Hawa pagi mendadak panas. Shila mengibas rambutnya dengan gusar, apalagi terlihat Bi Narti berjaga tidak jauh dari tempatnya Haifa duduk.Dasar pembokat sialan, kok bisa-bisanya datang tepat dia ingin menghajar Haifa. Shila mengepalkan tangannya, mengingat ancaman yang diucapkan Haifa barusan.Rahasia besar dirinya? Rahasia apa? Dia terlalu banyak memiliki sisi kehidupan yang disembunyikan selama ini.Apakah petualangan cintanya dengan banyak pria di luar sana seperti Meri? Atau duit satu milyar yang Mas Andre berikan dan bilang habis karena usaha butik yang dirintisnya hancur?Atau...atau...apa ya? Shila memijit alisnya yang berlukis dengan sempurna."Aku tahu kamu banyak rahasia, Mbak Shil. Tapi rahasia ini, jauh lebih memalukan dari kasus Meri kemarin. Aku yakin, saat suamimu tahu, kau bukan hanya ditalak, tapi juga ak
Wajah Shila memucat. Bibir merahnya bergetar menahan kekagetan yang luar biasa. Perempuan yang malam itu berdandan sempurna dan terlihat sangat jumawa itu, tampak shock dengan fakta yang dibuka Yudha. Kejadian itu sudah lama dan nyaris telah tenggelam dalam memorinya. Shila tidak menduga kalau Video dimana dirinya masuki kamar Yudha dan berusaha mengajaknya berbuat nista bisa muncul di hadapan Andre suaminya. Shila berkali-kali menelan ludah dan berusaha sekuat tenaga bersikap tenang. Ditahannya rasa takut terhadap pria yang kini tengah menatapnya tidak berkedip, dengan wajah menahan murka. ' Yudha, ayolah. Aku tahu kamu juga kesepian malam ini. Aku juga tahu kamu gak ada selera sama istri oon mu itu. Mumpung Haifa tidak ada di rumah, apa salahnya kita bersenang-sena
RndSuasana mendadak hening. Hanya deru suara mobil Shila yang kian mengecil, hingga akhirnya sunyi senyap dan hanya menyisakan suara helaan napas Andre yang terdengar berat dan kecewa."Maafkan aku, Mas." Yudha tampak sangat merasa bersalah."Bukan maksud hatiku membuatmu kecewa dan sedih, apalagi berniat menghancurkan rumah tangga kalian dan membuka aib istrimu. Aku hanya ingin, Mas tahu, siapa Shila sebenarnya di belakangmu." Suara Yudha sedikit tercekat. Sakit sekali melihat kakak yang meski sangat ambisius tapi tetaplah saudaranya, melihatnya terluka tetaplah sakit bagi Yudha."Yudha." Andre bangkit, berjalan menuju jendela. Menatap ke luar, seolah jendela itu masih terbu
Waktu tak terasa berlalu, di saat Haifa tengah meniti hidup yang dipenuhi keindahan karena terbebas dari duo kuntilanak Meri dan Shila, di sudut lain ada wanita yang terluka. Meri ternyata kembali berulah menebar racun dalam kehidupan Athira, wanita lembut sekaligus sepupu Yudha dan sahabat Hai fa. *** "Selamat, Mas. Kau akhirnya bisa bebas dari perempuan bod*h dan jelek itu." Perempuan berbulu mata palsu dengan soflens biru gelap itu terlihat bahagia. Tangannya yang berkuku merah tak sungkan memeluk pria di sisinya. "Kau hebat, Shaka. Akhirnya bisa tegas juga." Kali ini Mama yang bersuara. Senyum lebar menghiasi wajah perempuan setengah baya itu. "Kita rayakan kemenangan ini." Elda menimpali, adik perempuan satu-satunya itu terlihat gembira. "Si tol*l itu akhirnya enyah dari hari-harimu. Keren." Mama kembali tersenyum. Suara-suara Mama, E
"Kampret."Meri melotot ke arah dua perempuan yang sangat dibencinya. Haifa dan Surti. Setelah susah payah menempel kembali bulu mata palsunya dia mendekati Haifa. Bagaimana mungkin duo bekicot ini bisa sampai dan tahu persidangan ini? Meri tak habis pikir."Kalian ya, kek bakteri. Dimana pun gue ada kalian ngikut aja." Meri mencibir, tak dihiraukan mata yang terasa perih."Jelaslah aku usahakan ada, Athira itu sepupu Mas Yudha, yang berarti sepupuku juga sekaligus sepupu Mas Raka mantanmu, Mbak." Haifa menjawab tegas."Yoi." Surti menimpali. Perempuan dengan perut mulai membuncit itu tampak ikut gregetan melihat kelakuan Meri. Belum genap dua tahun, kepergiannya dari kehidupan Haifa, dia kini kembali muncul dengan ulah barunya. Menggoda dan menghancurkan pernikahan Athira, sepupu Yudha dan sahabat Haifa.Dibanding yang lain, Athira jarang muncul di lingk
Hari mulai beranjak siang.Shaka berkali-kali menghela nafas, menatap sisa bayangan Athira yang hilang di pintu gerbang rumahnya yang tinggi. Shaka tidak menemukan lirikan rindu pun tatapan memuja dari sosok perempuan yang selama ini mati-matian berjuang agar pernikahan mereka tidak hancur."Athira, tunggu." Shaka sempat memanggilnya, berharap Athira sejenak menatapnya."Kenapa, Mas?" tanya Athira pendek dan dingin. Langkahnya terhenti sejenak"Kamu... Kamu tidak mengatakan sesuatu tentang perceraian kita, misal.... ""Misal apa?""Misal sisa keinginanmu untuk kembali merenda pernikahan kita. "Syet. Shaka tersenyum pahit, merutuki kebodohan perasaan dan kalimat yang keluar begitu saja. Dia yang mati-matian ingin mentalak Athira, kenapa pula dia yang gamang dengan kepergian perempuan itu. Ah, dasar Bodoh."Mengucapkan se
"Athira?"Shaka tergagap, menyeka pelipisnya yang berkeringat. Pengusiran Athira di luar dugaan, bukankah Athira memintanya agar bertemu dengan Cira dan memeluk Putri kesayangan mereka."Pergilah, Mas.""Tapi aku belum bertemu Cira. aku belum memeluk dan menciumnya. "Athira, menggeleng. Kebimbangan terlintas di bola matanya yang bening tapi perempuan berwajah keibuan itu bergeming.Sakit karena dituduh drama dan lebay membuat Athirah memutuskan kalau Cira tidak usah bertemu dengan pria yang bergelar ayah untuk putrinya."Tidak bertemu mungkin lebih baik, dari pada sebuah pertemuan yang menyakitkan dan menghinakan. Pergilah, Mas, jangan pernah kehadiranku dan Cira, mengganggu rencana besar kalian. "
Adakah, yang lebih menyakitkan daripada meninggalkan seseorang yang jelas begitu merindukanmu? Apa yang lebih menyakitkan daripada meninggalkan putrimu yang dengan mata beningnya berharap engkau masih berada di sisi-nya dan memeluknya le Shaka melengos, berusaha menahan sesuatu yang akan runtuh dari sudut mata dan hatinya. Tak ingin larut dan runtuh, pria itu menyeret langkahnya bergegas pergi, agar tak lagi mendengar suara Cira memanggilnya. Ya Allah, Inikah jalan yang aku pilih? kebahagiaan Inikah yang aku impikan selama ini? meninggalkan Athira dan Cira dalam bongkahan luka dan kesepian, sementara dia bermain-main dengan asmara penuh dusta bersama seorang Meri?