Para Dorrothy itu merubah wujudnya, tubuh mereka kembali membengkak dan mengoyakkan baju-baju yang mereka gunakan, bulu-bulu mulai bertumbuhan di sekujur tubuhnya. Mata mereka menjadi hitam, lalu mereka terkuyuh jatuh, tak lama kemudian mereka bangkit dan menjadi Coyote berbulu emas secara bersamaan. Ukuran mereka sangat luar biasa, Dorrothy yang mereka lihat sangat asing bagi mereka, ada sekitar dua belas ekor Coyote dihadapan mereka. Coyote-coyote itu meraung dan melolong dengan seringaian yang ingin membunuh. Lolongan coyote - coyote tersebut menerbangkan burung-burung yang hendak beristirahat di sore hari.
Kulit putih miliki Gulliver dan Wilhem menjadi sedikit memerah, “ Aku bisa bangkit, mereka tidak bisa melawan anjing hutan itu sendiri, aku akan membantu, Lumia panggilah bantuan dari Lhome” ucap Randa berusaha berdiri.
Aku mencoba menghitung ulang, dan ternyata total coyote itu bertambah menjadi lima belas.
“ Jhonny, sudah lama kit
Awal malam telah tiba, orang-orang yang hadir disana mulai mempertanyakan apa yang telah terjadi termasuk Laire. Sikap Laire sangat dingin, bahkan dia tidak terlihat khawatir dengan anaknya, Wilhem. Gulliver tidak meladeni ucapan Laire, dia membawa Wilhem ke lantai atas, “ Kau bisa bertanya pada tersangka yang dibawa Chokky” ucap Paman Jhonny kepada Laire, Seorang yang dibawa oleh Chokky terlihat mulai sadar, dia berusaha menutupi bagian vitalnya dengan melipatkan diri. Mungkin dia sedikit malu karena dirinya telanjang. Laire memerintahkan Rytme untuk mengambil sebuah kain dan memberikannya kepada tersangka yang hendak diadili didepan hall, “ Siapa dia?” tanya Laire mencari tahu sekali lagi kepada orang-orang yang baru saja kembali dari hutan. “ Dia adalah salah satu dari Dorrothy.” ucap Paman Jhonny, dia bangkit dari kursinya dan maju kedepan. “ Bajingan ini mencoba membunuh anakku!” tegasnya sekali lagi, menunj
. Sore tadi aku terlalu ceroboh, kukira dengan Tuan Reinhard tidak menyebut margaku, para Dorrothy tidak akan mencoba membunuhku karena tidak mengetahui margaku. Namun, dugaanku salah. Mereka mencoba membunuhku bukan karena tahu kalau aku seorang Landers, aku terlalu percaya diri sebelumnya dengan margaku. Aku sangat yakin sekarang, tujuan mereka adalah menbunuh pencuri Gresognian. Laire diawal malam itu membuat keputusan yang mengejutkan, Emma bercerita kalau dia tidak pernah mendengar Laire membuat keputusan aneh seperti itu. “ Bukan alasan jika aku berkata kita tidak bisa pulang malam ini karena jalan yang gelap, akan tetapi bukannya lebih baik kalian menginap disini malam ini. Sembari menyambut saudara lama kita, Tuan Marsum. Jason dan Rytme beserta Brian akan menjamu hidangan kita malam ini, dan masih ada kamar yang cukup untuk setiap keluarga. Aku tidak memaksa, aku hanya ingin kalian relaksasi sejenak.” Ucap Laire, secara tidak langsung dia me
Rytme kembali membawakan dua botol anggur kepada kami, dia tersenyum lalu meninggalkan kami, dia berdalih kalau dia harus melayani tamu lainnya. Acara ini seperti memang sudah direncanakan, karena sebelumnya tidak ada lampu gantung diluar Lhome Funeral. Aku tidak sadar kalau ada yang mendekati kami dari belakang, “ Boleh aku bergabung?” tanyanya pada kami, Aku meliriknya, aku terkejut saat melihatnya. Dari ujung kaki hingga ujung kepala aku menatap, dia bukan manusia. Dia adalah salah satu dari keluarga Tarmus atau yang aku sebut suku Tarmus, dia seekor kelinci. Perawakan sagat berbeda dengan Tarmus pada umumnya, dia memiliki bulu putih yang bersih tanpa campuran warna lainnya, bola matanya hitam berkilau, tanduknya hanya tumbuh kecil selayaknya bayi kambing, gigi kelincinya sangat lucu menurutku, sepertinya dia rajin untuk menyikat giginya. Apa benar ada tarmus selucu ini! Aku tidak berfikiran aneh, aku hanya ingi
Aku teringat sesuatu, saat awal perjumpaanku dengan Tyrian. Tyrian berkata Lhome akan mengadakan perkumpulan dua hari lagi. Namun, faktanya saat kami berada di Villa Merrow, aku mempertanyakan tentang pesan yang disampaikan Gulliver, dan dia hanya diam, “ Apa mungkin Tyrian menyembunyikan sesuatu?” Pikiranku terlalu berlebihan, kemungkinan dia telah mendapatkan pesan itu, sebelum Reinhard memberitahunya, lagipula saat itu dia tidak menjawabku. Dan dia hanya menghargai ayahnya dengan berpura-pura tidak tahu. “ Sudahlah” Aku terlalu banyak berfikiran yang aneh belakangan ini. Rembulan mulai meninggi, hari semakin larut. Tubuhku terasa sangat lelah dan ingin sekali istirahat, aku menyenderkan tubuhku keatas meja perjamuan, kerap kali kicauan burung malam mengganggu pendengaranku. Liliana mencoba menyadarkanku. Aku rasa alasan tubuhku menjadi sedikit berat dan lelah adalah karena wine yang kuminum, aku tidak tahu bahwa w
