Keesokan paginya, setelah Awan pergi kerja. Lana datang ke Apartemennya sesuai dengan instruksi Awan pagi-pagi sekali sebelum Ia berangkat kerja. Jadi, Lana sudah tahu jika di Apartemen Awan saat ini ada seorang wanita dan Ia ditugaskan untuk menyediakan pakaian dan menyediakan segala keperluan untuk wanita tersebut. Ketika Lana masuk ke dalam Apartemen Awan, Ia bisa melihat wanita yang dimaksud oleh Awan.Dalam hati, Lana sedikit cemburu, 'Seharusnya aku yang berada disini untuk melayani tuan muda. Entah keberuntungan apa yang dimiliki oleh wanita ini sehingga bisa tidur diatas kasurnya tuan muda.' Gerutu Lana dalam hati.Namun karena Ia telah diperintah oleh Awan untuk menemani Mikha serta membelikan pakaian untuk keperluannya, sehingga Lana pun tidak berani membantahnya. Awan telah mempertimbangkan sebelumnya, mungkin Mikha tidak akan bisa bercerita lebih bebas pada dirinya. Sehingga meminta bantuan Lana, siapa tahu dengan begitu Mikha bisa lebih terbuka jika yang menemaninya ada
Tanpa sadar Ia pun menghabiskan makanan yang ada tanpa bersisa, baru setelah itu pergi mandi.Mungkin karena saking senangnya dengan masakan Mikha, setelah mandi Awan langsung saja pergi ke kamarnya untuk ganti pakaian. Ia lupa kalau ada Mikha dalam kamarnya, berdasarkan kebiasaan Awan, Ia hanya handukan ketika melewati kamarnya menuju ruang wardrobe. Saat Ia membuka pintu kamar, terdengar teriakan terkejut wanita, "Kyaaaaa..."Awan juga terkejut dan reflek melihat asal suara. Ternyata Mikha juga sedang mengganti pakaian dan hanya mengenakan pakaian dalam, sementara bagian atasnya benar-benar polos.Glek.Sempat tergoda, Awan cepat-cepat memalingkan wajahnya. Mikha pun dengan terburu meloncak ke balik kasur. Ia tidak menyangka jika Awan akan masuk ke dalam kamar, dalam hati Ia merutuki diri sendiri, kenapa tidak mengganti pakaian didalam kamar mandi saja, bukankah Awan beberapa waktu akan masuk ke dalam kamar, karena wardrobe pribadinya berada dalam kamar. Wajah Mikha sudah memerah se
Ketika melihat lampu kota sudah menyala dari luar kaca, Awan baru sadar jika hari sudah larut.Saat melihat hp-nya, ia merutuki dirinya sendiri yang sampai lupa mencharge hpnya dan hpnya sedang off.Sambil memandang hpnya, Awan kepikiran untuk membelikan sebuah smartphone juga untuk Mikha.Mengingat gadis itu yang sudah mulai ceria, Awan berkesimpulan jika mungkin Ia akan sepi selama berada di apartemennya tanpa melakukan kegiatan apapun. Seperti halnya generasi kekinian, kebutuhan akan gadget mungkin sudah hampir menjadi kebutuhan pokok setiap orang.Baik itu untuk mengakses informasi, bekerja ataupun hanya sekedar terkoneksi ke media sosial. Untuk itu, Awan berencana membelikan Mikha sebuah smartphone di salah satu toko yang dekat dengan perusahaannya.Langkahnya cukup senang ketika melewati beberapa toko sambil menikmati suasana malam ibu kota. Kota ini seakan tidak pernah sepi dari aktifitas manusia. Malam hari, kota ini justru terlihat semakin hidup dan gemerlap. Sangat jarang
"Tuh kan, kakak sih gangguin. Padahal ada berita sangat penting yang terjadi barusan loh." Komentar Raysha dengan wajah serius."Emang sepenting apa sih? Sampai adikku yang cantik ini sampai pangling gitu." Ujar Angel."Tau gak kak, barusan aku bertabrakan sama seorang cowok didepan.""Jangan bilang kamu bertemu dengan pria tampan seperti pangeran, dia menyelamatkanmu, terus dipeluknya, terus kamu jatuh cinta pandangan pertama padanya.. hmnn basi.." Ledek Roy."Iya, emang sih aku dipeluknya.. dan dia juga tampan.." Gumam Raysha pelan sambil membayangkan kejadian tabrakannya barusan. Tapi ingat ledekan kakaknya, Raysha pun cepat-cepat membantahnya, "Eh, tapi gak sampai jatuh cinta yaahh.." Lanjutnya panik."Hahaha, kebiasaan banget. Paling gak tahan sama cowok cakep dan kalem dia. Jadi teringat waktu kita sekolah dulu, kamu ingat Awan gak, Njel?" Mata Angel sedikit berkedut ketika Roy menyinggung tentang Awan, sehingga Ia hanya mengangguk kecil.Roy sambil tertawa mengingat kejadian i
