Share

8. Kesepakatan Bersama

Author: Poppiya
last update Last Updated: 2024-02-09 20:48:20

Chika mengerjap beberapa kali selepas mendengar pertanyaan itu. Guratan tipis di wajah Dimas seakan menjelaskan keseriusannya.

"Jelas gue mikirin perasaan lo. Gue juga yakin, kalau lo bisa ngehindar dari hukuman," kata gadis itu.

Beberapa detik tak ada jawaban, Dimas menganggukkan kepalanya. "Iya, gue emang bisa menghindar," jawab Dimas sekenanya.

Bisa dikatakan, jawaban Dimas barusan adalah jawaban sebagai pihak yang mengalah. Enggan untuk memulai perdebatan yang terasa sia-sia—untuk saat ini. Pun dengan senyuman singkatnya, Dimas menerima situasi yang dia dapatkan.

* * *

Kehidupan Chika saat ini terasa jauh lebih baik. Pasalnya, usai dia mengatakan apa yang mengganjal dalam hatinya, gadis itu kembali bersikap seperti sebelumnya. Bahkan, sekalipun berada di rumah, Chika tetaplah gadis yang ceria. Apalagi saat berada di sekolah, bertemu dengan Dirga bukanlah masalah lagi.

"Hai,"

Itu adalah sapaannya pada kakak kelas sekaligus tetangganya untuk pertama kalinya disertai salah satu telapak tangan yang terangkat. Membuat Dirga hanya melihatnya tanpa memberikan reaksi apapun. Gadis itu melewati Dirga yang sedang duduk di depan kelasnya.

Namun, baru beberapa langkah melewati laki-laki itu, kedua manik Dirga mendadak menangkap langkah Chika yang berubah mundur. Dengan tangan yang menyatu di depan tubuh, serta senyuman tipis, gadis itu berdiri di hadapan Dirga. Entah kenapa, Chika juga memiringkan kepalanya sebelum bersuara.

"Kenapa?" tanya Dirga.

"Gue punya penawaran bagus," jawabnya.

"Penawaran apa?"

Senyumannya semakin lebar, membuat kedua pipinya semakin membulat. Kedua tangannya berpindah ke belakang sebelum menjawabnya.

"Lo belum pakai permintaan apapun ke gue," sejenak menjeda kalimatnya, Chika berdeham singkat. "Gimana kalau permintaan itu dihapus, dan gue bakal tutup mulut soal balapan lo?"

Keningnya mengerut, sedikit terkejut dengan perkataan gadis itu. "Tau dari mana soal balapan gue?" tanya Dirga.

"Orang nggak dikenal aja bisa gue ubek-ubek informasinya, apalagi lo yang tetangga gue," jawab gadis itu.

Dirga terdiam, dia tengah menggunakan kepalanya dengan penawaran yang diminta oleh Chika. Terlihat gadis itu yang memasang wajah cerah, seperti menunggu persetujuannya. Namun, beberapa menit selepasnya, Dirga menggeleng, dan salah satu tangannya ikut melambai guna mendukung penolakannya.

Tentu saja, hal itu membuat harapan Chika hancur seketika. Wajahnya tertekuk kecut, melipat kedua tangan di depan dada. "Kenapa nggak mau? Rahasia gue aman, rahasia lo juga aman. Sama-sama menguntungkan, kan?"

"Lebih untung di lo, sih,"

"Gue jadi ragu lo suka sama gue," kata Chika.

Dirga tertawa mendengarnya, dia menatap Chika yang masih memasang wajah kesalnya. Salah satu tangannya diletakkan pada kepala Chika, memberikan usapan lembut di sana.

"Rasa suka gue, nggak ada hubungannya sama penawaran itu," ucap Dirga sebelum memberikan tepukan ringan pada sisi kepala Chika.

Belum saja tangan Dirga menjauh dari kepalanya, Chika justru menahan pergelangan tangan Dirga. Gadis itu menyadari Dirga menggunakan tangan kirinya, bersamaan dengan pandangannya yang terarah pada luka di pelipis kanan Dirga.

Bukan hanya itu, Chika juga teringat akan luka yang berada di sudut bibir kiri Dimas. Entah kenapa, dia ingin mencurigai kedua laki-laki itu, hanya saja cukup ragu untuk bisa membuktikannya.

