Share

15. Benarkah Kau Gadis Kecil Itu?

Yukie hanya bisa diam menunduk menatap tangannya yang di genggam oleh Daiki. Sangat erat, tangan Daiki begitu besar dan lebar. Nampak terlihat urat halus di punggung tangannya.

Yukie bisa merasakan tangan Daiki begitu terasa dingin namun rasanya seperti mengalirkan arus panas seperti tersengat listrik melalui tangannya yang membuat sekujur tubuh Yukie menjadi hangat.

 

“Lepas! Aku bukan anak kecil!” Yukie berusaha menepis tangannya karena sangat gugup.

Bukannya mengindahkan permintaan Yukie, Daiki justru semakin menguatkan cengkeraman tangannya kepada Yukie.

 

Daiki membuang pandangannya ke sekitar.

“Apa rumahmu masih jauh!” Daiki mencoba mengalihkan pembicaraan.

 

Yukie yang sengaja memperlambat langkah kakinya mulai mengalihkan perhatiannya dari Daiki yang langkahnya jauh lebih cepat selangkah darinya.

“Ada apa dengan lelaki ini sebenarnya! Setiap saat membuatku kesal tapi dia sepertinya tidak sadar dengan hal itu! Apa dia tidak lelah selalu karena selalu saja menggangguku!” batinnya.

 

“Hei!! Di mana rumahmu?” sahut Daiki saat Yukie tak menjawab pertanyaan darinya.

 

“Masih jauh! Jalanan sudah sepi kau bisa, kan? Melepaskan tanganmu?”

 

Tak ingin berdebat Daiki langsung melepaskan tangan Yukie. Kini pandangannya teralihkan ke sebuah pohon besar yang tampak tak asing di matanya.

Pohon sakura itu mengingatkan dirinya pada momen dulu sewaktu dia masih kecil saat bertemu dengan gadis yang selalu berdiri di bawah pohon itu.

Daiki tengah terdiam berdiri di bawah pohon sakura yang mulai berguguran. Memandang ke tempat di mana dulu Daiki sering bertemu dengan teman kecilnya.

 

Yukie terdiam sesaat dia pun sempat kehilangan Daiki yang hilang dari pandangannya, Yukie membuang pandangannya ke arah di mana Daiki menatap. Tepat di depan pintu masuk bekas taman hiburan itu dia teringat dengan teman kecil yang selalu membuatnya tersenyum. Yukie teringat kenangan di mana dia mendapat kalung dari teman kecilnya.

 

“Ini, aku tidak tahu apa kalung ini berguna untukmu. Tapi kau boleh menyimpannya siapa tahu nanti ketika sudah besar kita bisa bertemu lagi. Dan jika saat itu terjadi aku pasti akan langsung mengenalimu karena kalung ini.”

Kalimat itu terus terekam di otak Daiki, sampai sekarang dia masih berharap akan bisa bertemu dengan teman kecilnya di sini.

 

Sementara Yukie pun sama, bayangan ketika anak kecil itu memberinya kalung masih terlihat jelas di benaknya.

“Dulu, tempat ini menjadi tempat favorite anak-anak untuk pergi berlibur bersama keluarga mereka. Tapi sekarang taman ini ditutup karena tidak terawat lagi” Yukie mulai bercerita, bagaimana taman itu berubah menjadi lahan kosong yang sudah tak terpakai.

"Di sini dulu adalah tempat untuk setiap keluarga menghabiskan waktu bersama, taman ini akan menjadi ramai setiap akhir pekan" terulas senyum di bibir Yukie saat mengingat wajah anak kecil yang terlintas di benaknya.

Tak lama kemudian dia melanjutkan ceritanya.

 

Daiki yang mulai tertarik dengan ceritanya pun menoleh menatap wajah Yukie dari samping. Untuk sesaat dia memang mendengar jelas apa yang diceritakan gadis itu. Namun wajah Yukie yang berseri mampu mengalihkan perhatiannya.

Hujan bunga sakura menambah pemandangan di depannya semakin terlihat indah. Senyum tipis seketika terulas di bibir Daiki, raut wajahnya langsung terpaku ketika melihat raut wajah Yukie berseri-seri. Senyum itu senyum yang tak pernah terlihat sebelumnya.

 

Yukie telah selesai bercerita, dia pun menoleh kearah Daiki yang sedang melamun menatap kearahnya.

“Kau mendengar ceritaku?” sahut Yukie saat melihat Daiki melamun karena dirinya.

