***
Tubuh Aldo yang terkena cambukan terasa begitu perih, hingga Aldo tidak bisa tidur dengan nyenyak.
"Sial! Ayu lebih membela Juragan brengsek itu," gumam Aldo.
Sementara Sri merencanakan sesuatu untuk memberi Ayu pelajaran.
Sri pergi ke ujung desa, ia menemui dua orang laki-laki yang berbadan kekar. Dua laki-laki tersebut adalah mantan anak buah Juragan Tono, yang bernama Sarif dan Sarmin, mereka dipecat dengan sadis oleh Juragan Tono.
"Lakukan seperti yang saya perintahkan! Ini uang muka ... untuk pekerjaan kalian, jika berhasil saya akan bayar dengan jumlah yang besar!" perintah Sri pada Sarif dan Sarmin.
"Baik, Bu Juragan," sahut Sarif dan Sarmin bersamaan.
Sri bergegas kembali ke rumah, sebelum ada yang melihatnya di ujung desa. Jalan yang ditempuh Sri sangat gelap, ia sengaja pergi malam-malam agar tidak ada yang melihatnya.
Sampai di bangunan mewah yang hanya dimiliki Juragan Tono itu, Sri langsung masuk ke kamar dan melihat suaminya sudah lelap tertidur.
Sementara Ayu gelisah memikirkan Aldo yang terkena cambukan Juragan Tono. Ayu merasa bersalah, dan Ayu segera berjinjit keluar untuk melihat kondisi Aldo.
Pintu gubuk Aldo tertutup rapat, Ayu enggan jika harus mengetuknya.
Cukup lama Ayu berdiri di depan pintu tersebut, hingga pintu terbuka tanpa diketuk oleh Ayu.
"Kamu! Sedang apa berdiri di sini? Masih kurang puas dengan hukuman tadi?" tanya Aldo dengan kesal.
"Saya hanya ingin meminta maaf!" Ayu berkata dengan datar.
"Oya?" Aldo mengerutkan keningnya sambil berfikir.
Ayu hanya mengangguk, sementara Aldo merasa sangat senang, secara tidak sadar Aldo sudah jatuh hati pada gadis cantik yang sangat misterius itu.
Kini Ayu dan Aldo duduk di bawah pohon rimbun yang biasa Ayu datangi setiap malam, untuk pertama kalinya Ayu mau ditemani dengan laki-laki.
"Kenapa setiap malam kamu selalu mendatangi pohon ini?" tanya Aldo sambil menatap Ayu yang tengah terdiam bersandar di badan pohon tersebut.
"Karena di bawah pohon ini ada hidup saya," jawab Ayu datar.
"Aku tidak mengerti, bisakah kamu katakan dengan jelas," ucap Aldo yang mulai serius.
Sejenak Ayu terdiam menarik nafasnya dengan dalam, dan menutup matanya beberapa detik, kemudian membukanya lagi.
Ayu kembali murka jika harus mengingat peristiwa keji di waktu silam itu, peristiwa yang merenggut senyum di wajahnya.
"Saya tidak akan memaksamu bercerita, jika kamu belum siap," papar Aldo yang tak ingin membuat Ayu tidak nyaman.
"Semua orang di desa ini, bahkan desa yang lain sudah tahu. Sepertinya kamu bukanlah berasal dari desa," ucap Ayu.
Aldo seketika salah tingkah, bagaimana bisa Ayu berkata dengan benar tentang Aldo. Bagaimana jika Juragan Tono dan yang lain juga mencurigai tentang dirinya.
"Apa maksudmu? Saya dari desa yang memang sedikit jauh dari sini, tentu saja saya tidak mengetahui tentang misteri desa Kenanga ini." Aldo mencoba berkilah.
Kemudian Ayu menatap ke arah Aldo, dengan berat hati Ayu menceritakan kejadian yang membuatnya tidak bisa bernafas dengan lega itu.
"Apa kau benar-benar ingin mendengar cerita saya?" tanya Ayu serius.
