Share

BAB VIII

Malam itu purnama bersinar terang, terdengar lolongan anjing dimalam yang masih baru memunculkan purnama, terdengar suara gitar dari belakang rumah, aku menduga bahwa itu adalah suara gitar dari Lumi, Lumi sendiri adalah anak perempuan dari pasangan Walker dan Bethy, mereka adalah keluarga yang pindah Lima tahun lalu ke belakang rumah kami, meskipun orang-orang tidak terlalu ramah, namun itu pengecualian bagi mereka, keluarga Walker sangat bersahabat dengan kami. Lumi yang pandai memetik gitar, sangat piawai memainkan gitarnya di malam itu sehingga mampu menenangkan pikiranku.

“ Bu, apa kau tahu rumah Paman Jhonny?” tanyaku pada ibu sesaat dia sedang melihat acara televisi bersama Lidya. Ibu terlihat terkejut dan dia mengerenyitkan keningnya, dia merasa heran dengan pertanyaanku, dia bertanya apa yang terjadi padaku sehingga aku menjadi peduli dengan Paman Jhonny.

“ Tenanglah, Bu, aku hanya ingin mengunjunginya.” jawabku dengan wajah meyakinkan. “ Ibu belum pernah kerumahnya tapi kalau kau memaksa, Ibu akan bertanya kepadanya.” beritahu ibuku, yang kelihatannya tidak ingin diganggu ketika ia tengah asyik melihat acara televisi. “ Bagaimana dengan nomor ponselnya?” pintaku sekali lagi. Tanpa banyak bicara, ibu memberikan nomor ponsel Paman Jhonny, dengan memberi beberapa statement kepadaku.

“ Ingat, jangan bicara macam-macam dengannya” beritahu ibu dengan menatap tajam padaku. “ Tenanglah, apa aku terlihat seperti kriminal, Bu” balasku dan mencium pipi ibu.

“ Lumi sedang bermain gitar. Bu, aku kerumah Lumi sebentar” ucap Lidya yang bangkit dan pergi kerumah Lumi.

Aku kembali ke kamar. “ Paman, bolehkah aku berkunjung Besok? Ini aku Kenshin.” kirimku pesan kepada Paman Jhonny. Tak beberapa lama kemudian, dia membalas pesanku dengan mengirim alamat tempat tinggalnya. Rumah Paman Jhonny berjarak sekitar dua jam dari rumahku, rumahnya didekat Danau Flanbert di kota Tarling dan sejam dari Kota Tarling, ada kota Brimhall. Aku berfikir, apa tidak sekalian saja pergi ke Brimhall untuk pergi ke perpustakaannya.

Tidak lama kemudian sebuah pesan masuk dari Kyo, dia memberitahukanku sesuatu tentang ledakan itu dan dia berpesan, bahwa ada sebuah artikel anonymous yang menyangkut-pautkan tentang kejadian kematian seekor rusa tua dengan ledakan yang kucari. Tak beberapa lama kemudian, Kyo mengirimkan link artikel tersebut kepadaku. Lantas, aku membuka komputerku dan mencari laman yang dikirim Kyo, ‘Laman tidak tersedia’ begitu tulisnya di layar komputerku. Aku mengirim pesan kembali kepada Kyo, bahwa linknya yang dia kirim salah atau rusak dan tidak dapat dibuka, setelah Kyo memeriksanya kembali, dia juga tidak dapat mengakses link itu lagi. Aku kembali berfikir tentang perpustakaan di Brimhall dan aku berniat untuk mengajak Kyo, Rinsky dan Hans. Aku mengirim mereka pesan dan mereka setuju untuk berangkat ke Brimhall.

Aku berbaring diatas kasur sembari mendengarkan petikkan gitar dan nyanyian dari Lumi dan Lidya, terdengar juga suara seorang pria dari arah mereka,

“ Itu pasti Reynald.” ucapku.

Reynald adalah sepupu Lumi, suara Lidya terdengar sangat bagus. Aku menatap kosong kearah langit-langit kamarku dan menenangkan fikiranku sejenak. Tiba-tiba pandanganku gelap.