“ Ah, baiklah. Aku minta maaf sekali padamu, tapi keadaannya sangat genting. Aku akan mentransfer ke debit kamu, agar mencari rumah terdekat disana.” Sahut Paman Jhonny, dia berbicara melalui ponselnya pada seseorang. Dia mengakhiri ucapannya dan menutup teleponnya, dia kemudian menghampiri kami. Sebenarnya, kami tidak ikut pindah bersama ibu dan Lidya, mereka akan diarahkan ke sebuah rumah di Selenal. Paman Jhonny berkata bahwa ibuku akan dijemput disebuah terminal bus, oleh orang suruhan Paman Jhonny. Ibuku memang masih terlihat kesal, namun ini demi kebaikannya dan Lidya. Mereka bersiap-siap saat itu juga. Setelah semuanya selesai, kami mengantarkan ibu dan Lidya ke sebuah terminal di Lostcity, “ Hati-hatilah Bu. Aku akan mengunjungimu” ucapku pada ibu, aku kemudian memeluknya. Memang sedikit berat bagiku harus membiarkan ibuku pergi jauh. Selenal adalah sebuah kota yang berjarak sekitar lima jam perjalanan dari Lostcity. “ Maafkan aku Carmilla, ta
Manusia bagaikan air, mereka sama-sama bisa berubah sangat drastis saat dihadapkan sebuah wadah. Tidak seperti angin, mereka mampu bergerak bebas kemanapun mereka menginginkannya. Awalnya aku sangat takut jika mimpiku menjadi kenyataan, aku takut saat ada makhluk diluar nalar manusia atau mereka disebut monster, siluman atau semacamnya. Namun akalku terduduk seketika itu juga, saat mengetahui fakta tentang makhluk-makhluk yang dianggap hanya mitologi ataupun dongeng isapan jempol itu muncul dihadapanku. Ya, aku seperti air yang kusebut, perlahan seiringnya waktu meskipun sulit awalnya, aku mulai terbiasa dengan hal itu dan menganggap hal itu hanyalah sesuatu yang biasa. Apa kau tahu kalau aku benar-benar bingung. Tentu tidak, karena aku orang yang menanggung bebanku sendiri. Sedari awal aku juga tidak ingin melibatkan siapapun, aku hanya melihat siapa yang benar-benar peduli disekelilingku, aku hanya menguji mereka. Tapi, aku terlalu na
“ sihlakan masuk, ada perlu apa ya?” sapa sesosok itu. Tampak sekali dari ekspresinya, kalau dia tidak mengenali kami. Aku menduga bahwa yang membuka pintu bukanlah dari keluarga Selesan. Paman Jhonny menarik nafasnya, dia Menolak untuk masuk kedalam rumah dan dia mulai bertanya tentang seseorang yang memiliki rumah itu sebelumnya. Sepertinya, sesosok yang membuka itu menangkap maksud Paman Jhonny. “ Oh, Tuan Sheldon Selesan ya. Mereka pindah lima tahun lalu, sebelum kami menempati rumah ini.” Balasnya memberitahu. Kami meminta kepada pemilik rumah untuk memberitahukan alamat tempat tinggal Sheldon yang sekarang, terlihat dari gerak-geriknya aku merasa bahwa sang pemiliki rumah sudah tidak tahu tentang tempat tinggal Sheldon. Sebagai gantinya dia memberikan kami nomor Sheldon Selesan yang dia dapatkan saat menghubungi Sheldon lima tahun lalu. Setelah kami berterima kasih, kami lekas kembali kedalam mobil. Paman Jhonny mencoba menghubungi Tuan
Seorang pria negro menyambut kami didepan pintu masuk sebuah rumah di sebuah villa elite. Suasana disini sangat hangat dari segala aspek, kemungkinan karena orang-orangnya yang lebih ramah dari Claudia. Kami dipersihlakan masuk dan duduk ditempat yang kami kehendaki, lagi-lagi kami disuguhkan hidangan yang menakjubkan. Sup Lobster dan segala jenis makanan laut. Sangat mewah dan tanpa pikir panjang kami menikmatinya, “ Demender Jhonny” ucap seseorang yang berjalan memasuki ruang makan itu. Mereka seperti sekelompok mafia menurutku. Paman Jhonny berdiri dan menyambutnya. “ Senang bertemu denganmu, Sheldon” balas Paman Jhonny. Aku sangat terkejut melihatnya, aku berfikir kalau Sheldon adalah orang Eropa berkulit putih, tapi yang aku lihat saat ini adalah seorang pria besar berkulit hitam. Terpancar senyum dari kedua bibir Sheldon. “ Aku sudah menduganya, tidak mungkin seorang Jhonny bisa dikalahkan