Share

BAB IX

‘cyit, cyit, Draaak’ suara pintu perpustakaan yang besar perlahan tertutup.

“ Kami hanya mampir, Hamada. Kenapa kau terlalu overprotektif seperti itu?” ucap Erina yang membuatku bingung kembali, dengan situasi itu. “ Tak mungkin Seorang Grasumian datang kemari hanya untuk mampir, kecuali ada sesuatu yang sedang dicari.”  ucap Hamada.  “ Sopankah begitu di depan tamu baru kita” Erina berkata menunjuk kearahku. “ Aku bisa memberi dia keringanan dengan keluar dari sini. Tapi, bagaimana dengan dua orang Marsum kerabat Grasumian” ucap Hamada menunjuk Paman Jhonny dan Liliana.

“ Kenshin, bacalah buku yang kau suka, dan temani dia Liliana. biar aku dengan Nyonya Erina yang berbincang dengan Hamada. “ Baik, Ayah.” ucap Liliana kepada ayahnya. Kemudian aku dan Liliana menjauh dari mereka, kami naik kelantai dua dan mulai mencari buku Gresognian, kami mencarinya dengan terburu-buru.

‘Braaak’ terdengar suara gemuruh yang menggetarkan ruangan dari lantai satu, suara itu mengalihkan fokusku.

“ Apa itu?” tanyaku pada Liliana. “ Bukan apa-apa” ucap Liliana dan menyuruhku untuk terus mencari buku Gresognian.

Disisi lain Erina dan Paman Jhonny berserta Hiroshi Hamada terlibat perseteruan.

“ Hamada, bagaimana bisa vegetarian seperti kalian melukai Theeran.”, tanya Erina dengan wajah yang sangat penuh amarah. Paman Jhonny bangkit dari reruntuhan patung yang baru saja dia tubruk sesaat Hamada menghantamnya, “ Apa maksudmu Erina. Apa yang terjadi pada Theeran?”, tanya Paman Jhonny, dia mencoba meregangkan badannya. “ Kau terlalu Jauh dari Gresmonian, sampai-sampai mereka tidak mengabarimu.” jawab Erina sinis,

“ Hahaha, kau berkata aku vegetarian, kau menginginkan wujudku hah! Kenapa kau mencurigai keluargaku, meskipun kami Hamada tapi tidak sepenuhnya kami akur dengan Terrence.” jerit Hamada, Tubuh Hamada mulai membekak, pertumbuhan badannya sangat cepat, pakaian yang dia kenakan perlahan-lahan mulai terkoyak-koyak, bulu hitam mulai lebat disekeliling tubuhnya, kini ukuran Hamada melebihi dua meter, kakinya membengkak dan memendek, matanya berubah menjadi hitam kecoklatan.

‘Gruaaaaaaaaaaar’ suara beruang yang menggema di seluruh ruangan. Hamada telah berubah menjadi beruang utuh, dengan bulu hitam, dia terlihat seperti beruang madu. Dia berlari dengan cepat menuju Erina, Paman Jhonny mengeluarkan kedua pistolnya dan melemparkan keduanya kepada Erina, Paman Jhonny yang tanpa senjata Berlari menuju kearah beruang itu dan menahan serangannya. Kini, Paman Jhonny dan beruang Hamada saling adu kekuatan.

‘Daaar, daaaar, daar’ suara tembakan. Erina berlari dan berulang kali menembak beruang Hamada.

“ Suara beruang, dari mana suara itu. Semua bergetar” ucapku yang mendengar gema suara beruang, “ Tenanglah, fokus cari buku” ucap Liliana menenangkanku. “ Dimana sih buku Gresognian” ungkapku kesal yang belum mendapatkan buku itu di baris buku-buku sejarah. Mendengar ucapanku, Liliana hanya terdiam menatapku lalu menggelengkan kepalanya.

“ Kau lupa pesan ayah, jangan pernah mengucap itu, disini ” bisik Liliana perlahan. Aku terlambat menyadari itu, aku baru ingat bahwa Paman Jhonny memperingatkanku bahwa kami tidak boleh sembarangan mengucapkan ‘Gresognian’.

