Home / Young Adult / GARA-GARA "KONTRAK PACAR" / Bab 1. Felix Natajaya

Share

GARA-GARA "KONTRAK PACAR"
GARA-GARA "KONTRAK PACAR"
Author: Viaaf04

Bab 1. Felix Natajaya

Author: Viaaf04
last update Last Updated: 2021-06-05 18:19:34

Felix Natajaya, seorang putra pengusaha terkenal yang hidupnya cuma buat foya-foya saja. Mengencani banyak wanita dan sering terlibat masalah dengan beberapa geng anak nakal di ibu kota.

Setiap hari kegiatannya hanya berisi hal-hal tidak berfaedah semacam nongkrong di pinggir jalan bersama anak-anak tongkrongannya.

Felix sudah lulus SMA setahun yang lalu, tetapi ia lebih memilih tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Hal tersebut membuat Papanya geram.

Ferdinand--Papa Felix, sudah kehabisan akal untuk membimbing anaknya itu. Setiap cara yang ia coba selalu mental dan tidak mempan untuk mengancam Felix.

Ferdinand pernah mengancam Felix kalau ia akan menyita semua fasilitas yang ia berikan, mulai dari kartu kredit, mobil dan motor kesayangannya, tetapi hal itu tidak berpengaruh sama sekali. Felix bahkan mengancam balik Papanya, kalau Ferdinand sampai melakukan hal tersebut, Felix akan nekat merampok. Akhirnya Ferdinand pasrah, ia tak mungkin membiarkan anak satu-satunya itu merampok. Felix itu nekat, bisa dipastikan kalau itu bukan hanya ancaman semata seandainya Ferdinand tetap bersikeras.

Dulu Felix tidak seperti ini. Terakhir kali yang Ferdinand ingat, Felix adalah anak baik yang penurut sebelum kematian ibunya--Marissa.

"Sekarang apa lagi ini?" kata Ferdinand sambil menatap Felix geram. Ia menyodorkan tagihan kartu kredit yang nominalnya tidak sedikit.

Demi Tuhan, Ferdinand tidak mengerti, kenapa Felix bisa menghabiskan uang sebanyak itu dalam waktu sebulan. Sangat banyak dan tidak masuk akal kalau dihabiskan untuk keperluan biasa.

"Kamu enggak kecanduan obat-obatan terlarang, kan? Kalau sampai Kamu nyentuh barang haram itu, papa pasung Kamu, Felix," gerutu Ferdinand. Ia sebenarnya tidak terlalu perhitungan kalau masalah uang, tetapi setidaknya harus jelas ke mana dan untuk apa uang itu digunakan.

"Enggak lah, gini-gini Felix masih sayang nyawa dan tubuh. Masa iya ganteng gini malah kecanduan obat, kan enggak keren," jawab Felix santai, ia suka sekali dengan ekspresi geram Papanya.

"Bagus kalau Kamu paham, sekarang gimana Kamu jelasin ini?" kata Ferdinand sambil menunjuk sekali lagi kertas tagihan itu. "Kasih Papa penjelasan yang masuk akal," lanjutnya.

"Kenapa, sih, timbang segitu aja dipermasalahin. Felix kan, anak Papa, wajar dong kalau ngabisin duit Papa," kata Felix membela diri. "Lagian Papa enggak mungkin bangkrut karena uang segitu. Kerja aja lagi rajin-rajin," lanjut Felix dengan ekspresi wajah tak berdosanya.

Ferdinand yang mendengar jawaban anaknya itu mengela napas kasar. "Kamu pikir cari duit segitu, gampang? Itu seratus juta, loh, yang Kamu habisin dalam sebulan. Otak Kamu ada di mana?" ujar Felix geram.

"Di dalem sini, nih, masa Papa enggak tau. Ciri-ciri orang enggak pernah belajar biologi, nih," ujar Felix sambil menunjuk kepalanya.

"Iya di sana, tapi otak Kamu rada-rada longsor dan cuma dijadiin pajangan doang, makanya Kamu badung," ucap Ferdinand kemudian berbalik pergi. Ia sudah tak tahan berdebat dengan Felix. Ujung-ujungnya pasti anak itu yang menang. Ferdinand tak bisa marah pada putranya, karena hanya Felix keluarganya yang tersisa.

"Gen dari Papa, nih," jawab Felix saat mendengar Ferdinand mengatakan otaknya rada-rada longsor.