Aldo mengangguk dengan cepat.
"Baiklah, tiga tahun silam ...." Ayu berhenti sejenak, hatinya terasa pilu.
Aldo langsung teringat tentang peristiwa tiga tahun silam yang kabarnya beredar sampai ke kota. "Apakah Ayu ada hubungannya dengan kabar miring yang aku dengar itu?" batin Aldo.
Setelah menenangkan diri sejenak, kini Ayu mencoba menceritakan dengan jelas pada Aldo.
"Di bawah pohon ini, ada jasad orang tua saya yang ditanam secara tidak manusiawi. Juragan Tono berserta anak buahnya memukuli Ayah dan Ibu hingga tak berdaya. Bukan hanya itu, mereka juga membakar tubuh kedua orang tua saya dengan begitu bangga. Ayah dan Ibu yang sudah setengah sekarat dibakar hidup-hidup. Saya tidak akan pernah melupakan kejadian itu," papar Ayu dengan sangat akurat.
Aldo terdiam seketika, untuk mendengar cerita itu saja tubuh Aldo terasa lemas. Bagaimana dengan gadis yang berada di hadapannya sekarang ini, sungguh Aldo tidak menyangka bahwa kebenaran yang ingin ia ketahui malah ia temukan pada gadis yang kini sudah mencuri hatinya itu.
"Benar-benar keterlaluan mereka! Menangislah jika kamu ingin menumpahkan kesedihanmu itu," ujar Aldo sembari menyentuh pundak Ayu.
"Saya tidak pernah menangis lagi sejak kepergian kedua orang tua saya itu. Hidup saya sekarang hanya untuk membalas semuanya," sahut Ayu yang membuat Aldo tercengang.
"Kenapa masalah ini tidak dilaporkan pada Polisi? Dan kenapa kepala kades di desa ini, tidak bertindak? tanya Aldo dengan serius.
"Semua warga di desa ini tidak ada yang berani membuka suaranya, bahkan kades sekalipun. Mereka semua tahu, Juragan Tono adalah orang yang kejam. Saya sendiri tidak ingin menjebloskan mereka ke dalam penjara begitu saja, saya akan menghancurkan kehidupan Juragan Tono terlebih dahulu, ia harus menderita! Karena penjara saja tidaklah cukup," papar Ayu dengan sangat geram.
"Apa menikahi, Juragan Tono juga bagian dari balas dendammu?" tanya Aldo dengan penasaran.
"Lihat saja nanti," sahut Ayu kemudian bergegas pergi.
Aldo hanya terdiam dan tidak mengerjar langkah Ayu, ia sadar bahwa Ayu sangatlah terpukul.
"Aku akan menemani sisa hidupmu, aku pasti bisa mengembalikan senyum bahagiamu lagi suatu hari nanti," gumam Aldo sendiri.
***
Tak terasa waktu berlalu dengan cepat, kini Juragan Tono mulai meminta semua anak buahnya mempersiapkan pesta pernikahan dengan Ayu.
"Kalian bertiga, siapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pesta meriah besok! Jangan ada yang kurang.l, karena saya mau ini menjadi pesta yang paling meriah dari seluruh pesta yang pernah saya adakan!" Perintah Juragan Tono pada tiga sekelompok itu.
Mereka pun menurutinya, tenda-tenda khas pedesaan mulai dipasang. Buruh-buruh pabrik diliburkan, semuanya disuruh membantu persiapan pesta.
Sementara Ayu lebih senang menyendiri duduk di bawah pohon besar itu. Saat Ayu sedang melamun, tiba-tiba Sarif dan Sarmin yang merupakan Kakak beradik itu menghampiri Ayu.
Dengan tenang Ayu berdiri menghadap dua laki-laki berbadan kekar itu.
"Katakan dengan jelas tujuan kalian menemui saya!" ujar Ayu.
"Semalam, Bu Juragan Sri mendatangi kami berdua," jawab Sarif jujur.