‘Uhuk, uhuk’ terdengar suara batuk kecil dari balik rak buku kami, kemudian terdengar suara tembakan dari lantai satu, aku menebak pasti itu suara tembakan dari pistol Paman Jhonny. Tidak lama setelah suara batuk itu, rak buku dihadapan kami jatuh kearah kami. Liliana menarikku sembari berlari dan mengeluarkan pistolnya, tangan kirinya menggenggam tanganku dan tangan kanannya menggenggam pistol. ketika berada di ujung rak, tiba-tiba muncul seseorang dan menunjang perut Liliana, sehingga Liliana terhempas dan menghantam pagar rak kemudian pembatas lantai dan terjatuh di  lantai satu, aku berlari dan mengambil pistol Liliana yang terjatuh. Perpustakaan itu memiliki lima lantai, dan dengan tengah yang terbuka hingga lantai satu. Aku terpelanga melihat Liliana terhempas tadi. Aku berlari menjauhi orang yang kuat tersebut dan menghindari serangannya.

‘Daar, dar, dar’ aku menarik pelatuk pistolku dan peluru melesat mengenai pria kuat sebelumnya. Aneh, dia masih mampu berdiri dan mengejarku, aku berlari menuju lantai satu. Aku masih kepikiran tentang Liliana, sangat tidak masuk akal, tendangan itu bisa menghempaskan orang dengan sangat jauh.

Lobby yang luas dan indah kini menjadi berantakan dan menjadi sebuah arena pertarungan. Aku menelan ludahku sendiri, ketika aku menyaksikan seekor beruang bercakar panjang dan tinggi sekitar lima meter berada didalam perpustakaan itu. Erina menatap ke arahku dan menyuruhku pergi untuk menghindari pertarungan itu, Aku kembali terkejut, saat melihat Liliana yang bangkit kembali, seakan-akan dia tidak pernah terhantam dan jatuh dari lantai tiga. “ Lari lah, rencana kita berantakan.” ucap Liliana padaku. Mendengarnya, aku berlari menuju pintu keluar perpustakaan. Langkahku terhenti kembali, saat ada beruang yang loncat dari lantai dua menghalangi pintu keluar. Getaran dari beruang itu menjatuhkanku. Aku berusaha bangkit kembali dan lari kearah yang lain. Terlihat ada sekitar tiga beruang lagi yang turun ke lantai satu.

“ Kita harus keluar.”  ucap Paman Jhonny pada Erina dan kami. Beberapa kali beruang mencoba menghalangi jalan kami dan mencakar badan Paman Jhonny yang mencoba menahannya. Kami berlari kearah pintu pembuangan sampah. Paman Jhonny meninju beberapa beruang yang menghalangi, sangat luar biasa, Paman Jhonny mampu menumbangkan salah satu beruang tersebut. Pada akhirnya, kami berhasil menuju pintu pembuangan sampah dan kami berhasil Lolos dari pintu itu. Kami pun menuju kearah parkiran mobil Paman Jhonny. Tak menunggu lama, kami memasuki mobil tersebut dan kami melesat kearah taman.  Tempat dimana Hans dan lainnya berada, setelah mereka mengobati Rinsky. 

“ Hans Jumpa dirumah di Tarling, di tempat kalian mengantarku!” jeritku dari dalam mobil yang melaju melintasi taman. Terlihat mereka memahami ucapanku, Paman Jhonny menancap gasnya hingga  tiba di perbatasan Tarling – Brimhall.  Setelah memasuki Brimhall, Paman Jhonny menuruni laju mobilnya.

“ Tidak ada lagi yang perlu disembunyikan kepada Kenshin” ucap Paman Jhonny pada Liliana dan Erina. “ Kenshin, kenapa kau tidak bilang bahwa kita akan mencari Gresognian. Untungnya, Rinsky memberitahuku sebelum kami tiba di dalam Perpustakaan itu.” ucap Erina kesal. “ Tenanglah nyonya” ucap Liliana.

“ Kenapa kalian memanggil Erina nyonya? Apa yang telah terjadi pada kalian semua” ucapku pada mereka dengan nada tegas, bercampur rasa kebingungan.

