Lenyapnya Wonopati membuat Bajulputih kalang kabut ketakutan menghadapi Wiro Sabrang sehingga memilih diam saat golok setan membabat tubuhnya hingga menyisakan sinar gemerlap dan ledakan yang sangat dahsyat yang menggema hingga menembus langit.
"Blaammm!!"
"Aaaaaaaacchh!!"
Wiro Sabrang sangat lega bila tugasnya mengusir setan Banaspati dan pasukannya telah selesai. Antaboga berbisik kepada pendekar sakti itu saat merebahkan tubuhnya yang lelah bertarung dengan pasukan dedemit Singosari.
"Saatnya kamu pergi meninggalkan Singosari dan melanjutkan ke bukit Barat Wiro Sabrang." bisik Antaboga.
Entah kemana perginya pasukan dedemit yg mengikuti Banaspati, hingga Kraton menjadi sepi dan hening setelah raja iblis itu diusir Wiro Sabrang. Pendekar itu tidak peduli lagi kepada siapa istana itu akan dirawat. Toh yang paling penting baginya adalah menuntaskan tugas melenyapkan kekuatan. setan yg menguasai bumi.
Angin semilir kembali berhembus membuat suasana sangat segar hingga Wiro Sabrang tanpa sadar telah telah berada di sebuah taman Kraton Singasari dimana para wanita sedang berkumpul mengagumi keberadaannya.
"Terimakasih Raden.." kata seorang putri raja yang selama ini menjadi peliharaan raja iblis Banaspati menyembah kepada Wiro Sabrang.
Pendekar muda itu menarik nafas panjang memandang betapa menderita para wanita yang terkumpul di dalam taman sari. Pastilah mereka dikumpulkan untuk dijadikan budak atau tumbal bagi para Jim setan.
"Sudahlah nimas, kalau engkau hendak pulang rumahmu, pulanglah. Sekarang sudah tidak ada lagi Jim setan yang hidup di dalam istana." kata Wiro Sabrang.
"Tapi bagaimana dengan para pengawal jin yang berjaga diluar istana, Raden? Kami semua takut"
"Istana sudah sepi..tak lagi ada Jim setan yg berkuasa. Ayoh cepat kalian keluar dari dalam istana." kata Wiro Sabrang yang sangat iba melihat banyaknya manusia yang jadi tawanan dari raja iblis Banaspati. Wiro Sabrang pun bergegas masuk ke bagian dalam istana dimana para penduduk disiksa dan dikerangkeng untuk dijadikan makanan harimau dan buaya peliharaan Banaspati. Wiro dengan sangat cepat membuka pintu kerangkeng dan menyuruh para tawanan keluar untuk kembali ke rumah masing- masing. Wiro sangat iba melihat betapa para manusia yang selama ini dijadikan mangsa oleh iblis Banaspati menderita.
"Ayo keluar dan pulang ke rumah kalian. Diluar sudah tidak ada demit." kata Wiro yang telah membebaskan para tawanan keluar dari istana. Wiro Sabrang senang melihat banyaknya orang yang telah bebas berlari keluar dari dalam penjara menuju alun - alun sambil berteriak girang."Horeee kita bebas."
***
Saat itu juga Wiro Sabrang sudah sampai di padepokan menemui Sentanu yang sudah memanggilnya lewat angin. Sentanu sangat bahagia memeluk Wiro Sabrang yang akhirnya berhasil mengusir semua pasukan iblis dari muka bumi.
Kertajaya yang sangat terharu mendapat berita bahagia itu tentu ingin memberi hadiah besar kepada Wiro Sabrang. Pikir Sentanu.
"Ayo kita rame- rame pulang ke istana Singosari." kata Kertajaya.
"Bagaimana dengan Wiro Sabrang Gusti. Beliau ingin melanjutkan perjalanan ke bukit Barat." kata Sentanu yang mengusulkan agar kepergian Wiro Sabrang ditangguhkan untuk mengurusi pindahan istana Singosari yg sudah kosong.
"Aku minta tolong kepadamu Wiro Sabrang, aku sekarang tidak lagi punya seorang panglima perang yang bisa kuandalkan selain kamu.Tolonglah Wiro." Kertajaya memohon kepada Wiro Sabrang sambil merangkul pundaknya.
"Maafkan hamba Gusti Kertajaya, bukannya hamba menolak, tetapi hamba masih ada tugas yang lebih berat di bukit Barat." jawab Wiro Sabrang yang kini malah membuat kedua pangeran itu menangis. Singojati yang masih sakit serta pincang itu merasa sangat bersalah karena pernah berprasangka buruk kepada Wiro Sabrang.