"Kenapa?" tanya Dirga mendadak.

Mengedipkan matanya beberapa kali, Chika tersadar. Dia menggeleng dan melepaskan tangan laki-laki itu. Lantas dengan cepat Chika mengesampingkannya, kembali membahas persoalan mereka sejak awal.

"Kalau gitu, lo juga harus ngabulin tiga permintaan gue. Biar adil," pintanya.

"Ya udah, iya," Dirga memalingkan pandangannya. "Asal nggak minta gue buat ikut aksi lo," katanya.

"Lo salah, itu justru satu dari tiga permintaan gue," pungkas Chika yang langsung meninggalkan laki-laki itu.

Chika menggigit jarinya saat kecurigaannya kembali muncul. Bagaimana bisa secara tiba-tiba Chika mencurigai Dimas yang memberikan luka di pelipis Dirga? Tapi, bagaimana dengan luka Dimas? Bahkan, Chika tak tahu apakah Dirga juga sama kidalnya dengan Dimas atau tidak.

Gadis itu sedikit menjambak rambutnya saat sulit memikirkan hal tersebut. Toh, tak ada hubungannya dengan dia. Rasanya juga mustahil untuk mereka bertemu dan bertengkar. Pun dengan satu decakan kecil, Chika menghilangkan hal yang tak seharusnya dia pikirkan itu.

Sedangkan Dirga yang masih berada di posisinya itu terdiam usai bertemu dengan Chika. "Mungkin ada bagusnya dia salah paham sama gue," gumam Dirga.

Tubuhnya bersandar, lantas melipat kedua tangannya dengan hembusan nafas cukup panjang. Laki-laki itu hanya memikirkan cara supaya Chika tetap percaya bahwa dia menyukainya. Dia juga mulai memikirkan permintaan yang akan dia minta pada gadis itu.

"Apa dua permintaan lainnya, ya?" ucapnya yang masih bingung dengan sisa dua permintaan yang harus dikabulkan Chika.

Dirga lelah dengan pemikiran tak berujungnya itu. Dia menepuk kedua pahanya sebelum bangkit dari tempatnya duduk guna berjalan masuk ke dalam kelasnya. Namun, baru saja meletakkan bantalan duduknya, teman sebangkunya melontarkan kalimat yang membuatnya menoleh kebingungan.

"Baru berapa hari sekolah di sini, udah dapet pacar aja," kata teman sebangku Dirga. "Adek kelas," ucapnya lagi.

Ah, Dirga tahu siapa yang dimaksud temannya itu. Pun dengan begitu santai dia menjawabnya. "Oh dia. Hm, gue emang suka sama dia. Tingkahnya imut," kata Dirga disertai dengan anggukkan kepalanya.

Temannya itu tersenyum senang, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dirga sendiri juga hanya menanggapi reaksi itu sekenanya. Toh, ini juga memperkuat rencananya untuk memastikan Chika tetap percaya dengan perasaannya.

"Udah berapa lama pacaran?"

"Belum pacaran. Gue juga baru sebulan suka dia,"

"Sebulan? Berarti udah kenal lama?"

Dirga menaikkan alisnya sebelum memberikan jawaban terakhirnya itu. "Sekitar sebulan lebih sedikit. Karena gue baru jadi tetangganya dia," pungkasnya.

Konversasi itu berlalu begitu saja, pembahasan tentang asmara Dirga juga telah berakhir. Akan tetapi, rasa penasarannya akan sesuatu tiba-tiba muncul. Pribadi itu tak bisa menahannya.

"Gue boleh nanya sesuatu, nggak?" tanya Dirga.

"Tanyain aja. Gue tau banyak tentang sekolah ini,"

Senyuman singkat Dirga mendorong dirinya untuk tetap bertanya. "Kayak kejadian beberapa hari lalu, apa pernah ada murid sini yang dapet laporan dari luar sekolah?" tanya Dirga.

"Nggak banyak yang dapet. Biasanya mereka dari anak-anak pejabat, pengusaha, ya sejenisnya penguasa banyak duit," jawab temannya itu.

"Apa aja yang mereka lakuin di luar sekolah?"

