Praktis, hanya Aldo yang bisa di ajaknya bicara siang itu."Apa kamu masih belum bisa mengingat masa lalu mu, sob?"Awan menggeleng tidak berdaya, "Justru kedatanganku kali ini, ada hubungannya dengan pemulihanku."Lebih lanjut, Awan menjelaskan kalau dia mendapat petunjuk untuk menemukan pusaka saja. Tapi, ia belum yakin jika pusaka yang dimaksud adalah pusaka raja harimau. Namun, petunjuk itu dengan jelas mengarahkannya ke kampung ini.Ketika Aldo mendengar Awan menyebutkan pusaka raja harimau, ia menatap Fadhil dan menebak jika Fadhil telah menceritakan apa yang terjadi di kampung mereka pada Awan sebelumnya.Ia tidak mempermasalahkannya.Hanya saja, sama seperti Fadhil, Aldo juga tidak tahu dimana dan seperti apa pusaka raja harimau itu sebenarnya."Angku Rahmad atau Angku Jaludin mungkin lebih tahu. Karena beliau berdualah yang paling lama menemani datuk Adli dulunya."Aldo tiba-tiba bangkit, "Kamu tunggu di sini bersama Fadhil, biar aku yang menemui dan membawa mereka ke sini."
"Kami berdua juga tidak tahu persis, seperti apa pusaka raja harimau yang dimaksud oleh mendiang kakekmu. Tapi, baik Datuk Abu maupun Datuk Adli, pernah berkata jika pusaka itu berada di dalam bukit larangan. Itu adalah pusaka raja harimau, raja yang menguasai hutan larangan." Terang angku Rahmad pada Awan.Ini sudah larut malam, saat mereka berkumpul di rumahnya Aldo. Di sana cuma ada mereka berlima, Awan, Aldo, Fadhil, angku Rahmad dan angku Jaludin. Angku Rahmad dan angku Jaludin, tidak berani menunda barang sedetik pun, begitu mengetahui jika Awan sedang mencari informasi tentang pusaka raja harimau.Kedua kakek Awan sudah lama meninggal. Sebagai pewaris mereka, Awan berhak tahu. Jadi, mereka langsung mengikuti Aldo untuk menemui Awan, meski kondisi mereka saat itu masih belum pulih.Awan tercenung beberapa saat lamanya dan bertanya, "Apa kakekku tidak pernah menunjukkan atau menyebutkan petunjuk lain tentang pusaka ini, Angku?"Angku Jaludin menjawab, "Tidak ada yang tahu, bahka
"Mungkin karena kamu kehilangan ingatan saat ini, jadi kamu tidak bisa mengingatnya. Tapi, tentunya kamu sudah pernah mendengar bahwa dulunya kamu mewarisi kekuatan raja harimau, yang bernama Gumara.""Ini adalah kekuatan raja penguasa hutan larangan. Kekuatan besar yang sulit dicari tandingannya, namun sering juga dengan resiko tinggi bagi mereka yang mewarisi kekuatannya. Kamu mungkin tidak mengingatnya, tapi kami yang ada di sini sudah melihat betapa mengerikannya kekuatan Gumara saat pertarungan besar di manor Sanjaya beberapa bulan yang lalu.""Penguasa the Shadow yang sudah hampir mencapai level dewa saja, masih tidak sanggup menghadapi kekuatan Gumara.""Saat ritual pembangkitan Gumara dalam dirimu. Kakekmu sengaja tidak menyebutkan tentang pusaka ini padamu.""Karena, kalau saja kamu saat itu mengetahui dan sampai mendapatkan pusaka raja harimau dengan kekuatan Gumara yang sebesar itu, mustahil untuk bisa menghentikannya.""Sekarang, Gumara sudah lenyap. Masalahnya, apa pusaka
Semuanya tampak gelap dan hanya cahaya purnama yang menjadi satu-satunya sumber cahaya di tengah malam nan gelap.Saat Awan melewati tempat ini, semuanya tampak sudah hancur dan hampir tidak bersisa. Kampung yang semula ramai, kini tampak sangat lengang. Di mana semua orang? Apa yang terjadi dengan kampung ini?Jantung Awan berdesir cemas, ia buru-buru menyusuri seluruh isi kampung dan tidak menemukan satu pun penduduk di sana.Awan mulai panik dan berteriak memanggil semua orang."Nisa.""Chiya.""Aldo.""Fadhil.""Di mana kalian?"Lebih dari setengah jam Awan berteriak, hingga suaranya parau dan nyaris habis. Tapi, masih tidak menemukan satupun penduduk.Matanya mulai memerah dan menangis, ia takut terjadi sesuatu yang buruk menimpa mereka semua. Ia berlarian seperti orang gila menelusuri semua tempat.Hingga, langkah kakinya sampai di hutan larangan.Awan tercengang dan napasnya sesak.Di depannya terbaring puluhan jasad para penduduk desa."Tidak!" Awan syok! Sulit untuk memperc