“ Ah, Apa ini?” Ucapku yang telah mendapatkan pandanganku kembali. Aku bermimpi kembali. Anehnya, aku seperti menyadari bahwa aku sedang bermimpi. Lalu aku mencoba memukul diriku sendiri.

“ Aw sakit” lirihku memegang pipi yang kutampar dengat sangat keras. “ Ini nyata” ungkapku lagi. Aku sedang berada di sebuah bangunan yang ramai orang menangis didalamnya. Ruangan itu, memiliki cat bewarna cerah dengan lampu gantung yang terbuat dari lentera dengan minyak yang bercahaya, kalau tidak salah itu terlihat seperti minyak zaitun. Begitupula dinding dikanan dan dikirinya yang dipenuhi lentera yang berada disebuah dinding yang dilubangi, lentera itu dengan minyak zaitun sebagai pemicu pembakarannya, seakan-akan cahaya itu meluas dan bersinar lebih dari biasanya. Mereka semua berdiri, aku melihat seorang wanita dan aku memperhatikan bentuk tubuh serta rambutnya dari belakang.

“ Sepertinya, dia tak asing bagiku” begitu dalam benakku saat itu.

Aku berjalan berdesakkan dengan isak tangis orang-orang yang berada didalam ruangan, menuju kepada gadis yang aku perhatikan.

‘Plak’ aku memukul pundaknya pelan. Terdengar tangisan darinya juga, dia menoleh kepadaku, aku sadar baunya saat itu, dia seperti gadis yang aku pernah menemuinya saat sebuah ledakan datang dimimpiku sebelumnya.

“ Kau siapa?” ucapnya yang telah membalikkan badannya. Kami saling bertatapan, aku menatapnya, begitu sebaliknya. Wajahnya dibasahi air mata, bola matanya Biru dan kulitnya putih, akan tetapi tidak pucat, rambutnya dikepang dua saat itu.

“ Kita pernah bertemu sebelumnya, saat dipasar.” ucapku padanya. Dia menatap penuh keheranan kepadaku. “ Aku tak mengenalmu, tidak ada pria yang pernah menyentuhku tanpa kehormatan, selain kamu.” jawabnya kepadaku. Lalu seorang wanita datang kepadanya dengan mengenakan pakaian formal pemakaman, mereka berbicara menggunakan sebuah bahasa yang asing di telingaku dan aku sangat yakin, kalau itu bahasa Gresogn. Tak lama kemudian, wanita itu pergi keluar dari tempat duka bersama wanita tua tadi. Tak ada yang penting di dalam sini selain melihat mayat yang terbaring didepan mereka semua, aku membaca tanggal kematian dan namanya.

“ Ini adalah aula duka” ucapku lirih, yang perlahan keluar dari bangunan itu. Setelah diluar, aku memperhatikan bangunan itu, yang arsitekturnya sangat mirip dengan bangunan tua yang aku kunjungi bersama Juna. Aku telat menyadarinya, bahwa  bangunan itu adalah bangunan yang sama.

“ Ini janggal” ucapku.

Aku berlari kembali kedalam,. Namun, pandangan menjadi gelap kembali dan suara-suara aneh menggema ditelingaku, suara itu  membuatku tersentak kaget dan terbangun dari mimpiku. Aku terduduk diujung tempat tidur dengan menghela nafas sembari mengatur pola pernafasanku.

“ Kenapa kalian sudah dirumahku.” ucapku terkejut melihat Hans, Rinsky, dan Kyo yang telah berada didalam kamarku. Hans menunjukkan jam tangannya kepadaku, disana terlihat pukul delapan tepat, dan seharusnya kami telah berangkat ke kota Brimhall, Namun, aku bangun terlalu kesiangan.

“ Ibumu, memberikan kami izin ” ucap Rinski. Setelah itu aku bersiap-siap dan menyuruh mereka menungguku diruang tamu.

Aku selesai bersiap dan sangat terlihat rapi, aku menuju keruang tamu untuk menemui mereka. Aku terkejut, aku melihat Erina sedang dirumahku dan asyik berbincang dengan Lidya yang tengah menunggu acara televisi di pagi hari.