“ Dia adalah Nyonya Erina Grasumian. Dia seorang bangsawan. Tenanglah Kenshin, kami bahkan Hamada, kami saling mengenal,” ucap Paman Jhonny memberi penjelasan. “ Huft (Erina menghela nafas). Siapa kau sebenarnya Kenshin? bagaimana kau tahu tentang Gresognian atau bagaimana bisa kalian memberitahukan Gresognian kepada rakyat sipil seperti dia. Bagaimanapun juga, dia telah mengetahui banyak hal dan harus disingkirkan.” tanya Erina padaku dan berkata sangat kesal. “ Tenanglah Erina, dia harus tahu tentang Gresognian” jelas Liliana,

“ Aku Kenshin Landers” ucapku lantang menengahi mereka. “ Benarkah!” timpalnya lalu tertawa terpingkal-pingkal. “ Seorang Landers, sebodoh ini.” Sambungnya kembali. “ Dia hanya baru pertama kali menyadari ini semua” ucap Paman Jhonny memihakku.

“ Boleh aku bertanya, dari mana datangnya beruang-beruang itu?” Tanyaku  kepada mereka, aku heran melihat Erina yang seperti memiliki dua kepribadian, saat ini Erina terlihat sedikit angkuh, angkuh dan ambisius.

“ Beruang itu adalah orang-orang dari Hamada.” Jawab Erina santai menjelaskan dengan menyilangkan kedua tangannya sembari menatap keluar jendela mobil,

“ Kita sampai.” ucap Paman Jhonny yang telah menyetir sampai kerumahnya, dia memarkirkan mobil dihalaman rumahnya. Kami turun dari mobil, Liliana berjalan menuju pintu rumah, dia memasukan kunci kedalam lubang pintu , lalu membuka pintu rumah, Erina tampak santai dan masuk kedalam rumah Paman Jhonny, aku menyusulnya dari belakang kemudian Liliana menyusulku masuk kedalam rumah. Aku duduk di ruang tamu mereka, Aku melihat pakaian Erina, dibagian bahunya ada robekan lebar, tak lama kemudian Paman Jhonny masuk kedalam rumah, Erina bangkit dari duduknya dan menyusul Liliana kekamarnya. Paman Jhonny mengatakan bahwa, kini dirinya tidak akan aman dan memerintahkan diriku untuk menyampaikan pesan kepada ibu, bahwa dia tidak akan berkunjung kerumah mungkin dalam waktu yang lama sampai urusan dengan Hamada selesai, dikarenakan Hamada akan mencoba menyerang orang-orang yang berhubungan dengan orang yang dicarinya, dia juga menyuruh ku untuk menjauhi rumah dan tinggal dirumahnya sementara waktu, demi keamanan Lidya dan ibuku.

“ Kenshin, Hamada pasti mencarimu, jadi berhati-hatilah, dia akan mencarimu terus menerus, jika identitasmu terbuka. Begitu juga Terrence” beritahu Paman Jhonny kepadaku.

Erina keluar dari kamar Liliana dan telah mengganti pakaiannya, dia duduk di salah satu sofa di ruang tamu. Erina mengatakan, bahwa dia akan kembali  ke Transylvania untuk memberitahu kemunculan Landers, yang telah menghilang dari pandangan mereka beberapa tahun belakangan ini.

Tak lama setelah Erina mengganti pakaiannya. Rinski, Kyo dan Hans telah sampai didepan rumah Paman Jhonny.

“ Masuklah, teman-temannya Kenshin” sapa Paman Jhonny menyuruh mereka masuk.

Liliana  menyuguhkan minuman kepada mereka termasuk kepadaku. Untungnya mereka tidak terlalu menanyakan apa yang terjadi sebelumnya. Liliana dan Erina duduk berhadapan dengan kami sedangkan Paman Jhonny berdiri menyender dengan dinding kayu. Masih tampak wajah kesal Rinsky terhadap Liliana.