"Papa dulu enggak badung kayak Kamu. Papa itu ganteng, baik dan penurut. Kalau Kamu blangsak," teriak Ferdinand yang sudah berada di lantai dua rumahnya. Lebih baik ia tidur daripada meladeni Felix.

Felix yang mendengar hal tersebut tertawa, narsis sekali Papanya itu. Ngomong-ngomong tentang uang seratus juta itu, Felix sebenarnya meminjamkannya pada Etthan--teman karibnya. Entah akan digunakan untuk apa, Felix tak terlalu peduli. Toh, kalau ia bilang pada Papanya kalau Etthan yang meminjam pasti Ferdinand tak akan marah.

Bicara tentang Etthan, kebetulan sore ini Felix ada janji untuk bertemu dengannya dan beberapa teman yang lain.

Felix mengambil ponselnya dan mengirimi Etthan satu chat.

[Jadi enggak, nih?]

Satu pesan berhasil terkirim. Tak lama setelahnya, balasan diterima Felix.

[Jadi, dong, di tempat biasa, ya.]

Pesan balasan dari Etthan itu tak dibalas oleh Felix, ia lebih memilih bangkit dan berjalan ke kamarnya untuk bersiap-siap.

***

Felix sampai di tongkrongan tempat mereka janjian untuk bertemu. Tempat ini adalah warung kopi sederhana yang sering gengnya kunjungi.

"Oi, bos," sapa salah satu anggota geng yang melihatnya pertama kali turun dari motor dan berjalan ke arah warung.

Felix tak menjawab, ia hanya mengangkat sebelah tangannya sebagai tanda menyapa. Di sana ia melihat Etthan sedang duduk sambil mengisap rokok ditemani segelas kopi.

"Bagi rokok lo," kata Felix sambil menepuk pundak Etthan dan duduk di sebelahnya.

Etthan tak menjawab dan menyodorkan rokok untuk Felix, ia terlalu sibuk dengan rokoknya.

Felix menerimanya cepat dan mulai menyulut rokok yang disodorkan Etthan sebatang. Ia juga larut dengan rokok di tangannya.

"Gimana perkembangan hidup lo?" tanya Etthan setelah sekian lama diam.

Felix mengerutkan dahinya bingung. "Kenapa dah lo nanya kek gitu? Kayak Papa gue aja," katanya.

"Kali aja lo dah insaf," ujar Etthan.

"Pengalaman gue masih cetek, gue belum puas main-main," jawab Felix sambil terkekeh kecil. "Nanti ada saatnya gue bakal serius," lanjutnya.

"Belum puas mainin cewek-cewek maksud lo," tanya Etthan.

"Nah itu tau." Felix menjawab santai.

Keduanya asik mengobrol tanpa memedulikan keadaan sekitar, tak ada yang berani menegur mereka di sini karena segan.

"Tapi akhir-akhir ini gue lumayan bosen pacaran sama model-model centil itu, mereka posesif sama agresif banget," curhat Felix.

Memang benar, akhir-akhir ini Felix tidak lagi berminat dengan cewek-cewek kelas atas yang terlalu banyak menuntut dan bergaya hidup konsumtif.

"Lagian lo kenapa mau-mau aja sama mereka?" tanya Etthan. Ia bingung dengan Felix, kenapa mau-mau saja menjalin hubungan dengan model-model pencari sensasi yang ingin terkenal dengan cara instan itu.

"Mereka mulus, lumayan buat bikin iri ketua geng sebelah," jawab Felix. "Tapi sekarang gue bosen. Gue maunya sesuatu yang menantang." Felix berkata dengan menggebu.

"Serius? Gue sebenarnya ada saran, sih, tapi enggak yakin kalau lo mau," kata Etthan.

"Apaan?"

"Lo cari aja cewek dan jalin hubungan lewat aplikasi 'Kontrak Pacar', itu cukup menantang menurut gue," jawab Etthan. "Lo cuma harus cari yang cocok sesuai kriteria dan tanda tangan kontrak. Biayain semua kehidupan cewek itu selama kalian terikat kontrak," jelas Etthan.

"Gue enggak lagi nyari sugar baby. bisa gawat kalau Papa gue sampe tau, bisa dipasung beneran nanti gue," jawab Felix bergidik ngeri.

