GADIS KECIL DI PELAMINANKU 49
Kedua pria tadi berucap syukur karena telah berhasil membawaku pergi dari sana. Satu pria duduk di sebelahku, dan satu pria lagi duduk di depan, tepat di samping pengemudi yang ternyata seorang wanita.
Wanita itu menoleh sebentar dengan tersenyum penuh arti padaku.
"Salsa?"
"Sa, itu elo, 'kan?" cecarku. Namun, orang yang aku tanya hanya diam tanpa kata.
Bukan hanya itu, berbagai pertanyaan juga bersarang di benakku. Apakah Salsa berada di pihak Viona, yang akan menghancurkanku? Jika iya, aku berada dalam bahaya saat ini.
Mobil tiba-tiba berhenti dan Salsa melepaskan sabuk pengamannya. "Gue udah gak tahan, gantian lo, yang nyetir," ujarnya pada pria di sampingnya.
Pria itu keluar berbarengan dengan Salsa yang ikut
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 50Andra, dia masuk dengan membawa sebuah amplop besar di tangannya."Bagaimana keadaanmu, Yum?" tanyanya seraya menjatuhkan bokong di sofa yang ada di ruangan ini."Seperti yang kamu lihat, Dra. Aku tidak baik-baik saja, setelah aku tahu jika aku ... lumpuh," kataku lirih. Aku menahan air mata yang hendak jatuh kembali.Andra menghela napas berat. Aku tahu dia prihatin dengan keadaanku sekarang. Kemudian, dia berdiri dan berjalan menghampiri ranjangku."Kamu harus kuat. Ini hanya sementara. Hanya soal waktu, dan kamu harus berjuang untuk bisa berjalan kembali," ujar Andra menepuk pundakku.Aku mengangguk lemah. Kalau bukan untuk orang lain, setidaknya aku harus sembuh untuk diriku sendiri."Oh, iya in
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 51"Kamu jahat, Mas. Jahaaaaaatt!""Yumna. Yumna, bangun!"Aku membuka mata dan langsung terduduk. Napasku memburu dengan keringat bercucuran di sekujur tubuh. Salsa menatapku lekat, lalu ia mengambil minum dan diberikannya padaku."Kamu mimpi buruk, Yum?" tanya Salsa.Aku menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Mengusap wajahku yang berkeringat dingin.Syukurlah, jika yang aku alami tadi hanyalah sebuah mimpi. Mimpi buruk yang tidak ingin aku alami."Iya, Sa. Aku mimpi jika Mas Daffa dan Mama datang untuk membawaku.""Tenanglah, itu hanya sebuah mimpi. Hanya bunga tidur," ujar Salsa lagi.Aku pun kembali merebahkan tubuhku di ranjang rumah sakit, setelah hatiku mulai sedikit tentang. Perlakuan jahat yang aku alami sepertinya membekas di alam bawah sadarku, hingga terus teringat dan terbawa mimpi.Setelah beberapa hari aku
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 52"Ya, ini aku. Aku masih hidup, dan aku tidak akan membiarkan Mama merebut apa yang seharusnya menjadi milikku dan Papa. Inikan yang Mama, inginkan?" kataku seraya merobek kertas-kertas itu.Mama melotot melihat kertas yang sudah aku robek-robek menjadi kecil. Aku juga menghamburkan kertas-kertas itu kehadapan Mama."Jadi, kamu tidak mati?" ujar Mama dengan napas yang naik turun."Kenapa? Apa kematianku yang Mama inginkan? Tapi, sayang sekali, Mama tidak berhasil membuatku mati. Justru Mama membuat kekasih Mama kehilangan kakinya," ujarku."Itu semua gara-gara ulahmu. Kau yang membuat kecelakaan itu terjadi.""Oh, bukan aku. Tapi, Mama sendiri. Mama yang menyuruh Surya membawaku pergi dari tempat penyekapan itu. Kecelakaan itu adalah sebuah jalan agar aku bisa lepas dari kalian. Orang-orang jahat!""Hahahaha! Ya ya ya ... aku memang jahat. Aku s
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 53Sejak kepulanganku ke rumah, aku belum melakukan aktivitas apa pun di luar. Aku tetap berdiam diri dengan mengurusi Papa agar ia lekas sehat kembali. Alhamdulillah, setelah satu minggu dari kejadian waktu itu, kini Papa sudah mulai berangsur membaik. Ia sudah bisa kembali berjalan, tidak lagi menggunakan kursi roda."Yumna, maafkan Papa, ya, Nak. Papa sudah membuatmu berada dalam keadaan yang sulit.""Apa, sih Pa, jangan bicara seperti itu. Papa tidak salah, kok," ujarku. Saat ini aku tengah menyuapi Papa makan siang."Papa benar-benar tidak menyangka, jika Hamidah ...." Papa tidak melanjutkan ucapannya. Ia mengembuskan napas perlahan, seraya tatapan mata yang kosong.Mungkinkah Papa menyesal telah menikahi Mama Hamidah? Mungkin.Mungkin juga Papa kecewa dan sakit hati dengan apa yang wanitanya perbuat.Setahuku, Papa sangat mencintai wanitanya itu. Bisa aku lihat dari cara Pap
