Mona juga sedang memikirkan pembalasan apa yang akan ia lakukan untuk menyingkirkan Marni. Dia tak akan melepaskan Marni begitu saja. Karena telah merebut pamor dan ketenaran yang seharusnya milik sang putri."Ibu juga sudah memikirkan ini sebelumnya sayangku. Tenang saja pasti akan ada celah untuk menyingkirkan wanita itu," balas Mona."Baik kalau begitu aku akan pergi bernyanyi dulu," ucap putri Mona sambil berlari keluar.Saat Mona memikirkan cara menyingkirkan Marni. Nyonya Anna dan Marni sedang menikmati pekerjaannya. Mereka bahagia banyak job yang menghampiri di tambah hubungan menantu dan mertua itu sangat akrab sekarang."Marni apa kamu lelah?" tanya nyonya Anna."Tidak aku hanya merasa tak enak badan saja mi," jawab Marni.Marni menunjukkan rasa tak enak badannya tubuhnya terlihat lemas dan wajahnya pucat. Nyonya Anna merasa ada sesuatu yang janggal apakah Marni sedang kecapekan atau banyak tekanan karena pekerjaan."Marni ayo mami antar kamu ke rumah sakit," pinta nyonya Ann
Nyonya Anna sudah terlanjur memberitahukan kepada Arsen kalau Marni sepertinya sedang sakit. Entah kenapa Marni mengatakan tidak ingin Arsen tahu kalau dia sedang sakit."Marni apapun yang terjadi padamu suamimu harus tahu," jawab nyonya Anna sambil menepuk bahunya."Tapi mi, Arsen sedang bekerja aku tak mau konsentrasinya buyar hanya karena mendengar aku sedang sakit," balas Marni.Marni betul juga Arsen mungkin akan segera pulang serta khawatir mendengar istri tercintanya sakit. Nyonya Anna menghela nafasnya bingung memikirkan kedua anaknya ini sepertinya mempunyai ikatan hati yang kuat."Percayalah semua akan baik-baik saja Marni," ucap Nyonya Anna sambil tersenyum."Aku percaya mi semua akan baik-baik saja. Sekarang aku hanya ingin tidur dan istorahat saja," balas Marni.Nyonya Anna mengangguk dan meminta Marni untuk segera tidur di mobil nanti kalau sudah sampai rumah akan segera di bangunkan untuk pindah ke ruang tidur.Sampai rumah nyonya Anna meminta Marni bangun dan pindah ke
“Tidaaaakk,” teriak seorang wanita muda yang baru saja di antar masuk ke kamar asrama tempatnya mengadu nasib di kota besar.Wanita muda itu tidak menyangka kesuciannya akan terenggut oleh seorang pria tua asing yang tidak pernah ia temui sebelumnya, gadis itu mencoba meronta dan meminta tolong tetapi tak ada satupun yang menolongnya, padahal kamar asrama yang di sediakan oleh bos yang memberi dia kerja sangat berdekatan dengan kamar yang lain dan diluar masih cukup ramai.“Percuma kamu berteriak sampai tenggorokan sakit juga tidak aka nada yang menolong, lebih baik kamu patuh dan melayaniku, aku suka barang baru yang masih segel seperti ini,” ucap seorang pria tua asing yang mendekap tubuh gadis itu.“Tolong tuan jangan lakukan ini padaku, aku datang ke sini untuk mengadu nasib dan bekerja sebagai penyanyi dangdut saja, aku tidak ingin melayanimu,” ucap gadis itu yang menangis ketakutan.Pria tua yang sudah di pengaruh
“Marni ini sarapan pagimu, aku sengaja datang sendiri ke sini mengantarnya biasanya ada petugas yang akan bertanya kamu mau makan apa pagi ini, oh iya bagaimana dengan apa yang aku tawarkan semalam?” ucap Madam Gisel yang datang sambil membawakan sarapan.Marni melihat seorang wanita berbadan gempal yang masuk ke dalam kamarnya, ia membawa sarapan khusus untuknya, Marni mengucek mata seakan tak percaya seorang bos yang di sapa madam itu mau melayaninya. Marni berusaha menyembunyikan ketakutan yang sempat melanda hatinya."Madam, aku baru saja bangun tidur, bolehkah aku cuci muka sebentar?" ucap Marni meminta ijin."Madam tunggu kamu disini ya," Madam Gisel duduk di ranjang Marni.Marni menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya, ia mencuci wajahnya dengan gemericik air di wastafel, sesaat ia menyesali nasib buruknya yang tergiur iming-iming menjadi penyanyi ibu kota, seandainya dia tidak berangkat ke ibu kota pasti saat ini kesuciannya masi