"Ini bukan hubungan kayak sugar daddy dan sugar baby kayak yang lo pikirin. Ini cuma pacaran kontrak. Lo bebas kayak orang pacaran pada umumnya, tapi di sini ada beberapa ketentuan yang enggak boleh dilanggar. Kalau ngelanggar bakal ada sanksi sesuai kesepakatan," jelas Etthan lagi.

"Buset, dah, hafal banget lo, Than. Tau dari siapa, sih?" tanya Felix. Ia penasaran, Etthan terlihat sangat tahu tentang aplikasi 'Kontrak Pacar' ini.

"Dari Om gue, biasalah dia duda dan nyari gebetan di sana. Dia sempat nawarin ke gue, tapi gue kaga tertarik. Kali aja lo yang tertarik," jawab Etthan.

"Gue pikir-pikir nanti, deh. Sekarang mau cabut dulu, ada urusan," kata Felix sambil bangkit dari duduknya.

Etthan cuma mengangguk saja, sedangkan anak lain yang melihat Felix hendak pergi bertanya. "Mau ke mana, bos?"

"Gue cabut duluan. Kalian aja yang keliling malam ini. Kalau ada yang ngelunjak, mampusin aja," kata Felix sambil berlalu pergi.

"Siap, bos," kata anak-anak geng semangat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Harold
Bagus banget hihi, next cepet...
goodnovel comment avatar
Viaaf04
makasih kk...
goodnovel comment avatar
Titiny Boa
goood banget xeritanyaaaaa.. otw bacaaaaa
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 35. Berkat Etthan, Si Setan!

    Ara menyerahkan uang ke pengemudi taksi yang ditumpanginya dengan tergesa-gesa, kemudian dengan ekspresi panik yang sangat kentara di wajahnya, gadis itu langsung keluar dan berlari ke arah markas yang sudah kelihatan walau dari jalan raya sekali pun.Akan tetapi, belum sempat gadis itu berlari lebih jauh, ia malah menabarak sesuatu. . . tidak, bukan seusatu, tetapi seseorang. Ara tentu saja langsung meringis kesakitan, sebab tubuh orang yang ditabraknya lumayan keras."Maaf-maaf, saya lagi buru-buru. Sekali lagi maa-- . . . Loh, Felix?!" Tanpa sadar Ara menjerit.Ara tentu terkejut melihat sosok pria yang menjadi beban kekhawatirannya baik-baik saja, tidak kecelakaan seperti yang dikatakan Etthan di chat."Ara?!" Felix tak kalah terkejutnya dengan Ara, bedanya ia dengan cepat menghapus rasa terkejut di hatinya yang langsung diisi dengan perasaan lega."Are you good?" tanya Felix sambil menarik Ara ke dalam dekapannya, dipeluknya dengan erat gadis itu, bersyukur karena ia baik-baik sa

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 34. Perasaan Saling Peduli

    Ara menggerutu di dalam taxi yang dinaikinya, kali ini ia berencana untuk menginap saja di hotel dari pada berdua dengan Felix di apartemen."Apaan sih, biasanya juga kalau aku marah Felix bakal bujuk, ini malah dia yang marah balik. Malesin banget!"Ara terus menggerutu sampai akhirnya ia tiba-tiba menyeletuk, "tapi dia kan lagi sakit, kira-kira bisa urus diri sendiri enggak ya?"Ara merenung, terbesit rasa khawatir dengan keadaan sang kekasih di benaknya."Bodo amatlah, dia aja sekarang kurang peduli," celetuk Ara yang masih bermonolog, supir taxi hanya menyaksikan dalam diam saat gadis itu mengeluarkan unek-uneknya.Saat sampai di tujuan, Ara membayar dan langsung turun. "Makasih," katanya dan berjalan masuk ke dalam hotel yang sebelumnya sudah ia pesan secara online.***Sementara di lain tempat, Felix menghela napas gusar. Jujur saja, saat ini ia tengah berada dalam fase bingung akan apa yang ia rasakan.Sebagai seorang pria, tentu saja Felix tak suka diperlakukan semena-mena sepe

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 33. Felix Ngidam?!

