Udara malam yang berhembus dari celah jendela rumah rumah sakit terasa mendadak teras gerah bagi Trio Bengek yang kalah pamor di mataYudha."Mas, jangan sok pikun, ya. Kata kamu istrimu itu perempuan paling membosankan dan kampungan." Erika tersenyum mengejek ke arah Haifa." Masa belum juga sebulan kamu sudah lupa, kalau punya janji sama Sekar, buat segera menikah dan menendang istri udikmu." Meri cekikikan, menyebalkan sekali."Kalau aku pikir-pikir antara Haifa dan Sekar, ibarat siang dan malam. Kalau sekolah mah ibarat PAUD dan perguruan tinggi, ibarat Odading dan pitza. Haifa kagak ada apa-apa dibanding Sekar." Meri melanjutkan. Sangat Rasis, dengan membawa-bawa Odading dan Pitza."Sadarlah, Mas. Masak Periuk nasi gosong ini kembali kamu pertahankan? ""Haha." Mereka tertawa jahat.
Gubrakk.Suara pintu yang ditutup trio bengek serasa meruntuhkan bangunan saking kerasnya. Tak ada sopan santun, padahal ini ruang rawat inap dengan kondisi pasien sebagian besar dalam kondisi yang lemah.Sepertinya mereka keluar dari kamar Haifa dengan perasaan yang campur aduk. Kesal, tak berdaya, marah tapi juga terselip perasaaan bangga karena menuai pujian dari pada anggota grup keluarga besar Brahma."Sudahlah, Shil, Erika kita cabut. Percuma ngadepin mahluk udik itu. Dari pada kita terbawa udik, mending segera pulang.Huh.""Hiii...bener, Mbak. Gak kebayang deh, kalau kita ikutan udik." Erika bergidik, diikuti tawa mengejek Shila. Mereka memang saling melengkapi, kalau satu sontoloyo maka yang lain pun ikut sontoloyo. Kalau satu edan maka yang lainpun ikut-ikutan edan.Tapi kalau ada diantara mereka yang eling, maka yang lain protes. Aneh."Bu, Embak...tolong jangan
23"Wadau."Surti hampir terantuk batu di depannya. Kepalanya mendadak berat dengan tingkat kefokusan yang melorot drastis."Kenapa, Mbak Surti? Perasaan jalannya gak ada batu deh " Rio yang merasa berjalan ditempat yang aman dan lurus sedikit keheranan dan kaget"Mas, aku hilang fokus. Maaf."Surti melirik kembali ke belakang, memastikan Trio Bengek sudah pulang menaiki mobil Meri yang di parkir di halaman rumah sakit tak jauh dari tempat Erika menendang kaleng bekas minuman yang mengenai kepalanya."Kenapa? Karena kuakui sebagai kekasihku?" Rio tersenyum jahil."Woalah, iya juga. Aku tadi hampir pingsan mendengar jadi kekasihmu." Surti menjawab polos."Hehe." Rio tersenyum."Kenapa? Kaget?""Hu'um. Kaget banget." Lagi-lagi Surti menjawab dengan jujur.
Entah bagaimana menggambarkan rasanya jatuh cinta kembali pada seseorang yang sempat pergi dan hilang dalam hidup? Indah dan luar biasa. Itulah yang dirasakan Yudha yang tengah terpaku menatap seraut wajah cantik yang tengah bersimpuh dan memanjat doa dalam heningnya malam.Yudha tidak menduga kalau dalam hidupnya, dia mendapati seseorang yang dengan mata basah menyebut namanya dalam doa. Dia juga tidak menyangka kalau dia bisa menatap seorang perempuan dengan mata indah dan sendu melangitkan harap untuk kesembuhan dan kebahagiaannya.Ya Allah, anugrah apa yang terasa lebih manis saat mendapati pasangan hidup yang mencintai, menyayangi dan menjaganya dengan doa?Maafkan aku yang pernah mencoba mencampakkan dirimu, Cinta.Maafkan aku yang pernah begitu tolol menganggap dirimu tak berarti. Yudha menghembuskan nafas penyesalan yang entah untuk ke berapa kali.