Laki-laki yang menjadi teman sebangku Dirga itu mengubah posisi duduknya menghadap Dirga sebelum menjawab pertanyaan itu. "Sejauh ini yang ketahuan cuma kekerasan. Tapi, sisa kejahatan lainnya belum terungkap, karena kurangnya bukti," jelasnya.

Ini dia yang membuat Dirga bertanya-tanya kenapa Chika juga melakukan tindakan kriminal di luar sekolah. Mengingat perkataan Dimas tentang ayah Chika yang merupakan narapidana atas tuduhan penipuan.

"Apa yang bokapnya lakuin? Dan siapa bokapnya dia?" tanyanya dalam hati.

Entah kenapa, Dirga merasa jika tak ada yang tahu siapa ayah Chika, atau bahkan perbuatan apa yang dilakukan ayahnya. Chika juga tak mendapat surat laporan apapun dari luar sekolah. Bukankah Chika masih distatus aman dari laporan?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Kriminal dan Tetangga Misterius   77. Kesalahan

    Dari pupilnya, Chika menangkap manik Dirga yang bergetar ragu dengan apa yang dia katakan barusan. "Nggak bisa, kan? Biar gue yang ngelakuin," timpal Chika.Tanpa berniat menimpalinya lagi, Chika menyalakan mesin motor hendak meninggalkan mantan kekasihnya itu. Bahkan, Dirga sama sekali tak bergerak hanya untuk memberikan reaksi atas permintaannya. Hanya saja, sebelum Chika benar-benar pergi, tangan Dirga menyentuh motornya guna menghentikan pergerakan gadis itu."Gimana kalau gue bisa? Apa lo mau maafin gue? Balik lagi ke gue?" tanya Dirga."Iya, gue bakal balik ke lo," tandas Chika yang segera menyingkirkan tangan Dirga.Gadis itu meninggalkan Dirga sejauh mungkin, tatapannya melemah sampai cukup merasakan kehangatan dari genangan air matanya. Dia sadar sikapnya terhadap Dirga saat ini bukanlah dari dalam hatinya. Namun, mengingat bagaimana sang ayah harus berada di dalam jeruji besi karena ayah Dirga, gadis itu membunuh belas kasihnya pada sang mantan kekasih. Kehilangan Dirga lebi

  • Gadis Kriminal dan Tetangga Misterius   76. Kebencian

    Mungkin bisa dikatakan ini adalah kali pertama bagi ayah Dirga terganggu akan perkataan putranya sendiri. Pribadi itu tak mengetahui jika Dirga telah mengetahui Abraham sejauh itu. Malamnya sampai terganggu lantaran tak dapat melepaskan pemikiran itu dari kepalanya. Lantas menatap sosok wanita yang terlelap di sebelahnya, laki-laki tersebut bangkit dari ranjangnya berniat keluar dari ruangan tersebut. Hanya saja, suara gesekan itu justru membangunkan sang istri.Terdengar helaan nafas ringan ketika setengah selimut telah tersingkir dari sebagian tubuh. Pribadi itu kembali membawa kedua tungkainya turun dari ranjang, berjalan keluar, namun suara istrinya menghentikan langkah di ambang pintu."Kenapa aku baru tau dari Dirga?""Tentang apa?""Ayah Chika,"Tak ada balasan apapun, ayah Dirga justru abai dan membawa langkahnya tetap keluar kamar. Sedangkan sang istri hanya terdiam di balik selimut sembari menatap punggung suaminya yang menghilang dari pintu. Tatapan nanar terpancar dari man

  • Gadis Kriminal dan Tetangga Misterius   75. Perlahan Terungkap

    Apa yang Dirga lakukan ketika ditinggal sendirian? Dia hanya memejamkan kedua matanya dengan tangan yang berada di atas lutut. Entah berapa banyak decakan yang keluar dari mulutnya, lantaran Dirga tak bisa melampiaskan kemarahannya saat ini. Setibanya di rumah, dengan suasana hati yang berantakan, laki-laki itu melempar helmnya cukup kasar tatkala memasuki kamarnya.Dirinya duduk di lantai dengan perasaan kalut, tak memiliki minat terhadap kegiatan apapun. Menyadari betapa hancurnya dia hari ini, tak ada satupun hal yang bisa dia pikirkan selain perkataan Chika. Terlalu menyakitkan untuk hati dan pikirannya, sampai Dirga mengabaikan panggilan sang ibu hingga wanita itu mendatangi kamarnya."Dirga," panggil sang ibu.Langkah sang ibu semakin mendekat, sedikit khawatir lantaran Dirga yang tak mengubah posisi sama sekali. Terlebih ketika Dirga menggerakkan bola matanya menatap sang ibu, wanita tersebut sampai tak bisa melihat adanya kehidupan dalam manik putranya sendiri. Pun kedua tanga