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 54"Ah, iya Bu, eh, Umi," ucapku tergagap.'Apa hanya perasaanku saja, ya. Sepertinya sejak tadi tatapannya Azzam selalu mengarah padaku. Ah, tidak. Mungkin pada Syila, karena anaknya itu berada tepat di sampingku.'Kami berempat terlibat obrolan ringan. Azzam dan Papa lebih banyak membahas tentang pekerjaan. Keduanya memiliki perbedaan dalam bidang usaha mereka. Namun, Papa dan Azzam terlihat sangat nyambung dalam obrolannya.Setelah puas bercengkrama, akhirnya Azzam dan ibunya pamit untuk pulang. Aku mengantar kepergian mereka sampai di depan rumah, karena Syila yang tidak ingin pulang dan ingin tetap bersamaku."Tante Nda, Cila pulang, ya. Tapi ... nanti main lagi, boleh?" tanya gadis itu."Boleh, Sayang. Cila, hati-hati, ya?" ujarku mencubit gemas pipi chubby Syila.Syila dan Umi Fatma sudah masuk ke dalam mobil. Tinggal Azza
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 55"Mbak Yumna, apa kabar? Lama sekali tidak datang." Seorang pria berpakaian rapi menghampiriku dan Nabila."Kabar saya baik, Pa. Alhamdulillah," jawabku ramah."Ada apa, Mbak. Apa karyawan saya bikin ulah?" tanyanya padaku."Oh, tidak. Justru saya ingin karyawan Bapak, untuk menemani saya di sini, sampai teman saya datang. Bisa?" Aku melirik Nabila, sepertinya dia tidak suka dengan perkataanku."Oh, tentu. Silahkan, Mbak. Dengan senang hati," ujar pria berkemeja hitam itu.Nabila keberatan mengabulkan keinginanku. Namun, usahanya untuk menghindar dariku gagal. Pemilik kafe justru menyuruh Nabila untuk duduk bersamaku."Mbak Yumna ini tamu langganan kita. Jadi, perlakukan dia dengan baik, dan jangan pernah mengecewakan dia. Paham?" ucap pemilik kafe itu pada Nabila.Nabila mengangguk patuh. Setelahnya, pria pemilik kafe itu pergi meninggalkan aku dan Nabila.
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 56Aku mengurungkan niatku untuk menelpon Pak Joko, saat ada orang yang menyapaku. Andra, dia menepikan mobilnya dan turun menghampiriku."Mogok, Yum?" tanyanya lagi."Tuh, bannya bocor," kataku seraya menunjuk ban mobil yang kempes."Oh, bocor doang. Ada ban serep, enggak?""Ada kayaknya."Aku dan Andra pun mengambil ban mobil cadangan yang di simpan di dalam ruang bagasi. Sebenarnya hanya Andra yang mengambil, aku hanya bantu melihatnya saja.Tanpa banyak bicara lagi, Andra langsung melepaskan ban mobil yang bocor dan menggantinya dengan yang baru saja dia ambil dari belakang.Beberapa saat berkutat dengan ban mobil, akhirnya Andra selesai. Dan mobilku sudah bisa aku pakai kembali."Minum, Dra." Aku memberikan sebotol air mineral yang selalu tersedia di dalam mobilku."Ya, makasih, Yum." Andra menegaknya
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 57"Ada acara apa, kok tiba-tiba di depan rumah banyak mobil," ucapku saat sampai di depan rumah. Ada beberapa mobil yang terparkir di halaman rumah. Terhitung ada empat mobil asing yang tidak aku kenali.Mungkinkah tamu Papa?Aku tidak bisa memasukkan mobilku ke dalam, akhirnya aku memarkirkan mobil di depan gerbang rumah. Kemudian, aku turun dan dengan langkah perlahan, aku masuk ke dalam rumah.Eh, tapi tunggu, sepertinya memang ada yang aneh. Aku menarik kakiku yang sudah sampai di ambang pintu. Berjalan mondar-mandir dengan mengigit jari telunjukku.Aku ingat-ingat lagi tanggal berapa dan bulan berapa sekarang. Bukan, sekarang bukan ulang tahunku. Jika pun aku ulang tahun, pastinya Salsa akan selalu hadir. Tapi, di sini tidak ada mobil dia.Apa jangan-jangan, Papa ...?"Tidak, tidak mungkin Papa kenapa-napa, bukannya tadi Papa yang mengirimku pesan?"Mengin