“ Kau! Erina. Kenapa kau bisa ada disini?” tanyaku kaget. “ Aku dengar dari Rinski, kalau kalian mau jalan-jalan. Jadi, aku memutuskan ikut dengan mereka.” jawabnya polos. Wajahku berubah sedikit kesal. Setelah berpamitan dengan ibu lalu kami mulai berangkat menggunakan mobil Kyo.

“ Dah, Lidya.” ucap Erina berpamitan dengan Lidya yang mengantarkan kami keluar dari dalam rumah. “ Kyo, turunkan aku  di Tarling, nanti aku akan menyusul kalian ke perpustakaan di Brimhall.” Ucapku pada Kyo yang menyetir mobil tersebut. “ Baiklah, seperti rencana awal kan.” Ucap Kyo dengan senyuman. Erina duduk didepan disamping supir, karena dia satu-satunya wanita. Sedangkan, aku duduk bersama Hans dan Rinsky. Dua jam lebih sedikit didalam mobil Kyo, akhirnya aku sampai didepan sebuah Rumah tingkat dua yang bangunannya terbuat dari kayu yang sangat kokoh. Setelah memastikan bahwa itu adalah rumah Paman Jhonny. aku pun turun dari dalam mobil dan berjalan perlahan mendekati rumah Paman Jhonny.

“ Sampai jumpa diperpustakaan” ucap mereka lalu dengan cepat menghilang dari pemandanganku. Aku baru sadar bahwa aku lupa memberitahu mereka buku yang ingin aku cari, lantas, aku mengirim pesan kepada Rinski, agar mereka mencari buku Gresognian atau Gresmonian.

“ Oke, aku akan memberitahu mereka.” Balas Rinski.

Tarling lebih ramai dari Lostcity dan lebih padat daripada Brimhall, Ukuran Tarling adalah dua kalinya Brimhall, namun tidak menjadikan Tarling tertinggal dari kota lainnya. Terbukti bahwa Tarling merupakan kota yang banyak tempat pariwisatanya, termasuk keindahan danau Flanbert dan keunikan arsitektur rumah di  Tarling.

‘Knock, knock’ suara ketukan pintu.

Dari dalam terdengar suara seorang pria menyuruhku masuk, suara itu tidak lain adalah suara dari Paman Jhonny. Tanpa menunggu lama, aku membuka pintu dan berjalan perlahan-lahan sembari menatap dalam, keadaan interior rumahnya yang sangat menakjubkan.

“ Duduklah Kenshin, aku telah menunggumu. Biar aku tebak, kau pasti penasaran dengan Gresognian.” Ucapnya yang datang menghadapku dengan membawa dua buah gelas kosong. Lalu kami berdua pun duduk di ruang tamu rumah Paman Jhonny. “ Liliana, bawakan aku anggur” ucap Paman Jhonny pada seseorang. “ Oh maaf Paman, aku tidak terbiasa dengan anggur.” bantahku kepada Paman Jhonny. “ Liliana, kalau begitu bawakan satu botol anggur dan seceret Jus buah anggur.” Pinta Paman Jhonny kembali dengan nada kuat,

“ Mungkin itu sedikit berbeda. (Tersenyum mendengar jus anggur.) Ya, aku berencana untuk ke Brimhall hari ini.” Menjawab tebakkan Paman Jhonny.

Tak lama kemudian, seorang wanita berambut hitam yang sangat terlihat utuh hitamnya dengan panjang sebahu, bermata coklat datang membawa seceret minuman yang kuduga itu jus anggur dan sebotol wine.

“ Ini dia permintaanmu ayah” ucapnya kepada Paman Jhonny. Aku memperkirakan wanita itu seumuranku. “ Kau mau ke Brimhall mencari Gresognian. Huft (Menghela nafasnya) jangan membuat lelucon.” ucapnya sambil beranjak pergi menjauhi ruang tamu.

Aku menahannya. “ Tunggu” pintaku, menunggu penjelasan.

