Raksasa itu adalah ujud dari penunggu Jenggala yang juga menjadi pasukan dari raja iblis Banaspati. Kolosrenggi tidak hanya menguasai Singosari, melainkan seluruh lembah dari lima gunung di bagian selatan tanah Jawa. Wiro Sabrang yang telah menghitung target serangannya kepada raja iblis yang hidup di benua Timur tentu sudah bersiap untuk membantai mereka.
"Kamu pikir Banaspati adalah satu- satunya pendekar yang kau hadapi Wiro. Itu salah besar. Masih ada ribuan dedemit yang hidup di daratan benua Timur. Ha ha ha ha." kata Kolosrenggi sambil tepuk dadanya yg penuh dengan bulu.
"Kolosrenggi" gumam Wiro Sabrang dalam hati. Ia tidak mengira jika ada raksasa sebesar bukit Wilis menghadangnya. Wiro harus berhati- hati dengan Godam yg berada dalam genggaman raksasa itu. Kalau tidak salah Godam itu pernah ia kenal sejak masih jaman kaisar Ming. Godam yang sangat sakti dan berbahaya. Tapi Wiro Sabrang tidak takut karena ia memiliki golok setan yang adalah penjelmaan dari raja naga penguasa lautan Selatan. Golok setan telah dikenal oleh semua dewa yg berkuasa atas enam benua.
"Aku hanya ingin golok di tanganmu itu Wiro, kamu pergilah bebas kemana kamu mau asal golok itu kamu serahkan padaku"
"Baiklah. Ini kuserahkan padamu Kolosrenggi!!"
"Hiiiiiaaaaatttt!!!!"
Pertarungan itu tak terelakkan hingga dua senjata yang sangat bertuah itu saling beradu dan berbenturan. Kertajaya yang berada di tempat agak jauh tentu sangat panik melihat sinar gemerlap dan gelegar ledakan kedua senjata mereka saling beradu.
"Gluuuuaaaarrrrr..!!!"
"Wuuuuuuzzzzzz..!!!"
Kolosrenggi memang luar biasa. Wiro Sabrang mengakui kehebatan raksasa itu yang mampu merobah tubuhnya menjadi sangat kecil sehingga terhindar dari sinar laser kuning dari golok setan milik Wiro Sabrang. Sedang Godam yg berkepala sebesar gajah bengkak itu bagai kekuatan dewa saja saat menghunjam bumi menjadi bergetar hebat. Bukitpun akan bergoyang meruntuhkan bebatuan seakan terguncang bagai gempa bumi yang sangat dahsyat.
"Glegerrrrrkkk..!!!"
Bumi bergoncang hebat hingga memindahkan rombongan raja Kertajaya ke tempat lain. Wiro Sabrang mulai membacakan ajian Bumi saketi yang bersamaan dengan ayunkan golok setan di tangan menggempur serangan Kolosrenggi. Tak pernah ternayangkan oleh Kolosrenggi bila kekuatan golok setan adalah pada besi pegangan yang berbentuk tubuh ular naga Antaboga.
"Heeeeaaaaahhhh..!!!"
"Wuuuuzzzz...!!!"
"Bluuuaaaaarrrr!!"
Suara Guntur yang bersaut - sautan disertai kilatan petir dan sinar kuning menyilaukan mata terpacar dari golok setan di tangan Wiro Sabrang. Ledakan yang sangat dahsyat karena benturan dua senjata gaib itu membuat langit menjadi terang benderang dan bumi bergoncang hebat. Tubuh Kolosrenggipun terlempar hingga ke bawah jurang. Sedang Godam yang sangat diandalkan itu hancur berkeping terkena benturan dengan golok setan. Kolosrenggi yang jatuh ke dasar jurang merintih kesakitan dan melarikan diri bersama hembusan angin. Kolosrenggi sudah kehilangan kekuatan ketika kehilangan pusaka andalan Godam yang dimilikinya.
Wiro Sabrang menarik nafas dalam sambil memandangi golok setan di tangannya yang ternyata mampu mengalahkan Godam pusaka Kolosrenggi.
"Masih ada ribuan dedemit yang kau hadapi" bisik Antaboga seperti yang dikatakan Kolosrenggi. Itu adalah peringatan bagi Wiro Sabrang untuk tetap waspada. Bagaimanapun juga Wiro tetap yakin dengan gurunya yang telah menjelma menjadi pusaka golok setan. Golok itulah yang menjadi andalan dan diburu oleh banyak pendekar di seluruh dunia persilatan. Bahkan Kertajaya sangat mengagungkan dan ingin sekali memiliki pusaka golok setan itu untuk dijadikan tumbal benteng kekuatan istana Singosari.
"Wiro Sabrang, aku sangat berterima kasih kepadamu yang telah menyelamatkan istana dan rakyat Singosari dari jajahan iblis." kata raja Kertajaya kepada Wiro yang akhirnya siap membantu perpindahan ke istana yang kini telah ditinggalkan Banaspati.