“Hei!!” bentak Yukie, seketika langsung membuat Daiki tersadar dari lamunan.

 

Senyum tipis itu menghilang seketika dari wajah Daiki.

Ghm!!

Daiki berdehem mencairkan suasana canggung, Lelaki itu kemudian membuang pandangannya ke arah lain.

“Cepatlah, aku harus memastikan kalau kau sampai di rumah dengan selamat!” ucapnya sembari melangkah pergi begitu saja.

"Kenapa dengannya?"

                                     *****************

 

Mereka melewati jalanan sepi yang semakin jauh dari perkotaan. Daiki mulai nampak melihat ke sekitar. Jalan itu seperti tak asing baginya. Walaupun banyak yang berubah mulai dari pepohonan yang tumbuh di tepi jalan lalu papan penunjuk arah serta bangunan di sepanjang jalan itu tak membuat Daiki lupa kalau dulu dia pernah melewatinya.

Seperti dejavu, seakan Daiki merasa pernah berjalan beriiringan dengan Yukie sebelumnya di waktu lampau melewati jalan yang sama.

 

Yukie mulai merasa aneh dengan Daiki yang celingukan seperti orang kebingungan.

“Kenapa? Kau kenapa?” Yukie mulai penasaran saat Daiki nampak melihat, mengawasi keadaan di sekitar dengan pandangan menyelidik.

 

“Mmm, tidak! Tidak apa-apa!” Daiki masih ragu, tak sepenuhnya dia ingat dengan jalan di sana. Diam-diam sembari melangkah Daiki selalu menyelidik ke setiap gang yang mengingatkannya pada jalan di mana saat waktu dia masih kecil pernah melewatinya ketika mengantar gadis kecilnya kembali ke rumah.

 

Semakin ke dalam semakin membuat Daiki yakin, terlebih lagi saat melihat gang buntu sebelum menuju ke rumah Yukie. Melihat gang itu Daiki pun sempat terdiam sejenak.

Meyakinkan diri bahwa apa yang di pikirkan betul adanya.

 

Lagi-lagi Yukie melirik dengan alis menyatu disertai kening berkerut.

“Kau ini kenapa si?? Hari ini kau aneh sekali! Daiki?" Tak mau ambil pusing, Yukie kemudian memilih untuk membahas perihal tugas biologi.

"Besok minggu kau dan Ginji atur saja di mana kita bertemu untuk melakukan riset tugas biologinya” gadis itu melangkah meninggalkan Daiki yang masih terpaku. Namun ocehannya tak di gubris oleh Daiki.

 

Untuk lebih memastikan akhirnya Daiki pun bertanya.

“Di mana rumahmu?” 

Pertanyaan yang terlontar dari mulut Daiki membuat Yukie menghentikan langkahnya berubah pelan, dia menoleh lalu menggerakkan tangannya menunjuk ke arah sebuah rumah.

 

“Hmm? Rumahku... di sana!” tunjuknya pada sebuah gang yang terdapat di ujung jalan.

 

Daiki menoleh menatap gang itu seketika bayangan waktu dia kecil saat mengantar kembali teman gadisnya ke rumah berbayang di benaknya. 

Perlahan bayangan wajah gadis itu menghilang dan berubah menjadi wajah Yukie yang tiba-tiba muncul di hadapannya sembari melambaikan tangan tepat di depan wajah Daiki.

 

“Hei hei!! Hari ini kau salah minum obat ya? Kenapa kau terlihat aneh sekali hari ini?” Yukie mencoba membuyarkan lamunannya.

 

Akan tetapi tiba-tiba Daiki meraih tangan Yukie mencengkeramnya dengan erat. Matanya menatap tajam kedua mata Yukie dengan penuh harap namun ekspresi wajahnya tak terbaca.

Yukie kebingungan saat melihat raut wajah Daiki berubah aneh, matanya kini tertuju pada cengkeraman tangan Daiki yang masih bertahan di tangannya.

“Kau... benarkah, kalau kau gadis kecil itu?”

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Nadia Oktavia
aku terringgal jauh ternyata ...... ku kira pindah lapak kakak ......
goodnovel comment avatar
Tasya Nadia
Kakak ratu 🥰🥰🥰 ditunggu bab selanjutnya 🥰🥰🥰 semangat 🥰🥰🥰
goodnovel comment avatar
Noor Aqilah
huwaaaaaaa, burete bikin penasaran😩
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status