Aku tahu bahwa Gresognian adalah buku yang tidak boleh dibocorkan informasinya dan hanya orang tertentu saja yang bisa membacanya. Namun, aku tak tahu, kalau buku itu bahkan tak boleh untuk dicari. Aku semakin penasaran, akan tetapi aku tidak boleh membocorkan identitas tentang Juna yang telah memberitahuku informasi meskipun tak banyak.

“ Aku Seorang Landers” ucapku penuh keyakinan dan ketegasan.

Raut wajah Paman Jhonny berubah, begitu pula raut wajah anaknya. Mereka terdiam sejenak dengan pandangan bingung sedikit tidak yakin,

“ Baiklah, aku akan menemanimu kesana.” ucap  Paman Jhonny, “ Seyakin itukah kalau kau Landers, apa yang telah kau ketahui sejauh ini?” tanya Liliana kepadaku. Aku mengeluarkan kartu kependudukanku dan menunjukkan kepada mereka identitasku, meski awalnya aku ragu untuk menmberitahukan identitas asliku, teringat Juna sudah menyuruhku untuk berhati-hati. “ Banyak bermarga Landers, tapi tidak mungkin dia mencari buku itu, kecuali dia adalah Gresmonian” gumam Liliana berjalan mendekati sembari menatap mata ayahnya, “ Benar, meskipun aku memberitahunya tentang Gresognian, tapi dia sangat memahami makna keturunan Landers, dari kelantangannya” pungkas Paman Jhonny kepada anaknya. Paman Jhonny bangkit dan memerintahku untuk menunggunya mengganti pakaian, anaknya yang bernama Liliana memaksa ayahnya untuk mengajaknya juga ke perpustakaan Brimhall.

Setelah mereka bersiap-siap, kami mulai kebagasi mobil  , disana terlihat dua buah mobil, salah satunya adalah Ford Mustang Boss 429, mobil itu terlihat sangat terawat, Boss 429  adalah jenis Mustang terkuat pada era 70-an, sangat keren kurasa memiliki mobil otentik seperti itu, dan yang disebelahnya adalah mobil sedan Chevrolet Cruze J300 yang sangat terkenal di lini masa saat ini.

“ Keren, aku tidak menyadari bahwa Paman Jhonny menyimpan mobil ini dirumahnya, Kemarin dia datang kerumah menggunkan Ford Ranger Double Cabin XLT kerumah dan itu cukup keren, tapi sekarang jauh lebih keren.” ungkapku dalam hati memuji Paman Jhonny.

Saat ini kami sedang melaju menuju Brimhall bersama Paman Jhonny dan Liliana, kami menggunakan Chevrolet Cruze milik Paman Jhonny,

“ Apa yang telah kau mimpikan, pesan apa yang kau terima?” ucap Liliana seperti sudah lama mengenalku. “ Aku melihat seorang wanita yang pucat dan berbau amis.” Aku menjawab pertanyaan Liliana dengan santai.  “ Tidak salah lagi itu adalah Grasumian” ucap Paman Jhonny dengan suara beratnya, sembari memfokuskan penglihatannya ke arah jalan. “ Kenshin, apapun yang terjadi. Jangan beritahu Carmilla.” pinta Paman Jhonny. “ Aku telah merahasiakan semuanya sejak umur 11 tahun” jawabku meyakinkannya.

Sedan ini melaju dengan sangat cepat, dan kami telah sampai diparkiran Brimhall Library. Sebelum keluar Paman Jhonny mengunci seluruh pintu mobil dan menyusun beberapa rencana,

“ Kita akan mengambil buku itu dan kabur, Jangan berkata apapun tentang Gresognian. Jangan hiraukan orang-orang yang menghentakkan kakinya saat berjalan, tidak ada pertanyaan dan usahakan tetap tenang.” ucap Paman Jhonny memberitahukan.

Paman Jhonny membuka kembali seluruh kunci, dan kami turun dari mobil. Dia mengambil dua buah pistol dan peredam, lalu menyelipkannya di jas yang dia kenakan, aku heran melihat sikap Paman Jhonny, begitupula anaknya yang ikut mengambil pistol. Aku hanya terdiam melihat tingkah mereka, hingga mereka selesai bersiap-siap.