"Kakang Wiro, maafkan kami telah bersyak sangka buruk kepadamu." kata Singoyudo.
"Tidak terpikir olehku.Sekarang bantulah ayahmu untuk membangun Singosari kembali."
Singoyudo bahkan bersujud di kaki Wiro Sabrang sambil menangis. Begawan Sentanu terharu menyaksikan kedua pangeran muda itu menyesali perbuatannya.
Akhirnya Kertajaya dan rombongan keluarga istana pulang ke Singosari setelah sangat berat hati melepaskan kepergian Wiro Sabrang. Namun saat mereka dalam perjalanan pulang, tiba- tiba datang sosok makhluk yang sangat besar dan tinggi hingga kedua kakinya yang besar itu menginjak kereta kencana tempat putri suri dan raden Kertajaya duduk.
"Zjleggkk!!!"
"Ha ha ha ha ha kalian kira aku sudah mati hah?" suara gelegar itu terdengar nyaring di telinga Singoyudo yang sedang kendalikan kuda.
Tentu saja rombongan dari raja Kertajaya sangat kaget dan kebingungan disaat mau pindah ke dalam istana,kedatangan musibah.
Begawan Sentanu yang berada dibelakang rombongan hanya mampu memejamkan mata dan memanggil nama Wiro Sabrang lewat kekuatan telepati. Singoyudo yang awalnya berbesar hati bisa kembali pulang ke istana Singosari, kini merasa panik melihat ujud raksasa dengan wajah gelap menunduk kebawah.
"Bopo Sentanu." teriak Singoyudo yang tak mampu berbuat banyak ketika tangan raksasa itu mengangkat kepalanya ke langit dan hendak dimasukkan tubuhnya ke dalam mulut raksasa itu.
"Wuuuuuussss...!!"
Tiba- tiba hembusan angin dahsyat menyambar tubuh raksasa itu hingga tumbang.Wiro Sabrang kembali datang setelah dipanggil oleh Begawan Sentanu. Raksasa itu bangkit dan menggeram sambil mengayunkan genggaman tangannya yang sebesar gajah bengkak ke arah rombongan pasukan dari Kertajaya.
"Hayooo... heeeaaahh." Kertajaya yang sudah keluar dari kereta kencana bangkit ikut menyerang raksasa sekuat tenaga. Tapi apa artinya serangan manusia seperti Kertajaya yang sudah tua, dan lima pengawal Singosari yang berhadapan dengan siluman raksasa. Telapak tangan yang sangat besar itu menyambar kereta dan melemparkan ke langit.
"Eeeeeaaaaaahh!!" tendangan kaki Wiro Sabrang mendorong keras bagian dada raksasa itu.
Para serdadu yang mengawal Kumbang Merah sudah diusir oleh pendekar pelindung Bukit Barisan hingga menyisakan Kumbang Merah yang akhirnya menurut nasehat saudara kembarnya. Singaraja yang sudah sangat dikenal masyarakat Andalas dan suku dalam memberi nasehat kepada Kumbang Merah."Kalian semua di pulau Andalas akan diperbudak oleh orang asing itu. Kalian akan diadu domba agar berseteru dan saling bunuh, maka mereka akan mudah menguasai kalian" Tapi Kumbang Merah tetap berpikir negatif karena ia akan ditembak oleh serdadu itu jika melawan. Sedangkan jika tunduk akan untung besar karena ia bisa menekan petani dan memonopoli semua hasil bumi untuk dijual kepada serdadu itu. Hmm baiknya aku menurut saja kepada saudaraku untuk sementara, karena nanti aku akan bunuh dia agar aku bisa menguasai rakyat semenanjung ini.Kata Kumbang Merah dalam hati. Memang Kumbang Emas sangat senang jika saudaranya akhirnya patuh dan ikut aturan dari kerajaan yang sangat ketat me