"Lalu?" tanya Ayu penasaran.
"Istri Juragan biadab itu menugaskan kami untuk menculikmu," papar Sarmin pula yang membuka suaranya.
Ternyata Sarif dan Sarmin juga menyimpan dendam pada Juragan Tono serta istrinya itu, pasalnya Kakak beradik ini dipecat dengan cara sadis oleh Juragan Tono. Sarmin dan Sarif dianggap tidak becus melaksanakan tugas, mereka tidak sekejam Tole, Joko dan Dodo.
Semenjak hari itu Sarif dan Sarmin memihak pada Ayu, saat kejadian tragis yang menimpa keluarga Ayu tersebut, Sarif dan Sarmin sudah tidak bekerja lagi, mereka dipecat sebulan sebelum kejadian keji yang menewaskan orang tua Ayu itu.
"Benar, Yu. Kami juga menerima bayaran awal untuk pekerjaan kotor ini," sambung Sarif membenarkan.
"Lakukan saja sesuai perintahnya, saya juga tidak ingin menikah dengan Juragan Tono. Dengan ini kita bisa memulai pembalasan dendam," ujar Ayu bersemangat.
Ayu pun pergi bersama Sarif dan Sarmin, mereka ber-akting seolah-olah sedang menculik Ayu. Di ujung desa yang lumayan jauh, Ayu disembunyikan.
Sementara Juragan Tono tengah mencari keberadaan calon istri tercinta, niatnya ingin memberikan Ayu perhiasan serta kebaya indah untuk hari pernikahan besok.
"Ayu, sayang ...." panggil Juragan Tono dengan lembut.
"Kemana dia?" batin Juragan Tono.
Ayu tidak ada di dalam, Juragan Tono mulai mencari ke tempat lain. Sri melihat suaminya tengah sibuk mencari keberadaan Ayu.
"Bagus! Sepertinya Sarif dan Sarmin sudah berhasil menjalankan tugasnya," gumam Sri.
Sudah hampir semua ruangan dikelilingi Juragan Tono, bahkan ketiga anak buahnya pun turut mencari diberbagai tempat. Namun, tidak ada yang menemukan Ayu.
Aldo menjadi cemas ketika mendengar kabar bahwa, Ayu menghilang.
"Kemana perginya Ayu?" batin Aldo.
Juragan Tono mulai murka, semua yang ada di sana ditugaskan mencari keberadaan Ayu.
Sri pun mulai mempengaruhi fikiran Juragan Tono.
"Mas! Sepertinya Ayu sengaja kabur. Saya kan sudah bilang dari awal, kalau gadis itu hanya ingin mempermainkanmu," ucap Sri sambil tersenyum licik.
"Diamlah! Ayu pasti ditemukan. Kalau benar Ayu melakukan itu, maka saya tidak akan mengampuninya," papar Juragan Tono dengan penuh amarah.
Semua warga desa serta anak buah Juragan Tono, masih mencari keberadaan Ayu.
Sementara Ayu sedang menyiapkan rencana pembalasan bersama dengan Sarif dan Sarmin.
"Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" tanya Sarif.
"Setelah dua hari, saya akan kembali ke sana. Saya akan bercerita tentang penculikan ini, Namun saya tetap tidak akan menyebut pelakunya," ujar Ayu.
"Ide bagus! Saya dan Sarif akan mengatakan pada Sri, bahwa kamu berhasil kabur." Sambung Sarmin.
Mereka bertiga menyusun rencana agar terlihat sempurna, bahkan Ayu sendiri sudah menyiapkan kehancuran untuk Sri terlebih dahulu.
Juragan Tono sudah hampir putus asa mencari keberadaan Ayu. Ia sudah sangat murka, banyak buruh Pabrik yang menjadi sasaran emosinya.
"Dasar tidak berguna! Cari lagi dan seret Ayu kehadapan saya!" Perintah Juragan Tono pada beberapa buruh Pabrik yang membantu mencari Ayu.
