasa sesak sampai hampir tak bisa bernafas karena kedekatannya dengan Daiki.

Sesaat dia menoleh ke pintu memastikan Daiki, namun lelaki itu tak keluar dari kereta.

“Ada urusan apa dia sampai harus pergi naik kereta sejauh ini? Biasanya juga naik mobil!” tak mau ambil pusing Yukie kembali melanjutkan langkahnya.

 

Baru saja menaiki anak tangga keluar dari stasiun kereta bawah tanah, Yukie di kejutkan dengan Daiki yang tiba-tiba muncul dari arah belakang.

“Hei! Apa yang sedang kau lakukan di sini??” Yukie kebingungan saat Daiki berjalan di sampingnya.

 

Daiki menarik kupluk penutup kepalanya lalu menoleh kearah Yukie.

“Tidak ada, aku hanya ingin memastikan kalau ketua timku pulang dengan selamat!” ucapnya dengan remeh, namun sebenarnya dia sangat khawatir dengan Yukie.

 

“Ah ya ampun! Kenapa kau memperlakukanku seolah aku ini akan menghilangkan barang berhargamu! Aku bisa menjaga diriku sendiri. Tenang saja aku pasti akan menyelesaikan tugas biologinya dengan baik!” Yukie melirik sengit.

 

Mereka terdiam sembari terus berjalan menyusuri trotoar. Yukie yang mulai tak nyaman pun sesekali melirik waspada ke arah Daiki sembari sedikit demi sedikit mulai menjauh darinya.

 

“Perhatikan langkahmu!!” ucap Daiki saat menyadari Yukie berusaha untuk menjauh, dan kejadian yang tak diinginkan pun terjadi.

 

Nampak beberapa murid SMP bergerombol menaiki sepeda, mereka menuju ke arah yang sama. Yukie hampir tertabrak orang yang sedang mengayuh sepedanya dengan kencang dari belakang. 

Beruntung Daiki langsung menarik kerah blazer Yukie dari belakang sehingga dia tak tertabrak.

 

"Awaas!!" Teriak pesepeda itu kepadanya.

 

Nafasnya terengah-engah karena nyaris saja dia terluka, jika Daiki tak menolongnya mungkin bisa jadi kaki atau lengannya akan terluka sehingga Yukie tak bisa mengikuti kompetisi sekolah.

 

“Bodoh!” umpat Daiki, terlihat bahwa lelaki itu seperti menyembunyikan rasa kekhawatirannya dibalik wajah dinginnya itu.

“Jangan jauh-jauh dariku!” tambahnya, Daiki terpaksa menggandeng tangan Yukie kemudian melanjutkan langkah kakinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status