Meli tidak bisa menjawab apa yang ditanyakan oleh Marni tapi semenjak kedatanagn Marni seperti semua perhatian tertuju pada Marni itu adalah yang membuat Meli marah dan membenci Marni.
"Kamu banyak salah padaku. Kamu hanya gadis yang berasal dari kampung tapi merebut semua perhatian yang seharusnya tertuju padaku," jawab Meli.
"Itu hanya perkiraanmu saja. Berarti tak ada yang salah pada kami, kamu yang berpikir terlalu jauh tentang kami," ucap Marni.
Marni mengupas buah dan juga meminta orang yang mengurus Marni tadi membersihkan bekas bubur yang berceceran di lantai. Marni memberikan potongan buah untuk Meli ia tahu kalau perutnya sudah lapar karna pingsan semalaman.
"Meli makanlah, aku tahu kamu lapar karena belum makan apapun," ucap Marni.
"Aku tidak sudi makan buah yang kamu kupas dan potong itu. Aku tidak lapar aku takut kamu memberikan aku racun," balas Meli sambil melengos.
Krucukkk ... Terdengar suara perut lapar Meli, ia merasa malu
Madam Gisel kesal karena Meli mencoba memanipulasinya agar ia terbebas dari hukuman. Madam yang sudah puluhan tahun berkecimpung d bisnis seperti ini tidak akan mempan dengan siasat yang dilakukan oleh Meli. Madam sudah kenyang dengan trik kotor apa saja yang pernah dilakukan semasa muda. "Kamu jangan coba berkata yang tidak masuk akal. Seandainya itu juga Marni aku tidak akan pilih kasih dalam memberikan hukuman. Orang yang salah harus dihukum," jawab Madam Gisel dengan tegas. "Madam aku tahu madam akan berbaik hati padaku dan meringankan hukuman untukku aku mohon madam," pinta Meli pada madam. Madam memerintahkan pengwal untuk mengawasi kamar Meli. Hukuman yang diberikan padanya adalah tidak akan diberikan jadwal bernyanyi. Atau istilah kerennya di skrors tidak boleh bernyanyi selama satu bulan penuh agar tidak ada pemasukan untuknya. Tak hanya itu Meli juga dikurung dikamar tidak boleh keluar selama sebulan dengan penjagaan yang ketat. "Madam tolong maafk
Marni meyakinkan Lisa kalau Meli tak akan marah karena kedatangan mereka dengan niat baik bukan jahat. Meli harusnya tahu niat baik harus di terima dengan lapang dada."Pasti tak akan marah kita memang mau meracuni dia. Kita justru datang membawakan makanan kesukaannya," jawab Marni sambil merangkul Lisa."Lisa kamu tak usah khawatir Meli seharusnya senang jika kita menjenguknya. Dia bisa punya teman untuk mengobrol," ucap Tania.Lisa mengangguk mengerti mereka bertiga berjalan bersama menuju kamar Meli. Mengantarkan makan siang takut makanan yang diberikan oleh dapur tak cocok dengan lidahnya.Namanya makanan yang dimasak partai mana ada yang menggugah selera."Aku kenapa deg-degan begini ya," gumam Lisa."Tidak usah takut kami siap membelamu jika Meli tidak menerimamu datang," balas Marni.Kriett! Pintu kamar Meli dibuka perlahan oleh pengawal yang berada di depan pintu kamar Meli. Mereka bertiga masuk ke kamar dan menganggetkan Meli yang b
Meli gelagapan atas pertanyaan Marni yang menanyakan darimana ia tahu kalau mereka habis jalan-jalan di pusat perbelanjaan ternama dan juga habis melakukan perawatan tubuh menyeluruh dan serba mewah. "Da-dari mana aku tahu itu bukan urusanmu. Yang jelas aku tahu saja kalian habis melakukan perawatan," ucap Meli terbata tapi judes. "Meli kalau begitu nanti aku akan menaktrirmu perawatan dan mengajakmu jalan-jalan kalau kamu usai menjalani hukuman dari madam," balas Lisa. Meli sebenarnya senang tapi dia tak mau menunjukkan di depan Marni maupun Tania. Ia gengsi setengah mati kalau dia terlihat senang di traktir oleh musuh. Meli masih angkuh dan tidak mau merendah di hadapan mereka semua dan membaut Tania jengkel tidak bisa mengontrol mulutnya. "Sudah aku bilang kan kalau aku tidak mau direndahkan olehmu. Kamu mau pamer sudah jadi penyanyi resmi ruang vip dan honormu naik hah," bentak Meli. "Dasar perempuan hina tak tahu diri dari tadi kamu itu terus mengo
Marni melihat Lisa yang malu menggunakan baju dengan belahan sampai pangkal paha yang memperlihatkan paha mulus milik Lisa. Marni mencoba membuat Lisa percaya diri dengan penampilannya."Lisa kamu terlihat elegan memakai baju itu bukan sexy. Kamu cantik sempurna ayo aku antar ke ruang make-up," ajak Marni yang sangat antusias mengajari Lisa."Marni kamu temani aku ya. Apa malam ini kita akan duet lagi?" tanya Lisa."Tidak kamu akan bernyanyi sendiri malam ini. Tidak apa-apa kamu harus percaya diri banyak yang menyawer ya," balas Marni.Lisa berdegub kencang jantungnya karena akan tampil sendiri di atas panggung besar itu. Entah kenapa Lisa belum terbiasa saja padahal sudah sering bahkan setiap hari manggung di kafe menghibur banyak pengunjung kafe."Aku sungguh takut kalau berada di panggung besar itu. Seolah semua orang menatapku padahal aku sudah terbiasa manggung di kafe," ucap Lisa."Kamu harus percaya diri karena kamu butuh biaya besar untuk ibumu