Sementara Dewi tersenyum senang, karena sahabatnya itu tidak akan menikah dengan Juragan Tono, namun disisi lain Dewi juga khawatir pada Ayu.
"Dimana kamu, Yu? Semoga kamu selalu dalam keadaan yang baik-baik saja," batin Dewi.
Bersambung.
Harga diri laki-laki.Part: 11.***Delisa diantarkan pulang ke rumah. Mikayla menyambut dengan antusias.Ia memeluk sang putri begitu erat. Lalu tersadar Delisa memegangi boneka pemberian Maya.Mikayla langsung marah dan merampasnya."Buang boneka jelek ini, Delisa! Mami tak suka melihatnya!" hardik Mikayla.Delisa menangis karena boneka kesayangannya itu terpental jauh keluar."Mikayla! Kau sungguh keterlaluan!" bentak Gio."Aku keterlaluan, Mas? Apa Mas tak salah bicara? Delisa adalah putriku, kenapa Mas membuatnya dekat dengan wanita lain? Kalau Mas ingin hidup dengan Maya silakan! Tapi, jangan pernah bawa Delisa lagi!""Delisa ambil boneka itu dan masuk ke dalam kamar ya, Nak! Papi mau bicara dengan Mani," ujar Gio.Delisa menurut. Ia dengan cepat mengambil kembali boneka dari Maya, laku membawanya masuk ke dalam kamar."Mas, aku sudah menerima keputusanmu untuk bercerai. Kita akan segera bertemu di pengadilan. Tapi, hak asuh Delisa tentu akan menjadi milikku. Lagi pula, Mas send
Harga diri laki-laki.Part: 10.***Mikayla terus menanamkan rasa benci di hati Delisa pada Maya. Gadis kecil itu tak tahu kalau kalau sebenarnya Mami yang ia bela justru lebih dalam menoreh luka."Delisa, sayang ... sebentar lagi Papimu akan datang. Ini waktunya Delisa membuat Papi memilih kita! Mami tak mau berpisah dengan Papi. Delisa juga tak mau kan sayang?" "Iya, Mi. Delisa tak mau Papi memilih Tante jahat itu!"Mikayla tersenyum senang. Ia berharap rencananya kali ini berhasil.Tak lama kemudian bel rumah berbunyi. Gio datang dengan wajah cemasnya."Papi, Delisa tak mau melihat Papi bersama Tante jahat itu lagi," ujar Delisa.Mikayla hanya diam dan seolah tak mendengar perkataan Putrinya."Kenapa Delisa bicara begitu, sayang? Tante Maya itu adalah Tante Delisa. Dia tidak jahat," sahut Gio lembut.Gio melempar pandangan ke arah Mikayla. Ia tahu, pasti semua yang dikatakan Delisa adalah ajaran darinya."Tidak, Papi! Tante itu bukan Tante Delisa! Dia jahat! Dia sudah merebut Papi
Harga diri laki-laki.Part: 9***Gio pindah ke sebuah apartemen yang telah berhasil ia beli. Saat hendak memejamkan mata, bayangan peristiwa satu tahun yang lalu kembali muncul dalam memori otaknya.Saat itu Gio baru pulang dari luar kota. Ia memang pulang lebih awal dari rencananya.Suasana rumah begitu sepi. Gio berpikir kalau Delisa sudah pasti sudah tidur. Gio yang ingin memberi kejutan pada sang istri, masuk ke dalam rumah secara diam-diam dengan menggunakan kunci cadangan yang ia bawa.Namun, malah sebaliknya. Gio yang dibuat begitu terkejut ketika mendapati sang istri sedang bersama pria lain di dalam kamar mereka."Mikayla!" hardik Gio.Mikayla yang tengah terkapar lemah di bawah selimut menjadi pucat karena terkejut."Bajingan!"Gio menarik pria yang bersama Mikayla. Pukulan bertubi-tubi Gio layangkan pada pemuda yang bernama Hendri itu."Mati kau pecundang!" maki Gio.Hendri terluka parah, tapi ia pun sempat membalas Gio hingga kening Gio berdarah."Mas, cukup! Ampun, Mas