Singaraja yang ternyata sahabat Wiro Sabrang merangkul dan memeluk pendekar itu sambil berbisik. "Hati- hati kakang, di negeri ini banyak pengkhianat yang gabung dengan serdadu yang licik. Wiro Sabrang sadar jika para penguasa pulau yang kaya raya itu sudah takluk kepada orang asing yang memonopoli hasil bumi di pulau itu. "Betul sekali Dimas Singaraja. Aku juga mencium adanya persekongkolan antara pangeran Kumbang Merah dengan serdadu" Kata Wiro Sabrang. "Sebaiknya kita awasi saja mereka dari jauh, kakang tidak perlu ikut serta di dalam kerajaan menjadi ponggawa." kata Singaraja. Baru saja pendekar itu saling tukar pikiran ditepi tebing Tinggi, beberapa penunggang kuda menghentikan langkah mengepung Wiro Sabrang dan Singaraja. "Tangkap orang itu hidup atau mati!!" teriak seorang penunggang kuda dengan pakaian seorang prajurit kerajaan. Rombongan berkuda itupun langsung menyerbu Wiro Sabrang dan Singaraja dengan liar dan ganas menggunakan pedang dan tombak. Tapi Wiro Sabrang tid
Keberadaan Suro Gendeng dan Wiro Sabrang di istana Bukit Barisan telah dilihat banyak pedagang besar dan tengkulak yang bekerjasama dengan para kompeni. Karena itu mereka mulai ketakutan beroperasi di desa sepanjang pantai barat pulau Karet. Kota pelabuhan Bandar Lampung yang dekat dengan pulau Rakata jadi pusat kegiatan para saudagar dan pelaut dari sebrang laut. Prajurit dari Bukit Barisan sebagian jadi suruhan pedagang besar di pelabuhan untuk mengawasi para petani yang menolak memberikan hasil bumi kepada tengkulak. Suro Gendeng melihat itu hingga ikut turun tangan. "Bukannya kisanak prajurit dari Bukit Barisan?" tanya Suro Gendeng. "Iya kenapa?" "Harusnya kisanak membela kaum petani untuk tidak diperas para tengkulak kompeni" "Siapa yang mengatur aku? Aku berwenang menjaga keselamatan para kompeni, kamu siapa heh?" tanya prajurit itu kepada Suro Gendeng. "Aku prajurit baru dari Bukit Barisan.
Wiro Sabrang dan Suro Gendeng sangat dielu- elukan kedatangannya oleh raja Bukit arisan Pangeran Kumbang Merah dan Kumbang Emas.Istana Bukit Barisan yang sangat besar itu berdiri di antara dua gunung besar di selat Sunda. Pangeran Kumbang Merah dan Kumbang Emas sangat senang kedatangan tamu istimewa yang telah berhasil mengusir para serdadu yang sedang menjajah di wilayah bukit Barisan dan Pulau Rakata Agung."Bukan maksud kami menjebak anda pendekar? Memang sebenarnya kami ini sedang disandera oleh para serdadu bersenapan itu yang berjaga di pantai memeras rakyat kami yang nelayan serta petani rempah2." kata pangeran Kumbang Merah sambil merangkul Suro Gendeng.Pangeran Kumbang Emas dan Kumbang Merah adalah raja kembar yang mempunyai putri cantik 2 orang yaitu Putri Nilam, dan Putri Seruni. Mereka dengan pakaian adat pulau Karet menjamu Suro Gendeng dengan sangat ramah dan khidmat."Ini adalah putri kami, Putri Seruni dan Nilam masih bujangan. A
Kerajaan Salaka Negara makin sepi setelah Raja Anom Wiro Sabrang pindah ke Pajajaran menggantikan tahta Gusti prabu Salokantara. Kini sepeninggal Gusti sepuh Salokantara, Pejajaran yang sangat besar itu berkuasa atas tanah Parahiyangan dan tanah Pasundan sehingga semua raja kecil di dataran tinggi Pasundan bergabung menjadi satu di Pajajaran. Gusti Anom Wiro Sabrang dengan dibantu para pendekar dari bukit Utara seperti Kebo Jenar serta Maheso Gilang, Suro Gendeng menjadi sangat berwibawa karena sangat bijaksana dalam melindungi dan memimpin rakyatnya. "Maaf paman Sentanu, aku harus pergi ke tanah seberang karena ada undangan dari pangeran Kumbang Merah yang menghadapi musuh besar." kata Anom Wiro Sabrang. Tentu saja Sengkuni jadi merasa berat tanpa Gusti Anom Wiro Sabrang yang bertahta di tanah Pasundan. Tetapi Jaka Umbaran yang masih kerabat istana siap menjaga kedaulatan dan keamanan Pejajaran bersama Kebo Kuning dan Kebo Jenar serta Maheso Gilang.
