Demi mencari pembunuh tunangannya yang menurut kabar ada di ranah politik, Art menerima tawaran Jared Filmore untuk bergabung dengan kesatuan pengamanan milik orang nomor satu di negara itu, dengan tugas khusus menjadi pengawal putrinya. Jared tertarik padanya setelah mengetahui kekuatan Art saat bertarung melawan musuh di kediaman Filmore. Art tidak sengaja menunjukkan kemampuan, padahal saat itu tugasnya hanya sebagai seniman yang disewa Jared si presiden untuk melukis kamar putrinya.
View MoreDalam tiga hari, berita tentang Raul Abellard yang terserang penyakit kulit aneh langsung menyebar ke seluruh penjuru negeri.Belum diketahui penyebab pasti, yang jelas pria dengan posisi penting di pemerintahan itu harus mendapat perawatan intensif hingga membaik.Art tersenyum puas. Soda kalengan di tangan ditenggak satu teguk dengan elegan. "Selamat menikmati keterpurukanmu dengan bisul-bisul itu, Pak Tua.”Tidak peduli dari mana Daichi mendapatkan serbuk aneh itu, Art hanya perlu berterima kasih. Rekaman cctv parkiran yang menunjukkan perbuatannya juga telah dihapus Daichi melalui peretasan seperti biasa.Satu telapak tangan meraih remote di atas meja lalu mematikan layar yang baru saja menyiarkan berita tentang kondisi Abellard."Itu baru awal. Akan datang waktu aku menuntaskan apa yang telah kau mulai." Berubah dalam sekejap, sorot mata Art berganti tajam. "Kau harus membayar semuanya, Abellard."Dia tak ingin kematian mengenaskan Hanna hanya menjadi tragedi yang terkubur begitu
Ketampanan tak biasa dengan tatanan wajah tak manusiawi, tubuh tinggi di atas 180 senti dengan pundak, dada dan lengan bidang juga berotot. Jago beladiri, pandai berbicara walau tak banyak, kemampuan otomotif juga mekanik yang sejalan. Dan yang paling mengejutkan ... tangan dinginnya, jari-jari lancipnya ... bisa menghasilkan karya yang begitu indah."Bagaimana bisa manusia sesempurna itu?"Pertanyaan itu pasti akan berulang dia ucapkan.Krystal tak bisa mengkondisikan perasaannya. Jantungnya terus bertalu seolah akan meledak. Bayangan wajah Art mengusir semua yang ada di kepalanya, menguasai tak tahu malu. Lukisan dirinya di dinding kamar seperti sihir yang mengantar pikirannya pada sosok sialan itu, sosok yang sudah hampir dua minggu ini terus dilihatnya setiap saat."Sayang."Suara itu entah mengacau, atau justru menyelamatkan Krystal dari dunianya, dunia tentang seorang pria yang tak ada siapa pun lagi di dalamnya. Gadis itu menoleh ke sisi kanan dan mendapati Erica berjalan mende
"Aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi," celetuk Krystal sembari menurunkan tubuh menduduki sebuah kursi."Takdir akan menjamu yang dikehendaki," balas Art, melakukan hal serupa dengan Krystal. "Nona tidak keberatan 'kan saya duduk di sini?" tanyanya tanpa rasa canggung.Krystal mengangguki. "Silakan." Dalam hati dia menyambung, "Kurasa hanya kau pengawal yang bisa melakukan sesuka hati." Lalu terkikik geli tanpa dia sadari.Art menaikkan pandang dengan curiga. "Boleh saya bertanya apa yang lucu, Nona?"Krystal melengak lalu gelagapan. "Ah, tidak! Tidak ada. Aku hanya mengingat sesuatu yang tidak penting."Jawaban yang sejujurnya Art tahu itu adalah kilah, tapi dia memilih tidak peduli dan mulai menyesap kopi yang baru saja dihidangkan seorang pelayan.Keduanya kini berada di dalam sebuah kafe tak jauh dari tempat yang ditinggali Krystal sementara waktu.Presiden melarang putrinya pulang ke rumah utama sampai hari ulang tahunnya tiba. Akan ada kejutan untuknya, alasan Jared. Yang
"Apa kau tidak ingat itu?" Jared Filmore bertanya pada putrinya. Meninggalkan kursi yang didudukinya untuk mendekat pada Krystal yang duduk berseberangan. Dielusnya rambut gadis itu penuh sayang.Krystal menatap ayahnya tapi belum mau mengatakan apa-apa.Gadis itu baru saja mendengar sebuah cerita klasik yang demi apa pun cukup membuatnya terkejut. Sebuah cerita kecil masa lalu yang mungkin hampir melebur dari pikirnya.Dari Jared, dia beralih menatap Art yang berdiri di satu sisi. Menjalankan otaknya pada kejadian yang baru saja didengar dari mulut ayahnya.Art tetap dalam modenya, datar tanpa ekspresi.Krystal terus mendalami wajah itu. Apakah benar dia orang yang dimaksud Jared dalam ceritanya. Ah, dia bahkan tak ingat seperti apa selain mereka sama-sama tampan.Art mengangguk tipis. "Saya pun baru ingat setelah ayah Anda menjelaskan, Nona." Dia juga sama bodohnya dengan Krystal.Jared tersenyum menyikapi jawaban itu. Anak-anak muda itu seolah memiliki ingatan yang buruk. Tapi pada