    Ara melangkah dan mendudukkan dirinya di sisi kosong dari kasur yang tak ditempati oleh Felix."Mana yang sakit, hm?" Ara bertanya sambil mengusap pelan kening Felix yang dibanjiri keringat.Merasakan suhu tubuh pria tersebut yang lumayan hangat membuat Ara bertambah cemas."U-ugh!" Felix hanya bergumam pelan sambil sesekali masih sesenggukan, ternyata sejak masuk ke dalam kamar pria tersebut menangis saking kesalnya pada Etthan. "Jangan deket Etthan lagi, Ara," kata pria tersebut dengan lemah, membuat Ara menghela napas panjang.Huuft! Di tengah demamnya, rupanya Felix masih mengingat dengan jelas kecemburuannya beberapa saat yang lalu. Ara jadi berpikir, apakah penyebab pria itu demam adalah rasa cemburunya yang berlebihan?"Iya, Etthan juga udah aku suruh pulang, sekarang mana yang sakit, hm? Udah, dong, nangisnya," ucap Ara mengiyakan, tak ingin membuat Felix tambah cemburu dan berakhir ngambek padanya.Felix yang sakit ditambah ngambek bisa jadi hal yang sangat merepotkan."Pusin

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 32. Felix, si Bayi Beruang Moody

    Felix menatap Ara jengah, setelah membuatnya melakukan cabang olahraga senam lima jari alias co-li, gadis itu terlihat seolah tanpa beban, ia tetap santai sambil melihat-lihat majalah yang ada di pangkuannya."Minggu ini udah ke rumah sakit?" tanya Felix menanyakan kegiatan rutin gadis itu yang mengunjungi sang ayah setiap minggunya."Udah, makasih, ya." Ara meletakkan kembali majalah yang sedari tadi ia lihat ke meja di depannya."Hm. Kita kan, udah sepakat buat enggak bahas masalah uang lagi, lagian Kamu kan pacar aku sekarang." Felix menggumam pelan sambil berjalan menghampiri Ara dan duduk tepat di samping gadis manis tersebut."Bukan cuma masalah uang, tapi waktu, pengertian, sama kesempatannya juga, aku tahu kalau banyak buat kesalahan, hehe." Ara nyengir.Felix merotasikan bola matanya seolah kesal. "Hm, bagus kalau Kamu tahu, giimana sama masalah Rendy?" tanya pria tersebut dengan raut wajah serius."Masih sering kirim pesan spam, ganggu banget!" ketus Ara.Jujur saja, sejak ke

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 31. Bad Boy, tapi Perjaka.

    Ara mengelus punggung Felix lembut. Mereka sudah di apartemen lagi, setelah beberapa saat lalu pria itu mengeluh pusing lantaran bercerita tentang masa lalunya dengan sang mama.Ara tadinya sempat menawarkan untuk mencari paracetamol di apotek, tetapi Felix menolak dengan alasan ingin pulang saja."Kamu kenal Rendy di mana?" tanya Felix yang saat ini menegakkan badannya yang tadi bersandar pada Ara.Ada jeda sebentar sebelum Ara menjawab. "Di aplikasi," jawab Ara, padahal sebelumnya sudah menjelaskan, mungkin karena Felix sedang marah waktu utu, ia jadi tak fokus menyimak apa yang Ara katakan."Kamu masih main?" tanya Felix lagi, kali ini dengan alis terangkat."Iya hehe," cengir Ara sambil menatap Felix dengan rasa bersalah."Jangan main lagi, sini hp Kamu, hapus aja aplikasinya," titah Felix, pria itu juga menengadahkan tangannya, tanda meminta handphone gadis itu.Ara yang diperintah seperti itu cuma pasrah. "Nih," katanya.***"Udah lama, ya, enggak ketemu Etthan," kata Ara.Sore i

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 30. Tentang Felix

    Di sinilah Felix berada sekarang, di sebuah rumah sakit swasta yang cukup terkenal di ibu kota, tempat di mana Ayah Ara yang sedang koma dirawat. Setelah penjelasan yang menguras emosi dan air mata beberapa waktu yang lalu di apartemen, akhirnya Ara memutuskan untuk membawa Felix melihat Ayahnya. "Terima kasih, Dokter," kata Felix sambil tersenyum pada dokter Arya, dokter senior yang merawat Ayah Ara selama ini. Felix bangkit dari kursi yang didudukinya, diikuti oleh Ara yang berada di sampingnya. Mereka berdua keluar dari ruangan Dokter Arya, tadi Felix memang sempat memaksa untuk berbicara dengan sang dokter. Dari hasil pembicaraannya, Felix sadar mengapa Ara membutuhkan banyak sekali biaya. Ayah Ara ditempatkan di ruangan Vip dengan fasilitas yang memadai dan perawatan intensif yang membutuhkan setidaknya satu tenaga medis untuk selalu berjaga."Kita enggak boleh masuk ke ruangan Ayah, ya?" tanya Felix pada Ara yang sedari tadi hanya terdiam di sampingnya. Entah sejak kapan, Fe