Erika mengkeret. Tak menduga kalau lemparannya malah mengenai Ibu dan melukai kakinya."Maafkan aku, Bu. Aku tidak sengaja." Erika terbata.Ibu tak menjawab, terlihat sangat marah. Membuat gadis manja itu sedikit ketakutan. Apalagi darah dari kaki Ibu mengalir cukup banyak membuat Haifa dan Bi Marni sibuk membalut dan mengobatinya."Erika, aku memang sangat menyayangimu. Tapi aku tidak menduga kalau kau tumbuh menjadi gadis egois, angkuh dan emosional." Ibu terisak."Kau kubesarkan dengan segenap cinta, aku berharap kau memiliki perasaan yang lembut dan penuh empati, tapi apa yang aku dapatkan?" Lanjut Ibu masih menahan murka dan sudah.Bukan luka di kakinya yang terasa nyeri melainkan mendapati anak gadis semata wayangnya yang tumbuh menjadi gadis angkuh dan bar-bar.&
Haifa mengeliat saat merasakan ada hembusan dingin di tubuh indahnya. Sedikit kaget dan malu, Haifa segera menutupi bagian tubuhnya yang sebagian terbuka.Wajah cantiknya seketika merona saat menyadari untuk pertama kali dalam hidupnya dia mendapati tidur dengan hanya berbalut selimut.Tuhan, aku malu...Tangan Haifa dengan cepat berusaha menjangkau lingerie yang berserak. Mencari sosok pria yang semalam memberinya cinta dan rindu yang tiada berbatas.Sedikit terkantuk Haifa menyibak rambut legamnya yang menjuarai indah menutup sebagian kening dan matanya. Dia mencari Yudha suaminya."Mas?"Mata indah Haifa terpaku pada Punggung yang tengah bersimpuh di atas sajadah dan pelan tengah membaca ayat demi ayat dengan khusu.Ya Allah,itu kah suami hamba?laki-laki yang sekian puluh purnama hilang dan pergi dalam hidupku?
Udara terasa lebih panas dari biasanya. Dengan mata basah dan sudut bibir terasa perih, Sekar bangkit. Menegakkan kepalanya.Aku tidak akan pernah jadi pecundang. Tidak akan. Seumur hidup aku adaldh pemenang. Cantik, kaya, terkanal, muda dan seksi, apalagi yang aku tidak punya untuk meruntuhkan kaum pria?Aku punya segalanya, pun orang tua kaya dan terpandang. Aku biasa berpetualang dengan banyak laki-laki, kalau aku bersikeras mendapatkan seorang Yudha, bukan karena aku mencintainya dengan tulus, tapi juga menyangkut harga diriku. Bagaimana aku bisa kalah bersaing dengan perempuan kampungan istri sah Yudha? Memuakkan. Desis hati Sekar penuh bara."Mengapa tidak pergi, Sekar?""Aku tidak akan pergi." Sekar menantang."Ada harga diriku di dalam mencintaimu. Aku tahu, ka
29Sekar berlari ke luar ruangan, dengan dada yang panas karena amukan amarah dan perasaan terhina yang menjadi satu. Gadis seksi itu bergegas melangkahkan kaki menuju ke luar gedung dengan kepala yang terasa berdenyut.Gegara kehadiran perempyan dengan wajah polos tapi brengsek itu semua rencananya gagal total. Ancur.Di luar ruangan Sekar bertemu dengan sekertaris Yudha yang wajahnya selalu tidak bersahabat jika dia datang. Dibalik kaca mata yang dikenakannya Sekar tahu dia selalu menyelidiki apa saja yang diperbuatnya di dalam ruangan. Dasar sekertaris sialan.Sekar mengusap lehernya yang terasa sedikit berdenyut dan perih, gara-gara gadis bergajul itu ikut-ikutan menekan pisaunya tadi. Huh, Surti tidak akan kumaafkan kelakuanmu padaku. Tujuh turunan kucatat kesalahanmu hari ini. Dengus Sekar penuh amarah.