“ Hey. Maafkan aku, sudah tidak ada lagi alasanmu untuk marah kepadaku” ucap Liliana meminta maaf dengan angkuh. “ Diamlah, monster seperti apa dirimu, aku tak bisa membayangkan wujud orang tuamu, jika anaknya saja seberbahaya ini.” Balas Rinsky yang tampak masih tidak ikhlas ditampar oleh Liliana, dia lupa bahwa Paman Jhonny adalah ayahnya Liliana.

“ Ehm, kau mencoba mencelaku!” ucap Paman Jhonny dengan lantang. Hans, Kyo, dan Rinsky tersadar, mereka tiba-tiba terdiam mendengar ungkapan dari Paman Jhonny.

“ Maaf Paman, dia hanya tidak sengaja” ucap Hans, “ Maaf paman, aku juga memaafkanmu wanita” sambung Rinsky.

“ Liliana Marsum, panggil aku Liliana” balas Liliana memberitahukan namanya.

Erina memakai baju lengan panjang milik Liliana, keanggunannya sangat membuktikan, kalau dia benar-benar seorang bangsawan, dia melirikku dan aku paham makna lirikannya. Dia menginginkan agar aku merahasiakan apa yang telah terjadi kepada kami sebelumnya, kepada mereka. Tentu, aku akan merahasiakannya, bahkan jika dia tidak memintaku. Mereka menikmati minuman yang disuguhkan Liliana. Setelah beberapa menit, Erina mengajak mereka untuk kembali ke Lostcity.

“ Tunggu, apa Kenshin tidak ikut dengan kita” ucap Hans menatap kepada Erina. “ Tenanglah Hans, aku akan menginap disini sampai liburan selesai. Aku juga telah meminta izin pada Ibuku” jawabku santai memberi penjelasan, mereka tak tahu bagaimana situasinya saat itu. Hans, Kyo dan Rinsky bangkit dari sofa. Bahkan Rinsky terlihat menikmati minumannya. Paman Jhonny terlihat merogoh kantungnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang.

“ Hey, kau bernama Rinsky” panggil Paman Jhonny kepada Rinsky. Rinsky semula berjalan melewati pintu, kini dia mendekati Paman Jhonny, “ Ya, ada apa Paman” ucapnya, Paman Jhonny mengambil tangan Rinsky dan meletakkan beberapa lembar uang ditangannya, aku melihatnya dan kurasa itu uang yang sangat banyak. “ Ambillah, maafkan anakku sebelumnya.” Ucap Paman Jhonny, kemudian duduk disalah satu sofa. “ Ini terlalu banyak,” ucap Rinsky dan dia berusaha menolaknya. Namun, mendengar kalimat Paman Jhonny kedua kalinya, membuat dirinya merasa sedikit takut. Mereka beranjak keluar rumah Paman Jhonny. Aku mengantar mereka keluar, satu per satu mereka menaiki mobil Kyo, begitupula Erina.

“ Hati-hati ya!” jerit Liliana, mobilnya mulai bergerak menjauhi rumah Paman Jhonny.

Aku masuk kembali dan duduk di sofa ruang tamu, menikmati jus anggur yang disuguhkan Liliana. Tapi, ini terasa berbeda dari jus anggur yang sebelumnya aku nikmati. Kepalaku sedikit pusing, meski begitu aku tetap menikmati jusnya. Paman Jhonny bangkit dan menuju kedapur, lalu dia kembali dengan membawakanku sebuah makanan yang berbentuk kue.

“ Kuenya baru matang dan mereka sudah pergi. Kenshin, kau berbohong ya” ucap Paman Jhonny yang memegang sepiring kue itu, lalu duduk dihadapanku.

Aku tak memperdulikan apa yang diucapkan Paman Jhonny, melihatku begitu Paman Jhonny menarik gelas dari tanganku dan meletakkan gelasnya diatas meja,

“ Kau benar-benar tak tahu kalau yang kau minum itu wine” ucap Paman Jhonny. Aku kaget mendengar ucapannya. “ Kau menyediakan wine kepada temanku. Bagaimana kalau mereka mabuk dan mengalami kecelakaan” teriakku kepada Paman Jhonny, saat itu aku tidak memikirkan diriku yang mabuk dan hanya mengkhawatirkan teman-temanku yang disuguhkan wine.

