Takdir
Reynold terlihat sibuk di kantornya, pekerjaan seolah tak ada habisnya, begitu banyak hal yang harus dia kerjakan.
Beberapa kali sekretaris Pete membantu Reynold menyiapkan beberapa berkas yang harus dia tanda tangani. Mereka berdua sama sibuknya, tidak ada waktu sedikitpun untuk sekedar menenggak secangkir kopi yang sudah tersaji di meja, masih utuh dan sudah menjadi dingin.
"Tuan muda, hari ini ada meeting dengan pak William di Hotel Graha jam 11 siang, lalu saya ingatkan lagi nanti sore ada peringatan meninggalnya nyonya Elle dan tuan Alex," sekretaris Pete mengingatkan beberapa jadwal yang hari ini harus dikerjakan oleh Reynold.
"Iya, aku sudah ta
Di bab selanjutnya akan terjadi pertemuan pertama antara Reynold dan Devanka, cerita mulai semakin seru, jangan lupa dukungannya ya 😊
Si cantik"Aldo, jemput saya sekarang," Reynold terlihat berbicara dengan seseorang di telephone, dia adalah Aldo supir pribadinya yang sedang tidak di tempat karena mengantar Monalisa."Baik tuan," jawab Alno singkat.Beberapa menit setelahnya Mobil mewah berwarna biru tua itu telah sampai di depan lobby hotel. Melihat mobilnya sudah siap, Reynold segera melangkahkan kaki menuju ke arah mobil dan bergegas memasukinya. Aldo terlihat mendongakkan kepala, memandang ke kiri dan ke kanan seolah mencari sesuatu."Apa yang kau cari Aldo?" tanya Reynold setelah melihat prilaku aneh Aldo."Sekretaris Pete tuan muda,"
Perbincangan serius "Kakek, aku sudah mengambil bunganya," ucap Reynold ketika memasuki rumah dan bertemu dengan kakeknya. Reynold terlihat meraih tangan kakeknya itu dan menciumnya lembut. "Bisakah aku meminjam seratus lima puluh ribu? Aku naik taxi dan aku tidak memiliki uang cash," lanjut Reynold. "Minta bik Inah untuk membayar tagihan Taximu," perintah kakek Hamzah. "Baiklah kek," ucap Reynold singkat lalu dia berlalu untuk mencari bik Inah. Reynold me
Masih ada rasa"Aldo! Aldo!" teriak Reynold memanggil supir kepercayaannya tersebut."Iya tuan muda," jawab Aldo sambil berlari tergopoh gopoh menghampiri tuan mudanya tersebut."Masuk ke ruangan saya," ucap Reynold sambil berjalan menuju ke arah ruang kerjanya.Di dalam ruang kerja Reynold yang nyaman dengan nuansa putih dan abu abu, Reynold duduk di kursi kerja empuk dengan busa tebal, dia duduk sambil memainkan kursi yang bisa berputar dan bergerak lincah, dia menggerakkan kursinya ke kiri dan kekanan, dia terlihat melihat ke arah Aldo yang sudah berdiri di hadapannya."Aldo, di mana kau antar Monalisa pulang?" tanya Reynold."Maaf tuan muda, no
Salah mengenali"Bibi Rose, hari ini aku tidak bisa bekerja sampai sore, aku akan ke rumah paman Pete untuk menjenguknya," ucap Devanka pada bibi Rose. "Baiklah Devanka, kau harus mengurusnya, dia sendirian," ucap bibi Rose yang sudah sangat mengenal sekretaris Pete. Sejarahnya, dulu sekretaris Pete pernah menjalin hubungan dekat dengan keponakan bibi Rose, mereka hampir menikah, namun Tuhan berkata lain, calon istri sekretaris Pete yang bernama Vivi mengalami kecelakaan dan akhirnya meninggal dunia. Sekretaris Pete sangat terpukul dengan kejadian itu dan itu juga yang membuatnya enggan untuk jatuh cinta lagi atau bahkan untuk menikah, padahal usianya tidak muda lagi. "Bawakan ini untuk sekretaris Pete, dia
SahabatJam menunjukkan pukul 14.30.Devanka berjalan santai menuju ke arah rumahnya. Jaraknya tidak terlalu jauh dari kios bunga bibi Rose dan juga kediaman sekretaris Pete. Di depan rumah Devanka sudah ada pak Lumawi, ayah Devanka. Terlihat berdiri menunggu anak kesayangannya pulang. Dari kejauhan pak Lumawi melambaikan tangan ketika melihat anaknya datang, dia menyambut kedatangan anak gadisnya dengan gembira."Ayah, kenapa di luar? Ayah bisa menunggu Devanka di dalam rumah saja," ucap Devanka seraya meraih tangan ayahnya, menciumnya lembut lalu menjatuhkan pelukan hangat."Tidak apa ap
Gadis istimewaReynold terlihat berdiri di kaca besar yang ada di dalam kantornya, beberapa kali terlihat mengamati wajahnya, membenahi alisnya yang tebal itu, menepuk nepuk pipinya, lalu membenahi rambutnya yang sebenarnya sudah rapi itu. "Tok, tok, tok," terdengar suara pintu diketuk."Masuk!" teriak Reynold tanpa merubah posisi berdirinya. Muncul seorang office boy dari balik pintu, membawa secangkir kopi yang dibawanya menggunakan nampan kayu berbentuk bulat."Tuan muda sedang apa, sampai begitu berkacanya," ucap office boy seraya meletakkan cangkir itu di meja."Paman Ismun, apa aku tampan?" tanya Reynold pada office boy yang sudah bekerja di kantornya sejak kakek
Godaan MonalisaJam menunjukkan pukul 16.30.Reynold masih terlihat sibuk di kantornya, ketidak hadiran sekretaris Pete begitu terasa, Reynold harus mengerjakan semua pekerjaannya sendiri, hanya dibantu oleh Maria, namun tetap terasa berbeda, tidak senyaman jika dia mengerjakannya bersama sekretaris Pete. "Maria, kau tau tempat tinggal sekretaris Pete?" Tanya Reynold kepada Maria yang juga terlihat sibuk, dia membaca beberapa berkas di kursi sofa yang ada di ruangan tuan muda Reynold. "Tau tuan muda, apa mau saya kirim ke handphone tuan muda?" ucap Maria."Iya, kirimkan saja alamat beserta titik lokasinya ke handphone Aldo," pinta Reynold."Baik tuan muda, akan saya kirim," ucap Maria, setelahnya dia te
Tidak hari iniMobil mewah Reynold berhenti di depan toko kue langganan keluarganya, dia terlihat bersiap untuk turun.Pintu mobil dibuka oleh Aldo, belum sempat Reynold menurunkan kaki, gerakannya terhenti, ada beberapa genangan air, sepertinya tadi hujan dan itu membuat halaman toko tersebut sedikit becek dan kotor. "Aldo, kau saja yang masuk ke dalam, beli beberapa cake terenak di toko itu untuk sekretaris Pete, cari cake lembut dengan topping cream," ucap Reynold memberi perintah kepada Aldo."Baik tuan muda," mendengar perintah tersebut, segera Aldo keluar dari mobil dan menuju ke arah toko kue yang cukup terkenal itu. Toko kue langganan kelompok kelas atas.Toko kue Sultan, itu nama tok