Bandara internasional Kota Arvis.Sehelai kertas bertuliskan nama Krystal diangkat tinggi oleh Art. Satu per satu wajah yang muncul tak lepas dari pandangan. Tapi lagi-lagi mereka bukan yang dia tunggu.Mungkinkah Jared Filmore mulai pikun tentang tanggal dan memberinya waktu yang salah menjemput Krystal?Pikiran Art mulai kacau disengat kesal.Dia terus mengumpat kasar dengan suara rendah. Ingin menyerah dan akan berbalik pergi, orang yang ditunggu tak jua muncul."Bau lumut rumah Daichi lebih enak dari pada tempat sialan ini."Kekesalannya muncul dari beberapa hari lalu. Tidak ada yang dia kerjakan lagi setelah lukisan nona muda selesai disempurnakan. Hanya merebah dan menunggu kepulangan Krystal. Markas besar Phantom baginya juga bukan tempat yang menyenangkan. Melihat mereka berlatih bela diri dan menembak, atau menghabiskan waktu di ruang olahraga dengan para pegawai wanita yang genit-genit. Itu membosankan bagi seorang Art yang selalu bekerja di luar nalar."Ah, baiklah."Perset
Sofa berbentuk L di dalam apartemen Hanna, diduduki mereka--Art, Demian Goon, dan dua lain yang sepertinya hanya datang untuk menemani kepala kesatuan mereka.Obrolan baru hanya sampai tahap sapa menyapa.Art nampak masih mengamati gelagat orang-orang di hadapannya. Tetap dalam mode waspada."Jadi apa tujuan kalian menemuiku sampai ke sini?" tanya Art.Lumayan juga pergerakan orang-orang itu sampai mengorek hingga ke ranah pribadi Art yang mendiami apartemen kekasihnya. Entah jalur apa yang mereka gunakan untuk mencari.Selama ini Art memang bersembunyi dari Jared Filmore dan orang-orangnya terhubung aksi ikut campur dalam urusan pemberontakan, walaupun dia jadi pembela untuk pihak presiden.Kepribadian yang tak suka digemborkan, itu alasannya.Tak disangka dia berhasil ditemukan semudah ini. Ternyata kemampuan bersembunyinya masih terbilang lemah--sebagai Art si pelukis, bukan sebagai Goblin yang gaib di mata masyarakat luas, itu dalam konteks berbeda.Mendapat sambutan tak begitu lu
"Si-siapa kau?!"Pria dengan piyama biru itu beringsut hingga ke kepala ranjang. Matanya menatap takut pada sosok tinggi dengan masker hitam dan hoodie menutupi kepala di hadapannya. Dia pasti sudah melawan jika saja sosok itu tak menodongkan pistol ke arah wajahnya."Jika aku katakan aku adalah malaikat mautmu, apa kau akan percaya?"Tubuh pria di atas ranjang mulai gemetar. "Ma-maksudmu ...?"Bukan jawaban dengan kata.JLEBB!"Arrrrgghh!"Meskipun pistol yang ditodongkan, tapi yang digunakan justru sebuah pisau. Dan benda itu baru saja menancap di kaki si pria berpiyama biru."Kau harus mengakui kejahatanmu."*****Art sudah membekuk setidaknya tiga orang yang terlibat dengan pembunuhan kekasihnya. Ketiganya disekap di sebuah gudang yang tak jelas di mana letak keberadaannya. Mereka mengakui telah membantu pelenyapan Hanna Milton, bahkan dua dari ketiga orang itu adalah orang yang membuang jasad Hanna ke arus sungai."Siapa yang menyuruh kalian melakukan ini?" Art bertanya, dan itu
"Katakan kau tak mendengar apa pun, Nona?" Pria itu bertanya yang kedua kali. Satu telapak tangannya mencengkram dagu seorang wanita yang terduduk paksa di atas lantai."Ti-tidak, Tuan. A-aku sungguh tak mendengar apa pun. To... long, lepaskan aku." Wanita itu mengiba. Tubuhnya gemetar menahan takut.Pria lainnya nampak sudah berumur, duduk bersilang kaki di hadapannya, menyeringai tipis. Dari tampang dan sikap yang ditunjukkan, dia pasti atasan dari semua pria yang ada di sana. "Tapi ekspresi wajahmu mengatakan sebaliknya ... Nona Milton." Nama itu dia ketahui dari id card yang tergantung di leher wanita naas itu.Hanna Milton, wanita itu melengak pada si pria tua. Kembali kepala digelengkan dengan susah payah karena pria sangar tadi masih mencengkram dagunya dengan sangat kuat.Ya, Hanna Milton, kekasih dan wanita yang akan dinikahi Art Januari mendatang--rencananya, dan itu terhitung kurang lebih satu bulan lebih sepuluh hari dari sekarang.Dan saat ini Hanna tengah mendapat kesuli
Hari-hari berlalu.Art semakin meradang, orang-orang sialan itu tak pernah berhenti mengganggu dan ingin membunuhnya. Selain tempat Daichi, dia tidak punya lagi tempat yang aman untuk dirinya. Rumah di jauh sana akan tak baik jika ikut dia libatkan.Tapi Daichi terlalu membosankan diajak bicara dan rumahnya bahkan berbau lumut. Art tak terlalu nyaman di sana. Jadi saat ini, setelah mendapat hasil dari penyelidikannya sebagai Goblin dibantu Daichi melalui keahlian komputernya, Art memutuskan ...."Kau terlalu tenang untuk kategori manusia yang ingin melenyapkan manusia lainnya."Majalah di tangan Erica Filmore terlempar jatuh. Bangun dari tempatnya dengan tampang seperti orang tersengat listrik."K-kau ... ba-bagaimana bisa masuk ke sini?"Bagaimana dia tak akan terkejut, seorang pemuda asing tahu-tahu sudah berdiri di belakangnya tanpa terdengar kapan dia masuk, yang jelas jendela kamarnya terbuka dengan gordeng berkibar tertiup angin.Art, tentu saja dia, bibirnya tersenyum remeh. "A
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.