“ Tenang lah, mereka sudah terbiasa meminum wine, jadi mereka tak semudah itu mabuk” jawab Paman Jhonny menenangkanku. Paman Jhonny menyuruhku untuk berbenah dan dia mengantarkanku kesebuah kamar kosong yang akan kutempati untuk sementara. Dia berkata bahwa, dulunya kamar itu sering dipakai anak sulungnya namun, sebuah insiden terjadi saat anak sulungnya mencoba mengambil buku Gresognian. “dia adalah anak yang cerdas dan ingin mengikuti jejak Immanuel.” Ucap Paman Jhonny dengan wajah sedikit sedih. “ Maafkan aku Paman” ucapku lirih.

“ Kenapa kau harus meminta maaf.” Tanya Paman Jhonny penuh heran, “ Ya, karena Landers dia seperti itu.” Tegasku kepada Paman Jhonny.

“ Jangan menanggung beban sendirian, kau takkan sanggup. Tidak ada alasan kau meminta maaf, meski kau seorang Landers” ucapnya, Dia meninggalkanku sendiri dan kembali kekamarnya. Tak kusangka bahwa Paman Jhonny yang baru kukenal memiliki jiwa yang besar.

“ Hey Kenshin. Kau meninggalkan kue ini” ucap Liliana dari belakang, dia membawakan sepiring kue yang tertinggal diatas meja tadi. Aku mengambil piring itu dari tangan Liliana, tanpa kusadari aku menyentuh tangannya.

“ Tangan seperti apa ini? Ini terlalu keras untuk seukuran wanita” ucapku dalam hati yang tak sengaja menyentuh tangannya.

“ Terima kasih Lilian, kau bisa kembali kedalam kamarmu. Apa nama kue ini?” ucapku padanya. “ Madoru” jawab Liliana acuh tak acuh dan berjalan mengarah kekamarnya.

Kepalaku sedikit berat saat itu, jadi aku tak terlalu memperdulikan ucapan Liliana. Aku masuk kedalam kamar yang disediakan Paman Jhonny, aku meletakkan kue itu disebelah kasur yang tersusun rapi diatas lantai. Aku terjatuh dan terkapar diatas kasur. Aku memfokuskan pandanganku kearah jam yang berada diatas pintu kamar itu, jam menunjukkan pukul enam.

“ Nyaman sekali” ucapku lirih.

“ Kenapa kau menatapku” jerit salah seorang wanita kepadaku, lalu menampar wajah. “ Aw,” aku menyentuh pipiku yang ditampar. Tamparan itu sangat menyakitkan apalagi wanita secantik dia yang menamparku. “ Immanuel? Apa aku terlihat bermain-main denganmu.” ucapnya sekali lagi padaku. Aku hanya terdiam bingung, saat dia memanggilku Immanuel, sempat aku melihat kekanan dan kiri mencari tahu, apa ada orang lain selain diriku saat itu. Namun sayangnya, tidak ada siapapun disana melainkan diriku seorang.

“ Kau berbicara padaku?” ucapku pada wanita itu yang sangat kebingungan. “ Tentu kepadamu. Apa kau gila, uji coba mu akan sangat berbahaya. Sayang, tolong hentikan itu, aku juga tidak mau menjadi tikus percobaanmu” ucapnya dengan cepat dan nada marah, dia berkata segala hal saat itu. Aku hanya terdiam terpaku.

“ Tidak sayang, aku mohon. Aku akan memberikanmu apapun yang kau inginkan, jika kau mau menjadi bahan percobaanku. Ini hanya sebentar dan tidak menyakitkan.” Ucapku dengan sendirinya, aku semakin bingung, aku berbicara sendiri tanpa keinginanku, bibirku berucap sedemikian rupa, padahal aku benar-benar tidak ingin berkata seperti itu. Wanita itu tampak diam, air matanya terjatuh, lalu berlari kekamarnya dengan tangisan sembari menjerit,

“ Sudah kuduga kalau kau tidak mencintaiku. Kau hanya memperalatku sebagai tikus laboratorium pribadimu” teriak wanita itu. Langkahku tergerak dengan sendirinya,  begitupula tanganku yang membuka pintu kamar dengan sendirinya .  Tubuhku bergerak sendiri tanpa perintah dari akalku.