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 29. Alasan

    "Bukannya aku udah pernah bilang? Jangan berurusan sama bajingan itu, hah! Bagian mana dari kata-kata aku yang Kamu enggak ngerti, Ara?!" Ara hanya diam dan melihat Felix dengan takut-takut. Felix langsung mengamuk begitu mereka sampai di apartemen, sasarannya tentu saja Ara. "Aku ajak ke sana Kamu enggak mau dan selalu aja ada alasan buat nolak, giliran sama dia Kamu malah mau-mau aja, ada hubungan apa Kamu sama dia?" tanya Felix masih dengan ekspresi marahnya. Wajah pria itu memerah dengan tangan terkepal kuat. Felix benar-benar emosi. "Maaf--." "Jangan cuma bisa minta maaf! Percuma minta maaf kalau akhirnya nanti diulangin lagi, gitu aja terus!" Felix geram dan memukul pintu apartemen dengan kencang. Rasa sakit yang dirasakan di buku-buku jarinya tak ia hiraukan, pria itu butuh sesuatu untuk menyalurkan emosinya yang tengah memuncak. Dari kemarin mood Felix memang sudah tak beraturan, penyebabnya banyak sekali; mulai dari Papanya yang mengajak ke berbagai pesta dengan alasan

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 28. Iblis Kecil Penggoda 2

    "Pulang!"Baru beberapa saat yang lalu mata Ara bersitatap secara tak sengaja dengan Felix, pria itu sekarang sudah berada di depannya.Ara bingung, gelisah, dan takut.Bagaimana sekarang? Alasan apa lagi yang harus ia karang untuk menutupi semuanya."Wess, apaan nih bos?" Rendy yang sedari tadi diam akhirnya ikut bersuara, ia juga menjadi tameng ketika Felix terlihat akan menyeret Ara keluar dari tempat acara."Lo kemarin-kemarin gue sabarin tapi malah jadi belagu, ya!" ketus Felix, kali ini beralih pada Rendy.Sedari tadi, Felix sudah berusaha untuk tak menghuraukan keberadaan Rendy yang selalu bisa memancing emosinya ke batas maksimal."Lo kali yang selalu belagu," kata Rendy santai, berbanding terbalik dengan keadaan Felix. "Enggak inget kelakuan banget!" sindir Rendy terlihat meremehkan."Minggir!" titah Felix tegas, ia tak ingin menanggapi bacotan Rendy di tempat ramai seperti ini, apalagi di sini juga ada Papanya.Bisa gawat kalau ia nekat baku hantam di sini."Hak lo nyuruh-nyu

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 27. Ketahuan

    Pagi ini keadaan Felix sudah lumayan baikan. "Sarapan dulu, ya," kata Ara. "Enggak mau sarapan bubur," jawab Felix. Menghela napas pelan, Ara berucap dengan lembut. "Ini enak, loh, cobain dulu, ya, biar perutnya ada isi, ... ayo." "Enggak mau, Ara," kata Felix lagi saat sesendok bubur sudah berada di depan mulutnya. Dari dulu ia memang sedikit tak suka dengan bubur. "Ya udah, kalau gitu mau sarapan apa? Biar aku masakin," kata Ara akhirnya, memilih untuk mengalah. "Nasi putih sama telur ceplok aja," kata Felix. "Oke, tunggu ya." Baru saja Ara akan bangkit, tetapi tangannya malah ditahan Felix. "Lepas dulu, aku cuma mau ngambil makanannya ke dapur," ucap Ara sambil berusaha melepaskan tangan Felix yang sekarang sudah beralih merangkul pinggangnya dengan posesif. Felix dalam keadaan baik-baik saja sudah manja dan posesif, apalagi sekarang ketika ia tengah sakit, level manja dan keposesifannya bertambah berkali-kali lipat. "Enggak usah sarapan aja, deh." Felix merengut sambil m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status