GADIS KECIL DI PELAMINANKU 59
Aku masih diam mematung saat Umi berteriak histeris memanggil ayah dari Syila. Aku syok. Tidak menyangka ini akan terjadi di kamarku.Ranjangku penuh dengan coretan lipstik. Semua perabotan dari meja riasku berpindah ke atas kasur. Bedak, parfum, skincare yang baru dua hari aku beli pun tak luput menjadi korban keanarkisan Nasyila.
Sedangkan anak itu, ia tersenyum lebar saat ketahuan sedang mengaplikasikan alat make up milikku. Bukan hanya ranjang yang jadi korban, wajah dia pun menjadi tempat untuk menuangkan bakatnya dalam berhias.
koleksi parfumku musnah. Uang belasan juta yang aku keluarkan untuk memenuhi meja riasku raib dalam sekejap.
Dia baru calon anak. Tidak terbayangkan jika nanti dia sudah menjadi anakku.
Aku menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya. Berjalan pelan menghampiri ranjang yang sudah sangat amat berantakan.
Semakin aku mendekat, dadaku semaki
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 60"Yum, duduk di sini." Papa menepuk ruang kosong di sebelahnya.Aku mengangguk dan duduk di fofa di sebelah Papa."Ini, pakailah." Papa menyodorkan satu kotak kecil yang sedari tadi ia simpan di saku celananya."Ini punya siapa, Pa?""Punyamu, masa punya Papa. Itu dari Azzam, tadi belum sempat memberikan karena keburu riweuh sama anaknya, 'kan?"Aku membuka kotak kecil itu, ternyata isinya sebuah cincin yang sangat cantik. Senyumku terukir melihat barang mungil di dalam sana."Coba pakai, jangan diliatin terus," ujar Papa.Aku pun mengambil cincin itu dan memakaikannya ke jari manisku."Pas, lho Pa.""Berarti jodoh," ujar Papa terkekeh."Oh, iya Yum, dua bulan lagi pernikahanmu dengan Azzam digelar," ujar Papa lagi membuatku menoleh."Dua bulan lagi?" ujarku seraya membulatkan mata karena kaget.Papa
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 61Aku menarik tanganku yang hendak dia pegang. Seperti aku, dia pun kaget karena ternyata kita bertemu di tempat ini."Kamu, tidak apa-apa?" tanya Azzam.Aku hanya mengangguk tanpa melihatnya, mataku terus menatap pria yang kini masih bergeming di depanku. Benci, muak, rasanya aku ingin mendorong dia sampai dia jatuh dari lantai dua mall ini.Melihatnya, mengingatkanku pada kejadian saat penyekapan di vila. Aku memohon mengiba untuk dipulangkan, tapi dia dan ibunya kekeh ingin aku tetap di sana dengan tujuan yang sama dengan Surya. Yaitu, harta.Mendapatkan tatapan yang tiada henti dariku, Mas Daffa salah tingkah. Namun, bukannya pergi menjauh, dia malah nekad mencekal lenganku dan membawaku keluar dari toko parfum tadi."Mas, lepas. Sakit!"Dia tidak mendengarkanku, dia terus menyeretku hingga menjauh dari tempat itu. Sedangkan Azzam, ia tak hentinya memanggilku dan mengek
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 62Aku mengulum senyum melihat wajahnya. Dia sangat lucu. Duda satu anak tapi manisnya mengalahkan Oppa Korea. Jadi, ingin cepet-cepet dihalalin. Eh.Surat izin sudah aku pegang, aku tidak menunggu nanti untuk memborong kosmetik dan alat-alat make up yang aku butuhkan. Bagiku, ini sangat menyenangkan. Ternyata Syila membawa keberuntungan bagiku."Bang, Umi dan Syila di mana? Masa dari tadi kita belanja terus, tapi Umi dan Syila tidak ikut?"Aku tidak mau dicap sebagai menantu yang matre oleh mertua. Meskipun, kita ke sini juga karena usulan dari Umi, tapi tidak enak jika kita hanya jalan berdua sedangkan Umi dan Syila, tidak tahu keberadaannya di mana sekarang."Tadi Umi kirim pesan, mereka sedang ada di tempat makan. Katanya Syila lapar," jawab Azzam."Yaudah, yuk kita susul mereka ke sana.""Belanjanya sudah?" tanyanya."Sudah, aku