“ Sayang kemarilah. Aku mencintaimu, apa kau tidak menginginkanku berhasil? Ini demi masa depan manusia” ucapku kembali tanpa keinginanku, aku mencoba mengendalikan diriku, Namun aku gagal. Aku mulai melangkahkan kakiku perlahan mendekati kasur, wanita itu sedang duduk diatas kasur dan membelakangiku dengan tangisnya. Akalku tidak menurutiku, begitu juga seluruh tubuhku tidak dibawah kendaliku,

“ sial” pikirku. Dengan keras, aku berusaha untuk menghentikan langkahku, namun aku benar-benar tak mampu mengendalikannya, ini seperti aku sedang berada didalam tubuh seseorang dan hanya melihat sesuatu dari sudut pandang orang tersebut. Kedua tanganku mulai menyentuh kedua pundak wanita tersebut kemudian membelai-belai permukaan baju bagian pundaknya.

“ Ayolah sayang, aku janji akan memberikanmu apapun.” Ucapku dari samping telinganya dengan menekan nafasku sehingga dia merasakan hangatnya nafasku. Semua perlakuanku benar-benar diluar kendaliku, ini bukanlah seperti yang aku inginkan.

Aku mulai membaringkan tubuh wanita itu, sekaligus membujuknya untuk meng’iya’kan keinginanku, yang saat itu, bukan atas kehendakku. Aku benar-benar diperlihatkan sesuatu yang sangat tidak masuk akal. Bagaimana tidak, tanganku mulai meraba kebagian dalam bajunya,

“ Ini hangat.” pikirku. Tanganku mulai meraba sesuatu yang tidak berhak untuk aku raba, aku menyentuh bagian vital tubuhnya, bagian padat yang paling kenyal dan empuk, tubuhku memanas tapi kuyakinkan bahwa tubuhku sedang tidak dalam kendaliku, dan ini adalah permainan tubuhku yang bergerak sendiri. Wanita itu masih dalam keadaan tangisnya. Lisanku berbicara membujuknya, wajahku kuhadapkan ke wajah wanita itu, aku menatap dalam kekedua bola matanya, meskipun aku sedang tidak dalam kendali tubuhku, namun aku mampu merasakan sensasi yang tubuh ini lakukan dengan sendirinya. tanganku meraba bagian lain dan mulai mengelus-ngelus bagian dalamnya. Aku memaksa diriku untuk menghentikan kelakuanku saat itu. Betapa hinanya aku, aku masuk kedalam kamar seseorang yang bahkan tidak aku kenal, dan aku menyentuh bagian tubuh sucinya. Tubuhku panas, aku memaksa diriku untuk mencoba mengendalikan tangan dan bagian lainnya. Kami berhadapan, dia membuka tubuhnya dihadapanku. Saat itu aku berada diatasnya, dia meregangkan kedua kaki dan pahanya.

“ Suamiku, kalau kau memaksa. Aku akan menjadi salah satu percobaanmu. Aku akan mencoba mempercayaimu” ucap wanita itu yang mulai mengalungkan tangannya dileherku. Aku tidak tahu apa yang terjadi, aku mulai bisa menggerakkan leherku,

“ Akhhhh.” aku berteriak dan mengahadapkan wajahku keatas. Aku melihat sebuah cermin dan aku terkejut ketika menatap kedalam cermin itu.

Aku tersentak bangun. “ Huft, huft, huft” nafasku terhela. Aku merasakan mimpi yang sangat aneh. Dimimpi itu, aku berada didalam tubuh seorang pria yang sedang menghasut istrinya. Namun masalahnya, aku merasakan sensasi yang terjadi. Sensasi itu membuat tubuhku sangat panas dan bergairah, hingga aku melupakan perbincangan mereka. Aku berdiri dan beranjak dari kamar, lalu menuju ke dapur untuk mengambil segelas air putih dan sedikit menenangkan pikiran dan gairahku yang memuncak.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status