Harga diri laki-laki.Part: 8***"Mas," lirih Mikayla mendekat.Gio bergeming, tatapannya kosong ke depan."Mas, apa memang tak ada tempat bagiku dalam hatimu lagi, Mas? Aku bersedia melakukan apa saja, asal Mas melupakan kesalahan besarku di masa lalu," papar Mikayla.Lastri juga turut mendekat ke arah Mikayla dan menepuk lembut pundak sang menantu kesayangan."Maaf, tapi aku sungguh tak bisa melupakan kejadian itu, Mikayla. Walau sudah setahun berlalu, bayangan saat melihat kau tengah satu ranjang dengan laki-laki itu selalu terngiang dalam ingatanku. Aku tidak sudi menyentuhmu lagi. Aku merasa begitu geli dan menjinjikkan ketika membayangkan peristiwa silam."Mikayla sangat terpukul dengan pernyataan sang suami. Tubuhnya goyah, bahkan hampir tersungkur ke lantai. Namun, Lastri dengan sigap memeluk menantu tersayangnya."Diam kau Gio!" hardik Lastri."Mama yang diam!" sambung Reno."Selama ini Papa selalu mengalah pada Mama. Tepat di mana harga diri Gio, putra satu-satunya yang Pap
Harga diri laki-laki.Part: 7***Lastri pulang ke rumahnya, menceritakan masalah ini pada Reno, sang suami."Pa, ternyata Mas Arkan memiliki istri lain sebelum menikahi Mery."Reno terkejut hingga membuat ekspresi wajah tuanya semakin lucu."Jangan ngada-ngada, Ma.""Papa gak percayaan banget sih. Tadi Mama baru saja dari rumah istri pertama Mas Arkan, dia juga memiliki seorang putri. Yang mengkhawatirkan, putrinya itu sedang dekat dengan Gio," papar Lastri antusias."Kok bisa, Ma? Kenapa selama ini tak ada berita sama sekali tentang Anak dan istri Mas Arkan itu? Harusnya putri dari istri pertamanya juga diakui di depan publik.""Ngapain pakai diakui segala. Mereka itu beda kelas dengan Mbak Mery, Pa. Pastinya Mas Arkan lebih memilih berlian lah dari pada butiran debu begitu," cibir Lastri.Reno menggeleng-geleng heran. Istrinya tak pernah berubah. Semua hanya diukur dengan harta."Terserah Mama saja. Papa malah penasaran dengan sosok saudari Mikayla itu.""Jangan katakan saudari Mik
Harga diri laki-laki.Part: 6***"Tenang dulu, Ma. Aku butuh dukungan Mama saat ini. Aku tidak rela kehilangan Mas Gio," ujar Mikayla."Mama akan selalu ada di pihakmu, sayang."Lastri kembali memeluk Mikayla.--Sementara di sisi lain, Maya juga tengah memeluk tubuh sang Ibu."May, maafkan Ibu, Nak. Seharusnya dulu Ibu bisa mempertahankan kebahagiaanmu," lirih Asih."Ini bukan salah Ibu. Namun, yang aku sesali sekarang, kenapa harus istri dari Tuan Gio yang menjadi Adik tiriku, Bu. Kenapa?Asih perlahan merenggangkan pelukannya. "Ada apa, Nak?"Maya menarik napas panjang, mata indah itu tertutup beberapa detik sebelum bersuara kembali."Tuan Gio selalu mendekatiku di kantor, Bu. Aku sudah berusaha menjauhinya. Walaupun tak ada tindakan yang berlebihan selain makan siang. Namun, hal itu berlangsung selama dua bulan ini."Asih mengerutkan keningnya sambil berpikir. "Apa mungkin Gio menyukaimu?""Aku tak tahu, Bu.""Kalau benar, maka jauhilah, Nak! Sakit hati Ibu memang sangat dalam,