"Maafkan anak- anakku yang salah paham kepadamu Wiro." kata Kertajaya lagi.
"Tidak mengapa, toh mereka masih sangat muda."
"Bagaimana menurut Bopo begawan Sentanu kedepannya dengan waktu dan saat perpindahan ke istana?"
"Sebaiknya kita tidak terburu- buru Gusti. Karena gerombolan dari raja iblis jumlahnya banyak. Mereka tidak mungkin secepat itu langsung menghilang. Betul begitu kan Wiro Sabrang?"
"Hamba rasa benar apa yang diucapkan Bopo Sentanu. Masih ada ancaman dari para iblis yang ada sekitar gunung Selatan tanah Jawa." lanjut Wiro Sabrang.
"Terus terang aku butuh pusaka seperti milikmu itu untuk kekuatan istana Singosari, Wiro. Karena aku belum memiliki pusaka itu, maka aku berminat memohon agar kamu bersedia menjadi panglima perang di istana Singosari."
Wiro Sabrang akhirnya .menerima tawaran dari raja Kertajaya untuk dijadikan Senopati/ panglima perang. Toh dengan posisi itu ia bisa menjalankan tugas dan misinya sebagai pelindung kaum lemah. Lagi pula Wiro juga mendapat bisikan dari Antaboga untuk bersiaga menghadapi ribuan ancaman dari para dedemit penguasa bumi di segala arah.
***
Istana Singosari telah kembali diduduki Gusti Kertajaya dan beberapa pengawal yang masih hidup dan setia mengabdi kepada raja Singosari.
"Bagaspati, tolong buat pengumuman dibutuhkan banyak prajurit untuk istana Singosari." perintah Kertajaya kepada seorang pengawal yang masih setia mengabdi.
"Sendika Gusti, hamba akan beritahukan kepada para cantrik di luar Beteng." kata Bagaspati bergegas pergi ke alun- alun.
Di alun- alun telah berkumpul para pengawal yang yang siap menunggu perintah dari Gusti Kertajaya.
Namun tiba-tiba terdengar berita akan datang serangan dari pasukan iblis Jenggala yang sangat kejam dan ganas . Iblis yang sangat sakti seperti Banaspati berjumlah ratusan.
Wiro Sabrang sudah merasakan firasat itu dalam pikirannya. Tetapi Kertajaya belum tahu sehingga ada rasa khawatir akan datangnya musibah kembali.
"Glegerrrr!!"
Ledakan yang sangat dahsyat terdengar hingga telinga Kertajaya yang duduk diatas singgasana. Kertajaya terkejut bangkit dari duduknya dengan mata melotot melongok ke arah alun - alun.
"Iblis itu datang lagi!!"
Para serdadu yang mengawal Kumbang Merah sudah diusir oleh pendekar pelindung Bukit Barisan hingga menyisakan Kumbang Merah yang akhirnya menurut nasehat saudara kembarnya. Singaraja yang sudah sangat dikenal masyarakat Andalas dan suku dalam memberi nasehat kepada Kumbang Merah."Kalian semua di pulau Andalas akan diperbudak oleh orang asing itu. Kalian akan diadu domba agar berseteru dan saling bunuh, maka mereka akan mudah menguasai kalian" Tapi Kumbang Merah tetap berpikir negatif karena ia akan ditembak oleh serdadu itu jika melawan. Sedangkan jika tunduk akan untung besar karena ia bisa menekan petani dan memonopoli semua hasil bumi untuk dijual kepada serdadu itu. Hmm baiknya aku menurut saja kepada saudaraku untuk sementara, karena nanti aku akan bunuh dia agar aku bisa menguasai rakyat semenanjung ini.Kata Kumbang Merah dalam hati. Memang Kumbang Emas sangat senang jika saudaranya akhirnya patuh dan ikut aturan dari kerajaan yang sangat ketat me
Singaraja yang ternyata sahabat Wiro Sabrang merangkul dan memeluk pendekar itu sambil berbisik. "Hati- hati kakang, di negeri ini banyak pengkhianat yang gabung dengan serdadu yang licik. Wiro Sabrang sadar jika para penguasa pulau yang kaya raya itu sudah takluk kepada orang asing yang memonopoli hasil bumi di pulau itu. "Betul sekali Dimas Singaraja. Aku juga mencium adanya persekongkolan antara pangeran Kumbang Merah dengan serdadu" Kata Wiro Sabrang. "Sebaiknya kita awasi saja mereka dari jauh, kakang tidak perlu ikut serta di dalam kerajaan menjadi ponggawa." kata Singaraja. Baru saja pendekar itu saling tukar pikiran ditepi tebing Tinggi, beberapa penunggang kuda menghentikan langkah mengepung Wiro Sabrang dan Singaraja. "Tangkap orang itu hidup atau mati!!" teriak seorang penunggang kuda dengan pakaian seorang prajurit kerajaan. Rombongan berkuda itupun langsung menyerbu Wiro Sabrang dan Singaraja dengan liar dan ganas menggunakan pedang dan tombak. Tapi Wiro Sabrang tid
Keberadaan Suro Gendeng dan Wiro Sabrang di istana Bukit Barisan telah dilihat banyak pedagang besar dan tengkulak yang bekerjasama dengan para kompeni. Karena itu mereka mulai ketakutan beroperasi di desa sepanjang pantai barat pulau Karet. Kota pelabuhan Bandar Lampung yang dekat dengan pulau Rakata jadi pusat kegiatan para saudagar dan pelaut dari sebrang laut. Prajurit dari Bukit Barisan sebagian jadi suruhan pedagang besar di pelabuhan untuk mengawasi para petani yang menolak memberikan hasil bumi kepada tengkulak. Suro Gendeng melihat itu hingga ikut turun tangan. "Bukannya kisanak prajurit dari Bukit Barisan?" tanya Suro Gendeng. "Iya kenapa?" "Harusnya kisanak membela kaum petani untuk tidak diperas para tengkulak kompeni" "Siapa yang mengatur aku? Aku berwenang menjaga keselamatan para kompeni, kamu siapa heh?" tanya prajurit itu kepada Suro Gendeng. "Aku prajurit baru dari Bukit Barisan.