Sementara itu dalam ruang Emmeral Apartement, Mikha menunggu Awan dengan perasaan berdebar-debar. Ya, Ia telah memutuskan untuk tetap berada di Apartemennya Awan. Dalam pikirannya, sudah ada lagi tempat yang layak disebutnya rumah. Mikha khawatir, jika seandainya Ia pulang, kejadian yang sama akan terulang kembali. Ayahnya yang dulu dibanggakan sekarang tak ubahnya seperti bajingan yang kecanduan judi dan mabuk-mabukan. Jika Mikha pulang, Ia khawatir Ayahnya akan kembali menjualnya atau bahkan lebih buruknya, Ayahnya akan melakukan hal-hal buruk terhadap dirinya.Hanya bersama Awanlah Ia merasa kedamaian saat ini. Kekasih sahabatnya itu tidak pernah sekalipun melakukan hal-hal buruk terhadap dirinya. Padahal seharusnya Ia bisa saja melakukan apapun yang Ia mau terhadap Mikha. Tapi, Ia tidak melakukannya dan malah memperlakukan dengan sangat baik.Mikha benar-benar tersentuh dengan sikap dan juga perhatian Awan. Kata-kata Awan pagi tadi membuat senyumnya selalu mekar setiap kali mengi
Awan memegangi kepalanya sambil mengerjapkan mata beberapa kali. Ia cukup terkejut ketika mendapati dirinya tertidur dalam keadaan polos tanpa pakaian sehelaipun dibawah selimut. Dia coba menggali memorinya dan baru ingat, Ia banyak minum alkohol semalam dan alasannya minum sampai kehilangan kendali adalah karena Angel.Awan merutuki kebodohannya sendiri yang bisa terpuruk hanya karena masalah wanita, sampai membuatnya benar-benar mabuk dan entah bagaimana caranya Ia bisa sampai ke apartemennya sendiri. Setelah bangun dan sadar, Awan tidak menyangka akan melakukan hal yang begitu bodoh. Tapi, apa yang dialaminya semalam benar-benar sangat menyakitkan. Perasaannya benar-benar kacau, itu sebabnya Ia sampai berbelok ke dalam salah club malam dan minum sepuasnya untuk menghilangkan rasa sakit yang dideritanya. Lalu minum sampai lupa diri.Tapi, itu sama sekali tidak ada artinya. Begitu Ia sadar rasa sakit itu justru masih terasa dan tidak berkurang sedikutpun.Hal terakhir yang diingatn
Karena situasinya yang sudah tenang dan mencair diantara mereka, tapi karena pelukan Mikha yang sekarang sudah tenang dan tidak takut lagi seperti sebelumnya. Belum lagi, kenyataan jika kulit mereka bersentuhan secara langsung, justru membuat Awan yang tidak tenang jadinya. Bagaimanapun Ia masih muda, memeluk wanita cantik dalam keadaan terbuka membuat begitu hasratnya mudah tergoda."Hmnn.. itunya bangun lagi." Tunjuk Mikha malu begitu sadar bagian bawah tubuh Awan bergerak. Ia tidak menyangka jika benda yang semalam telah mengoyaknya itu akan kembali terbangun, sehingga wajah Mikha kembali tersipu."Hmn, dia terbangun karena dipeluk wanita cantik.""Apaan sih." Ucap Mikha tersipu sambil mencubit pelan pinggang Awan.Setelah Mikha tertidur pulas disampingnya, Awan bergegas mencari informasi tentang geng Kapak Merah melalu jaringannya di Klan Atmaja. Bukan hal yang sulit untuk mencari informasi tentang gengster manapun dalam Negeri, karena Ia sendiri sudah punya kendaraan besar Klan
2 jam kemudian, Awan dan Mikha sudah sampai disalah satu daerah pinggiran Ibu Kota. Disana Awan baru sadar, betapa besarnya ketimpangan antara lingkungan Apartemen yang ditinggalinya dengan tempat yang sedang dilaluinya bersama Mikha sekarang. Kebanyakan bangunan yang ada disini bersifat semi permanen dan bahkan ada sebagian rumah yang hanya berdindingkan seng dan kardus bekas.Ditambah jumlah penduduk yang begitu padat membuat tempat ini sebenarnya sangat tidak layak untuk dihuni.Menurut keterangan Mikha, rata-rata mereka yang tinggal disana adalah pendatang yang datang dari luar daerah untuk mengadu nasib di ibu kota. Tapi, karena biya hidup yang begitu tinggi sehingga mereka hanya sanggup untuk menyewa rumah-rumah liar seperti itu.Belum lagi, resiko digusur oleh satpol PP yang bisa datang kapan saja.Awan dan Mikha melewati beberapa gang, sebelum menuju salah satu rumah yang sangat-sangat sederhana. Itu adalah rumah kontrakan Mikha, namun herannya rumah itu begitu sepi. Mikha me