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 63"Yum, lihat deh di sana, itu bukannya si Nabila, ya?" Salsa menunjuk wanita beserta anak kecil yang sedang dimaki oleh penjaga toko kue. Dilihat dari gerak-geriknya, si penjaga memang sepertinya sangat marah. Ia bahkan mendorong wanita bergamis hijau botol itu.Aku yang sedang mengendarai mobil, lekas menepikan mobil di depan toko kue tersebut."Tolong, Bu. Saya sangat membutuhkan pekerjaan ini, saya janji, nanti anak saya tidak akan merusak kue dan mengacau, Bu."Ya Tuhan, itu benar Nabila. Dia bukannya bekerja di kafe langgananku. Kenapa dia memohon meminta kerjaan di sini?"Turun, yu? Aku, kok kasihan, ya sama dia," ucapku.Aku membuka sabuk pengaman, hendak turun dari mobil. Namun, tanganku dicekal oleh Salsa."Ngapain, lo urusin dia, Yumna? Lo, inget enggak, gara-gara dia, pernikahan lo, sama Daffa jadi berantakan!""Dan jika bukan karena dia, gue enggak
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 64"Maksudnya apaan, tuh kemping?" tanya Salsa penasaran."Eng–enggak, kok. Tasya memang suka ngaco. Tasya makan baksonya lagi, ya?" ujar Nabila pada anaknya.Seperti yang menghindar, Nabila malah memilih untuk memakan bakso yang tersaji di depannya, ketimbang menjawab pertanyaan Salsa.Anak kecil itu jujur, dan aku yakin jika jawaban Tasya tadi memang apa adanya. Tapi, apa yang dimaksud kemping? Apa jangan-jangan mereka tidur di emperan? Seketika dadaku berdenyut, membayangkan jika yang aku pikirkan memang benar adanya."Bil, kamu dan Tasya tidak tidur di emperan 'kan?" tanyaku membuat Nabila menghentikan suapannya."Tid—""Jangan bohong, jawab aja yang jujur. Kali aja kita bisa bantuin, lo." Salsa kembali berucap."Aku tidur di taman," jawab Nabila akhirnya."Hah! Lo, kagak salah? Kasihan anak, lo nanti dia keding
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 65DUA BULAN KEMUDIANCinta bisa membuat manusia terlena, cinta menjanjikan hidup jadi kian berwarna. Namun, cinta juga bisa membuat hati kecewa dan terluka.Berwarna, kecewa dan terluka telah aku alami dalam mengenal cinta. Setelah luka itu sirna, kini aku kembali merasakan indahnya jatuh cinta. Bersama dia yang kini sedang menggenggam tanganku erat."Haus?" Dia bertanya.Aku menggeleng sebagai tanda jawaban."Mau makan?"Kembali aku menggeleng tanda penolakan."Terus, maunya apa?" Dia kembali bertanya.Mauku adalah, dia tetap seperti ini. Bersikap manis dan lembut disetiap waktu. Selalu menggenggam tanganku hingga kulitku kian mengendur."Loh, kok malah senyam-senyum." Dia mengusap pipiku yang tertutup hiasan make up.Bukan hanya saling senyum, kini kita malah tertawa bersama seolah telah menemukan sesua
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 66"Maaf, Sayang. Mendingan, Syila sekarang bobok, ya. Udah malem, lho." Azzam membujuk putrinya.Syila menggelengkan kepala. Dia menolak untuk tidur, dengan alasan belum mengantuk.Sedangkan aku, aku hanya menjadi penonton drama antara anak dan ayah itu. Sesekali aku tertawa melihat Azzam yang berusaha membuat Syila tidur. Ia menggendong putrinya, dan mengayun tubuh kecil itu. Namun, bukannya tidur, Syila malah merengek ingin turun. Setelah diturunkan, Syila lari ke arahku dan memeluk tubuhku."Ayah, nakal, Nda." Syila mengadu sembari mengusap rambutnya yang menghalangi wajahnya."Nanti, Bunda jewer telinga, Ayah, ya? Sekarang, Syila bobok dulu, ini sudah malam," kataku dengan lembut.Syila mendongak, mata bulatnya menatapku. Perlahan, dia mengangguk dan berkata, "Tapi, boboknya sama Nda, ya?"Aku melirik ke arah Azzam. Dia memberik
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 67"TIDAK!!""Sssttt ... kok, malah teriak?"Aku menutup mulutku rapat-rapat dengan telapak tangan.Oh, ya ampun, ternyata aku hanya berhalusinasi! Ternyata kita belum melakukan apa-apa. Azzam yang tadi mengulurkan tangannya, kini menariknya kembali. Aku menoleh ke sampingku, melihat gadis kecil itu yang masih terlelap dalam tidurnya.Azzam bangkit dan menghampiriku, ia duduk di pinggir ranjang, tepat di sampingku yang tengah mengatur napas."Kenapa?" tanyanya."Jangan, Bang. Kita tidak bisa melakukannya sekarang, aku tidak mau apa yang ada dalam bayanganku jadi kenyataan. Serem, Bang."Azzam menautkan alis. Dia tidak paham dengan apa yang aku katakan."Maksudnya? Emang kamu membayangkan apa?"Aku pun menceritakan apa yang aku bayangkan tadi. Namun, diluar dugaan. Azzam malah tertawa. Ia sampai menutup mulut menggunakan telapak tangan agar tawanya