Marni mengorek informasi apa yang terdapat pada lelaki tampan yang ada di hadapannya ini. Entah kenapa lelaki yang mabuk sendirian itu telah merebut hati Marni yang merasa seakan pemuda ini berbeda."Aku hanya pegawai swasta dengan gaji umr biasa. Wanitaku yang cantik meninggalkanku demi pria yang lebih mapan dariku," balas pemuda itu."Tapi aku bukan wanita itu tuan. Bolehkah aku menemanimu malam ini?" tanya Marni."Jangan omong kosong. Aku tak punya banyak uang untuk menyenangkanmu!" seru pemuda itu.Pemuda tampan yang belum Marni ketahui namanya itu terus meminta Marni untuk menyingkir dari hadapannya karena merasa benci pada wanita cantik hanya bisa menjadi penggoda juga hanya menginginkan uang lelaki saja.Pemuda yang sedang mabuk itu terus mengoceh kenapa kehidupan asmaranya bisa seperti ini. Cinta yang dirajut susah payah sejak lama tak bisa dipertahankan karena godaan dari pria yang lebih memiliki banyak uang."Tuan jangan seperti itu. Mungkin wa
Arsen sedikit acuh tak acuh melihat wanita yang masih berdiri menatap tubuhmu dari atas sampai bawah seperti tak pernah melihatnya saja. Memang malam tadi adalah pertama kalinya Arsen melakukan hubungan itu. Kenapa wajah wanita mantan kekasih Arsen merasa tak senang dengan penampilan Arsen hari ini. "Arsen apa kamu masih marah padaku. Aku harap hubungan kita tetap terjaga dengan baik walau kita sudah tidak bersama lagi," ucap wanita itu. "Resti aku katakan padamu aku tidak mau berhubungan baik dengan istri orang karena akan menyebabkan kesalahpahaman dengan suamimu," sahut Arsen seraya meninggalkan Resti. Resti menghalangi Arsen untuk tidak pergi dari hadapannya matanya tertuju pada leher yang sangat jelas berwarna merah keungungan seperti bekas tanda cinta untuknya. Apakah Arsen semalam sedang bercinta dengan seorang wanita. "Arsen tunggu! Apakah kamu mempunyai wanita saat kita bersama. Kamu selalu menolak bercinta denganku tapi kenapa hari ini ada bekas ta
Semua orang berkerumun dan memandang wanita malang itu dan merekapun berbisik ada apa gerangan sekuriti memishkan mereka dan meminta untuk tenang karena ini adalah tempat umum."Lihat wajah wanita ini dan hapalkan siapa tahu ketemu di jalanan, karena dia sudah menjadi wanita simpanan ayahku!" ucap anak dari istri sah yang kesal dengan Resti."Kamu anak kurang ajar. Aku dan ayahmu saling mencintai untuk apa kamu marah padaku. Aku akan telpon ayahmu sekarang agar kamu di hukum," ucap Resti sambil menagmbil ponselnya.Gadis yang melihat tingkah Resti yang sok-sokan itu tertawa terbahak-bahak karena ulahnya yang menggelikan. Tidak tahu saja kalau ayahnya sudah diperhentikan dari jabatannya saat ini karena ibunya yang memiliki perusahaan. Berkhianat berarti harus berpisah dan memulai kembali dengan istri yang sekarang."Telepon saja aku tidak takut justru kamu yang akan menderita sendiri mendengar kenyataan yang ada. Wanita jalang sepertimu harus disinkirkan,"
Arsen tentu saja tidak punya kartu akses ke sini dia hanya ingin bertemu dengan Marni lebih baik sekarang mengeluarkan ponsel juga menghubungi Marni untuk bertemu."Saya tidak punya kartu akses pak tapi saya mau menghubungi teman dulu ya," ucap Arsen."Iya pak silahkan soalnya kalau tidak punya kartu akses tidak bisa masuk ke sini hanya yang tinggal di sini yang bisa masuk pak," balas pak satpam.Arsen menghubungi Marni dan mengatakan kalau dia sudah berada di depan pintu masuk apartemannya. Tidak butuh waktu lama Marni turun kebawah lalu menghampiri Arsen yang sudah menunggunya di atas motor maticnya."Apa kamu sudah menunggu lama tuan. Bisakah kamu antarkan aku menuju tempat kerjaku sekarang?" tanya Marni yang sudah bersiap untuk menuju tempat usaha madam Gisel."Kalau begitu aku akan mengantarmu. Nona dimana kamu bekerja?" tanya Arsen.Marni menyebutkan nama tempak kerjanya. Tempat itu dekat tempat kerja Arsen dan apartemen ini tapi itu a