  • Gadis Kriminal dan Tetangga Misterius   74. Tempat Biasa

    Berapa banyak decakan hari ini, Dirga berkendara seorang diri menelusuri jalanan. Dia menoleh ke segala arah, mencari lokasi kekasihnya yang mendadak menghilang. Jangan katakan Dirga tak berniat untuk menghubungi, itu sudah terbesit di kepala, namun sangat yakin jika gadis itu tak akan menjawabnya.Sungguh, kepalanya terasa pening tatkala harus menemukan keberadaan sang gadis yang entah kemana. Pribadi itu telah menyusuri jalan yang pasti dilewati oleh Chika, hanya saja dia masih tak dapat menemukannya. Dia sejenak berhenti di pinggir jalan, seraya berpikir tempat-tempat yang harus dia kunjungi untuk menemukan kekasihnya itu."Ey, mana mungkin dia ke sana," ucapnya setelah sebuah tempat terlintas di kepalanya.Dirga menggigit bibir bawahnya, kedua tangannya berada di pinggang seraya berpikir, memutuskan tempat yang ada di kepalanya saat ini. Dengan helaan nafas terakhir, Dirga segera membawa dirinya menuju lokasi tersebut. Tentunya dengan kecepatan penuh, dia tak ingin jika gadis itu

  • Gadis Kriminal dan Tetangga Misterius   73. Lebih Jauh

    Ini adalah kesalahannya, dimana Dirga terlalu menutupi fakta yang membuatnya ada di situasi saat ini. Sedikitpun, Dirga tak berani mengarahkan pandangannya pada Chika yang masih menunggu dengan kedua tangan dilipat. Dia menghela nafas sampai menghela nafas panjang sebelum terpejam beberapa saat."Foto orang-orang yang ada di dalam memori itu.." Dirga tertunduk, sulit untuk melanjutkan kalimatnya sendiri. "Salah satu dari mereka adalah bokap gue," imbuhnya.Laki-laki itu mengeluarkan sebuah kartu memori dari dompetnya untuk diberikan pada Dimas. Tentu saja, secara tidak langsung Dirga menyuruh laki-laki itu untuk membuka kembali, menunjukkan salah satu diantara banyaknya pelaku kejahatan itu. Pun dengan wajah yang sama terkejutnya, Dimas kembali menunjukkan foto yang mereka temukan.Dirga sama sekali tak menatap layar laptop Dimas, dia memilih untuk menunduk seraya menyesali perbuatan ayahnya. Ya, walau bukan Dirga pelakunya, namun dia malu atas perlakuan sang ayah terhadap ayah Chika.

  • Gadis Kriminal dan Tetangga Misterius   72. Lupa Waktu

    Membeli pakaian sudah, dan kini Dirga mengajak kekasihnya untuk menjelajahi toko-toko lainnya di sana. Dirga merangkul pundak Chika yang hanya sebatas bawah dadanya. Keduanya sama-sama memasang senyuman, seakan tak memikirkan sisa waktu yang keduanya miliki. Bahkan, Chika terus menggenggam tangan Dirga yang berada di pundaknya.Walau keduanya tak membeli banyak barang, pasangan tersebut seperti merasakan kebahagiaan yang tak akan ada habisnya. Keduanya juga saling melempar tawa saat melihat atau mendengar sesuatu yang menggelitik. Sungguh, Dirga benar-benar menggunakan waktu saat ini untuk kenangannya bersama Chika—karena dia tak tahu, apa yang akan terjadi besok, atau beberapa hari kedepan."Ayo, kita cari photo booth. Kita buat kenangan juga di sana," ajak Chika.Tentu saja, Dirga hanya menurut kemana kekasihnya itu menarik pergelangan tangannya. Pribadi itu hanya mengikuti setiap perkataan Chika, bahkan sampai gaya untuk berfoto Dirga telah diatur oleh gadis itu. Akan Dirga akui, j

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status