“ Kenshin. Kami akan melindungimu, jika penjaga perpustakaan tahu bahwa ada yang mencari, bahkan mendekati Gresognian. Maka bersiaplah untuk mati.” Ucap Paman Jhonny memberitahu. “ Maksudnya?. Satu perpustakaan ini akan membunuh siapapun yang ingin tahu tentang buku Gresognian.” ucapku kaget mendengar pernyataan Paman Jhonny. “  Keluarga Terrence, sangat menjaga buku itu dan berhati dingin, mereka di bantu oleh keluarga Beruang Merah. Tak peduli siapapun dia. Sedikit saja informasi tentang Gresognian tersebar maka pasti mereka mencari yang menyebarkannya dan membunuhnya, bahkan yang menanyakannya juga akan dibunuh” beritahu Paman Jhonny sekali lagi.

Saat itu, pikiranku kacau mendengar informasi dari Paman Jhonny, karena aku telah meminta tolong pada Rinski dan yang lainnya untuk mencari buku itu, yang pastinya mereka akan mati, jika yang diberitahu Paman Jhonny adalah kebenaran.

“ Celaka. Temanku mencari buku itu atas arahanku” jeritku panik. Mendengar ucapanku maka Paman Jhonny dan Liliana terkejut. Kami berlari menuju ke arah pintu masuk perpustakaan. Namun, sesaat didepan pintu masuk, aku melihat mereka yang baru datang dari seberang jalan, sembari berbincang-bincang.

“ Paman, Liliana. Berhenti!, itu teman-temanku” ucapku menghentikan lari mereka sembari menunjuk ke arah teman-temanku. “Mereka temanku, untunglah mereka belum masuk” jawab Liliana.

“ Kenshin!. Cepat sekali kau sampai. Maaf  ya, tadi Erina minta dibelikan eskrim. Jadi kami keswalayan mencarinya dan sebenarnya sekarang, dia juga memaksa kami untuk menunggumu datang. Tapi, sekarang kau telah datang jadi, tidak ada yang perlu ditunggu lagi” ucap Rinski. “ Kalian!.”  Sahut salah seorang yang keluar dari perpustakaan yang ternyata dia adalah Hiroshi Hamada. Panggilan itu membuat pandangan kami tertuju padanya dan kami hanya membalas panggilannya dengan senyuman.

“ Kita batalkan saja keperpustakaannya. Bagaimana kalau kita ketaman Brimhall, katanya hari ini ada festival, kalian pergi dulu, nanti aku menyusul.”  ucapku panik. Suasananya menjadi kacau, aku bingung harus menjelaskannya. Keheningan terjadi, Erina tampak berkata lirih kepada mereka. Rinski mempertanyakan usulanku, “ Kenapa tidak jadi? Apa kau telah menemukan buku…” , belum sempat melanjutkan ucapannya, Erina menarik Rinski, sehingga Rinski tersentak dan mrnghentikan ucapannya, “Ada apa Erina?” tanya Rinsky kepada Erina. “ Sepertinya bukuku tertinggal di swalayan tadi.” Jawab Erina, “ Aku akan mengambilnya untukmu” sambung Hans mengajukan dirinya.

“ Apa yang terjadi disini?” tanya Hiroshi Hamada dengan senyumnya. “ Tidak ada apa-apa, kami hanya ingin mencari buku…” ucap Rinsky, namun tanpa sadar Liliana menampar pipi Rinsky sehingga Rinsky tidak melanjutkan ucapannya. “ Aduh, maaf. Tadi ada kelabang di pipimu” ucap Liliana. Rinsky merintih kesakitan akibat tamparan Liliana, suasana hening dan menegangkan, tiba-tiba pecah oleh tawa.

“ Aw, kenapa kau berbohong sebodoh itu. Sejak kapan kelabang merayap dipipiku. ” pekik Rinsky sembari memegang pipinya dengan nada kesal, “ haha, Lihat, hidungmu berdarah” ucap Kyo, menunjuk ke arah hidung Rinsky, Rinsky mengusap hidungnya dan dia berteriak kuat kepada Liliana, ketika dia benar-benar tahu bahwa hidungnya berdarah, “ Hey gila, apa kau monster, pukulanmu ini menakutkan”, “ Tenanglah bodoh, setidaknya kau tidak pingsan.” balas Liliana, “ Ehm”  Paman Jhonny menderum. “ Maaf ayah.” Ucap Liliana kemudian mendekati ayahnya. Kyo, Hans, dan Rinsky terkejut, mengetahui bahwa pria besar itu adalah ayah dari wanita yang menampar Rinsky.