Wiro Sabrang dan Suro Gendeng sangat dielu- elukan kedatangannya oleh raja Bukit arisan Pangeran Kumbang Merah dan Kumbang Emas.Istana Bukit Barisan yang sangat besar itu berdiri di antara dua gunung besar di selat Sunda. Pangeran Kumbang Merah dan Kumbang Emas sangat senang kedatangan tamu istimewa yang telah berhasil mengusir para serdadu yang sedang menjajah di wilayah bukit Barisan dan Pulau Rakata Agung."Bukan maksud kami menjebak anda pendekar? Memang sebenarnya kami ini sedang disandera oleh para serdadu bersenapan itu yang berjaga di pantai memeras rakyat kami yang nelayan serta petani rempah2." kata pangeran Kumbang Merah sambil merangkul Suro Gendeng.Pangeran Kumbang Emas dan Kumbang Merah adalah raja kembar yang mempunyai putri cantik 2 orang yaitu Putri Nilam, dan Putri Seruni. Mereka dengan pakaian adat pulau Karet menjamu Suro Gendeng dengan sangat ramah dan khidmat."Ini adalah putri kami, Putri Seruni dan Nilam masih bujangan. A
Kerajaan Salaka Negara makin sepi setelah Raja Anom Wiro Sabrang pindah ke Pajajaran menggantikan tahta Gusti prabu Salokantara. Kini sepeninggal Gusti sepuh Salokantara, Pejajaran yang sangat besar itu berkuasa atas tanah Parahiyangan dan tanah Pasundan sehingga semua raja kecil di dataran tinggi Pasundan bergabung menjadi satu di Pajajaran. Gusti Anom Wiro Sabrang dengan dibantu para pendekar dari bukit Utara seperti Kebo Jenar serta Maheso Gilang, Suro Gendeng menjadi sangat berwibawa karena sangat bijaksana dalam melindungi dan memimpin rakyatnya. "Maaf paman Sentanu, aku harus pergi ke tanah seberang karena ada undangan dari pangeran Kumbang Merah yang menghadapi musuh besar." kata Anom Wiro Sabrang. Tentu saja Sengkuni jadi merasa berat tanpa Gusti Anom Wiro Sabrang yang bertahta di tanah Pasundan. Tetapi Jaka Umbaran yang masih kerabat istana siap menjaga kedaulatan dan keamanan Pejajaran bersama Kebo Kuning dan Kebo Jenar serta Maheso Gilang.
SURO GENDENG tertegun memandang wajah imut Anom yang tersirat bayangan wajah Wiro Sabrang pada tatapan matanya. Tapi Suro Gendeng tetap merasa sangat hormat kepada pendekar muda itu walau usia Anom sangat jauh dibanding Suro Gendeng. "Maafkan aku Raden, namaku Suro Gendeng, ingin berjumpa Gusti Wiro Sabrang, raja dari Kraton Singosari." ucap Suro Gendeng. "Itu ayahku kisanak, tapi beliau telah wafat setahun yang lalu." jawab Anom. "Wafat? Bolehkah aku melihat dimana beliau dimakamkan?" "Oh tentu saja boleh. Tapi aku mau bertanya, bagaimana keadaan Kraton Singosari sekarang?" tanya Anom yang tentu sangat mengejutkan Suro karena ia masih terlalu kecil untuk mengetahui istana Singosari yang telah ditinggalkan Wiro Sabrang. Apalagi ada Sentanu yang juga berasal dari Singosari yang dulu adalah penasehat raja Kertajaya. Begawan Sentanu memang tidak begitu kenal dengan Suro Gendeng karena ia tidak bisa keluar bebas seperti W