"Raja, anda akhirnya kembali?"Dari belakang Awan, suara seorang wanita datang menyapanya.Awan perlahan mengangkat wajahnya. Ia gelagapan, karena semua mayat yang tadi dilihatnya, sudah tidak ada.Awan bersimpuh seorang diri, tepat di kaki hutan larangan. Tidak ada mayat, tidak ada darah. Hanya dia yang ada ada di sana.'Apa yang terjadi?' Pikir Awan terkejut.Ia segera bangkit dan berbalik. Tidak jauh di belakangnya, Awan melihat seorang wanita telah berdiri dan menatapnya dengan tatapan teduh dan terasa begitu akrab.Siapa dia?Wanita tersebut memiliki kecantikan yang luar biasa, setara dengan Annisa ataupun Amanda. Hanya saja, pakaian yang dikenakannya sedikit tidak wajar.Kenapa dikatakan tidak wajar?Wanita tersebut mengenakan kain loreng yang hanya menutupi bagian dada dan bagian pusar ke bawah, sampai batas selutut. Wanita tersebut berkulit kecoklatan, namun itulah yang membuat nilai kecantikannya terlihat sempurna. Selain itu, ada tahi lalat tipis di tengah dagunya.Ini perta
Pikiran Awan langsung terikat dengan sosok harimau besar yang dilihatnya ketika datang ke kampung ini pertama kali. Lalu, mereka bertemu kembali saat Awan sedang berada di rumah Aldo. 'Ternyata itu nyata, bukan ilusi!'"Tapi, bagaimana bisa? Kamu, terlihat sama sepertiku?" Ujar Awan sulit mempercayainya.Andini hanya tertawa tipis, "Kamu juga bisa melakukannya."Andini tidak perlu menjelaskannya dengan kata-kata, ia melompat ke udara dan selanjutnya yang dilihat Awan adalah empat kaki besar dan berbulu menapak di atas tanah. Itu sangat cepat dan yang berdiri di hadapan Awan saat ini adalah sosok harimau besar yang pernah ia lihat sebelumnya.Awan terkejut dan mundur beberapa langkah, mengira jika harimau tersebut akan membahayakan dirinya.Namun, satu yang tidak disangka oleh Awan adalah harimau tersebut bisa berbicara seperti manusia."Jangan takut! Aku tidak akan menyakitimu." Itu adalah suara Andini?'Jadi, ini benaran Andini?' Tanya Awan dalam hati."Tentu saja, ini aku! Memang
Samba dikalahkan, dia bersama seluruh pendukungnya di usir dari alam bangsa harimau.Tapi, Samba masih menyimpan dendam dan ambisi untuk menguasai bangsa harimau.Setelah mengetahui bahwa raja Gumara menitis pada seorang manusia, yaitu Awan. Samba memanfaatkan kesempatan ini untuk menghancurkan ketenangan bangsa harimau. Ia percaya, kekuatan Gumara saat itu pasti masih lemah dan mudah untuk ditundukkannya.Hanya saja, waktu itu masih ada kakek Awan yang melindungi kampung dan gerbang masuk alam bangsa harimau.Meski sudah menitis duluan pada wadah manusianya dibanding Gumara, tapi kekuatannya masih belum mencapai puncaknya. Dia belum bisa menandingi kekuatan kakek Awan dan dipaksa pulang dengan tangan hampa.Sekarang, kekuatan Samba sudah hampir mendekati puncaknya dan ia juga memiliki pengikut yang banyak. Mereka sekali lagi, coba untuk memasuki paksa kampung Awan.Tanpa adanya penjaga gerbang setangguh kakek Awan dulu, mustahil bagi penjaga kampung sekarang bisa bertahan lama menaha
Saat Awan terbangun, ia melihat jam dalam ponselnya masih menunjukkan pukul 3 dini hari hari. Hari masih gelap, Awan berpikir masih ada waktu baginya untuk menemukan gerbang untuk masuk ke dalam alam bangsa harimau.Percakapan singkat antara dirinya dengan Andini, seolah menjadi peringatan baginya. Peringatan itu membawa firasat buruk, jika musibah akan segera datang menghampiri kampung ini. Awan tidak bisa menunda lebih lama. Tidak! Saat semua orang yang ia kenal dan sayangi terancam keselamatannya.Tanpa menunda, Awan bersiap dan mengenakan pakaian terbaiknya.Dengan taring emas ditangannya, Awan segera memeriksa seluruh isi rumah. Malam ini, hanya dirinya yang tinggal sendiri di sana. Itu atas permintaannya sendiri, karena angku Rahmad mengatakan hanya dia yang kemungkinan besar dapat membuka gerbang tersebut. Mengingat dia pernah mewarisi kekuatan Gumara, raja bangsa harimau.Pernyataan angku Rahmad, dikuatkan oleh Andini yang datang dalam mimpinya. Karena itu, Awan bertekad unt