“ Maaf Paman, Temanku tidak bermaksud mencela anak paman.” Ucap Hans meminta maaf kepada Paman Jhonny. Hans sedikit gemetar melihat perawakan Paman Jhonny yang besar dan berisi dengan tinggi melebihi mereka, Hans seakan-akan merasakan hawa menakutkan dari wajah sangar Paman Jhonny, semula yang mereka tertawa, kini kembali menjadi tenang. “ haha, tenanglah. Paman yang akan meminta maaf, karena dia telah menampar teman kalian” ucap Paman Jhonny yang tertawa kecil memecah ketegangan.

“ Kyo, sepertinya Rinsky memar, kita akan mengobatinya.” ucap Hans yang mulai merangkul Rinsky. “ Obati Rinsky, setelah itu pergilah ketaman, biar kami yang ke dalam bersama Kenshin. Tidak lama kok, Secepatnya kami akan menyusul.” Kata Erina membujuk mereka. “ Baiklah” jawab Kyo, Rinsky terlihat kesakitan dan terus-menerus merintih kesakitan memegang pipinya dengan wajah kesal. Hans dan Kyo membawa Rinsky pergi mencari klinik, satu masalah telah terbereskan.

“ Hati-hati ya, tunggu sampai kami menjemput kalian” jerit Liliana mencoba menghibur. “ Diamlah!” teriak Rinsky, membelakangi kami.

“ Apa kau tidak berlebihan Liliana?” tanya Erina, hal itu membuatku terkejut. “ Tunggu, kau kenal Liliana, Erina?” tanyaku pada Erina. Erina hanya diam dan tak menjawabku, terlihat wajah kesal yang tertuju kepadaku.

Setelah mereka cukup jauh, kini Hiroshi Hamada menyuruh kami memasuki Perpustakaan Brimhall, dia memandu kami perlahan-lahan. “ Oh lihat, nyonya Erina yang agung. “ ucap  Liliana kepada Erina dengan nada mengejek. Aku semakin tidak tahu situasi apa itu. Erina dan Liliana seperti saling mengenal, aku sangat bingung melihat apa yang telah terjadi, dan lagi, aku tidak bisa membayangkan bahwa wanita bisa memukul seseorang dengan luka separah itu.

“ Apa yang dilakukan seorang Erina Grasumian disini.” ucap Paman Jhonny yang membuatku yakin bahwa Erina adalah wanita dalam mimpiku dan dia bukan manusia biasa. “ Erina. Kau Grasumian?” ucapku lirih, sembari berjalan menaiki tangga menuju perpustakaan. “ Wajar saja Rosalina menyuruhmu untuk mengantarku berkeliling di kampus, ternyata kamu seorang Gresmorian. Kenapa kau sebodoh itu? apa kau ingin membunuh mereka.” ucap Erina kesal padaku. Aku mulai tahu alur ini akan dibawa kemana, setelah Erina tahu, bahwa mereka mencari Gresognian, maka Erina mencoba mengulur waktu ketibaanku, agar Rinsky dan yang lainnya tidak sembarangan mencari buku itu.  “ Maafkan aku. Aku sangat penasaran dengan hal itu, tapi aku bukan Gresmonian seperti yang kau bilang.” ucapku meminta maaf kepada Erina, dia sepertinya tahu tentang masalah  buku Gresognian.

“ Tak apa Kenshin, mungkin kau terpukul dengan pernyataan dua orang dari Marsum ini.” ucap Erina yang kuyakin kata-katanya untuk Paman Jhonny dan Liliana. Kami memasuki Perpustakaan, betapa luas dan indahnya lobby perpustakaan itu, hingga aku tak mampu mengatakan apapun ketika melihatnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status