SURO GENDENG tertegun memandang wajah imut Anom yang tersirat bayangan wajah Wiro Sabrang pada tatapan matanya. Tapi Suro Gendeng tetap merasa sangat hormat kepada pendekar muda itu walau usia Anom sangat jauh dibanding Suro Gendeng. "Maafkan aku Raden, namaku Suro Gendeng, ingin berjumpa Gusti Wiro Sabrang, raja dari Kraton Singosari." ucap Suro Gendeng. "Itu ayahku kisanak, tapi beliau telah wafat setahun yang lalu." jawab Anom. "Wafat? Bolehkah aku melihat dimana beliau dimakamkan?" "Oh tentu saja boleh. Tapi aku mau bertanya, bagaimana keadaan Kraton Singosari sekarang?" tanya Anom yang tentu sangat mengejutkan Suro karena ia masih terlalu kecil untuk mengetahui istana Singosari yang telah ditinggalkan Wiro Sabrang. Apalagi ada Sentanu yang juga berasal dari Singosari yang dulu adalah penasehat raja Kertajaya. Begawan Sentanu memang tidak begitu kenal dengan Suro Gendeng karena ia tidak bisa keluar bebas seperti W
Gerombolan bajak laut dari benua Barat ikut serta dalam pasukan pesisir Jayakarta menguasai seluruh kerajaan kecil yang memiliki hasil pertanian rempah- rempah dari Laut Timur hingga sepanjang Laut Selatan. Gerombolan bajak laut itu didukung dengan senapan api yang tidak dimiliki pendekar dari benua selatan. Pasukan tanah Pasundan ketakutan karena mereka tidak miliki kekuatan menghadapi pasukan dari bajak laut yang miliki senjata api. Karena itulah kini mereka bisa diperbudak oleh para bajak laut itu untuk melawan sesama warga Pasundan. Kebo Kuning yang juga mantan bajak laut hanya mampu menahan serangan fisik tetapi tidak memiliki senapan yang mematikan. Anom Wiro Sabrang yang walau masih usia muda telah mewarisi kesaktian dari pendekar legenda tanpa tanding. Pendekar muda itulah yang menjadi andalan Parahiyangan menghadapi serdadu bajak laut. "Dor dor dor..!!" Tembakan yang beruntun menghajar tubuh Anom tidak satupun yang mampu melukai
Zui Shen tidak hanya memiliki ilmu silat dari Benua Utara, yang lebih mengutamakan kekuatan tubuh untuk menjadi dasar kesaktian, akan tetapi juga memiliki ilmu gaib yang diajarkan di tanah Jawa. Ilmu gaib itu lebih sekedar kekuatan raga atau tubuh manusia, akan tetapi juga didasari ilmu sihir yang bisa dilakukan oleh makhluk gaib seperti setan atau lelembut. Karena itulah Kebo Kuning terpukau dan merasa aneh. Bagaimana mungkin jika ia belum menyentuh tubuh lawan sudah terpental seperti tertabrak batu besar. Ada perisai imajiner yang melindungi tubuh Zui Shen. "Sebentar, kisanak, boleh saya tahu, ilmu apa yang kisanak gunakan sehingga saya tidak mampu menyentuh tubuh kisanak?" tanya Kebo Kuning yang sangat heran. "Kamu harus tinggal di tanah Jawa untuk beberapa tahun baru mengerti. Pendekar dari Laut Selatan suka belajar ilmu gaib dengan sering berpuasa. Sangat terbalik dengan pedoman ilmu dari Mongol yang mengutamakan kekuatan raga untuk menjadi sakti.
Kebo Kuning ternyata memang seorang pendekar dari Benua Utara yang sangat mengagumi Wiro Sabrang. Ada lima pendekar langit yang legenda di benua Utara tetapi sekarang hidup di daratan karet Laut Selatan. Salah satunya adalah Wiro Sabrang dengan pusaka Golok Setan yang sangat ampuh. Wiro Sabrang ternyata sangat muda dan tampan saat Kebo Kuning pertama bertemu dan mencoba kesaktiannya. Kebo Kuning tentu tidak tahu jika Anom Wiro Sabrang adalah putra dari almarhum Gusti Wiro Sabrang sepuh. Dan tentu mereka tidak pernah tahu jika pendekar pujaan mereka itu sesungguhnya sudah mati 1000 tahun silam. Tapi mereka sudah terjerat dengan aura Anom yang luar biasa memiliki perbawa tinggi bak seorang pendekar tingkat dewa. "KK as mi mohon maaf kepada para hadirin yang telah berkenan bergabung dengan istana Salaka Negara yang tidak seberapa dibanding dengan istana darimana tuan berasal." sambutan Anom benar- benar membuat para pendekar itu luluh dan sangat hormat