“Hallo Marni, apakah tidurmu nyenyak semalam? Perkenalkan namaku adalah Tania!” seru seorang wanita cantik yang berada di depan pintu Marni.“Halo juga Tania salam kenal dariku. Tidurku nyenyak kok. Silahkan masuk,” ajak Marni.Marni mempersilahkan masuk tamunya. Mereka mengobrol santai di bangku yang berada di kamar Marni. Tania banyak bercerita bagaimana ia bisa masuk ke rumah bordil berkedok kafe dan karaoke keluarga ini. Semua karena keadaan dan susahnya mencari kerja ditambah lagi Tania tidak mempunyai ijasah seperti kebanyakan teman sebayanya.“Maafkan aku Marni jadi banyak bercerita seperti ini. Oh iya Marni mulai hari ini aku adalah temanmu,” ucap Tania.“Terima kasih sudah mau menjadi temanku dan juga mau bercerita panjang lebar mengenai pengalamanmu di sini,” balas Marni sambil tersenyum.Menurut Marni teman barunya itu adalah gadis periang, mudah bergaul juga ramah kepada pendatatang
Marni mengangkat telepon yang masuk ke ponselnya. Ia menyapa seseorang yang jauh diseberang sana. Ternyata itu adalah sang ibu yang menelpon karena senang dikirimi sejumlah uang yang sangat besar dari Marni.“Marni ini ibu. Terima kasih ya ternyata uang yang kamu kirim banyak sekali. Ini bisa untuk ibu dan nenek hidup satu bulan,” ucap ibu Marni dari sambungan telepon.“Sama-sama ya bu. Tolong kalau bisa disimpan uangnya untuk memperbaiki rumah atau beli yang bermanfaat. Nanti kan kalau ada wartawan misalnya Marni sudah lolos audisi jadi penyanyi biar nggak malu-maluin,” pinta Marni.Ibu Marni menyanggupi apa yang dikatakan oleh Marni. Benar juga sudah saatnya untuk merenovasi rumah yang seperti kandang ayam itu. Karena waktu sudah mulai malam Marni meminta ijin kepada ibunya untuk mengakhiri panggilan telepon.“Ibu sudah waktunya Marni perfotm bernyanyi. Doakan Marni banyak saweran ya. Agar bulan depan bisa mengirim uang yan
Madam Gisel menjawab Tania melakukan perawatan tubuh seminggu dua kali. Tapi malam ini dia tidak melakukan hal itu karena tidak melayani tamu vip. Madam Gisel tidak mau menunda waktu lagi. Ia menggandeng Marni untuk segera melakukan perawatan di sebuah spa khusus untuk pegawainya.“Tidak ada waktu lagi untuk menjelaskan Marni. Ayo segera percantik dirimu!” seru Madam Gisel.“Tunggu Madam aku saja bangun tidur. Kepalaku jadi pusing jika madam memaksaku untuk segera bangun,” ucap Marni.Madam Gisel tidak mengindahkan permintaan Marni. Ia tetap menggandeng Marni menuju tempat spa. Pikiran madam Gisel adalah ketika sudah melakukan spa semua pusing itu akan hilang dan Marni akan menjadi fresh kembali.“Berikan aku terapis yang berkualitas untuk melayani Marni. Malam ini ada tamu vip yang ingin dilayani olehnya!” seru madam Gisel.“Mari silahkan masuk kamar nomor empat. Biar saya yang melayani nona
Madam Gisel menggelengkan kepalanya. Ia tidak butuh bantuan Marni maupun Tania. Madam Gisel langsung berpaling membuka pintu untuk meninggalkan mereka berdua yang sedang melakukan senam kebugaran."Tidak usah sayang-sayangku ini bukan urusan pekerjaan jadi kalian tidak usah membantu, teruskan saja latihan kebugaran kalian jangan lupa senam kegel ya bagus untuk aset berharga kalian," ucap madam Gisel sambil tertawa."Kalau begitu baiklah madam kami akan segera melanjutkan senam kebugaran kami," jawab Marni dan Tania.Madam Gisel sudah pergi menjauh dari kamar Marni. Ia duduk di sebuah gazebo menikmati semilir angin serta beberapa makanan di sebuah meja kecil disana.Ia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang raut wajahnya tampak berbinar bahagia mengubungi seseorang."Hallo madam, gadis yang aku bawa tidak kabur atau membuat masalah 'kan? Aku tidak punya uang untuk mengembalikan semua uangmu karena uang yang madam beri sudah aku habiskan