Share

6. Disekap

Author: Cheezyweeze
last update Last Updated: 2024-03-14 20:55:17

Tubuh Rose lemas seketika saat menghirup aroma yang ada di sapu tangan tersebut. Tubuh Rose langsung digendong dan dimasukkan ke dalam mobil. Tentunya mobil lain dan bukan mobil milik ayah Rose.

Setelah berjabat tangan dengan Roland, Jeno keluar dari mobil Roland. Dia melangkah mendekati mobil berwarna silver.

"Bawa gadis itu ke villa. Aku masih ada urusan yang ingin aku selesaikan. Suruh beberapa pelayan untuk menjaganya dan kalian berdua tetap berjaga di depan pintu. Paham!"

Kedua pengawal Roland menganggukkan kepalanya. Jeno pun segera masuk ke dalam mobilnya dan segera melaju pergi. Begitu pula dengan kedua pengawal yang membawa Rose. Mereka pun meninggalkan tempat tersebut.

Orang-orang bertubuh kekar itu membawa Rose masuk ke dalam rumah Jeno.

"Cepat bawa dia ke kamarku," perintah Jeno berjalan mengikuti dua pengawalnya.

Dua pengawal itu membawa masuk Rose ke dalam kamar Jeno dan merebahkan tubuh Rose di atas ranjang. Tak lupa mereka mengikat kedua tangan serta kaki Rose. Sungguh pemandangan yang sangat ironis.

"Cepat kalian berdua keluar dari ruangan ini!" perintah Jeno pada kedua pengawalnya. Setelah dua pengawal Jeno keluar, pria itu duduk di samping Rose yang masih belum sadar.

Jeno mencermati lekak lekuk tubuh Rose yang bak gitar spanyol dan tatapan mata Jeno berakhir pada wajah Rose.

"Gadis ini sungguh mempunyai paras yang cantik. Tak hanya itu dia juga punya bentuk tubuh yang begitu indah." Jeno sangat tertegun dengan pemandangan yang ada di depannya. Begitu lama Jeno memandang Rose sampai terlihat Jeno menelan saliva nya beberapa kali. Tangan kanan Jeno terangkat ke atas dan menarik dasi yang melingkar di lehernya. Jeno melonggarkan sedikit karena dia merasa terlalu sesak.

Jeno segera berdiri dari sana dan melangkah mendekati jendela yang terdapat di sisi meja. Jeno merasakan rasa gerah pada saat itu. "Ah, ada apa dengan isi kepalaku dan juga tubuh ini ...." Jeno menoleh ke belakang menatap tubuh yang masih terbaring di sana.

Jeno menarik kursi dan duduk di sana, lalu dia menyandarkan tubuhnya pada headboard. Kedua tangan menyapu rambutnya ke belakang. Jeno menarik napas panjang dan mengembuskannya. Tubuh Jeno bergerak ke depan dan menundukkan kepalanya. Mengangkat kepalanya dan menatap ke depan.

"Gadis itu cantik dan tubuhnya sangat indah. Kenapa ayahnya begitu jahat padanya. Bukankah dia anak perempuan satu-satunya yang dia punya. Ahh, ini semua sungguh meracuniku." Jeno beranjak dari duduknya. Berkali-kali dia menarik napas kasar. Pria itu seperti menahan sesuatu yang sangat besar.

Ya. Jeno sedang menahan hasratnya untuk menggauli tubuh Rose. Hal itu begitu sangat terlihat dari cara Jeno menahannya.

Jeno menoleh saat tubuh bergerak sedikit. "Apa dia sudah sadar?" Jeno mendekat ke sisi ranjang. "Sepertinya belum. Lebih baik aku keluar dari sini. Sepertinya aku lapar dan haus." Jeno melangkah keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ke dapur.

Pria itu mengambil sebotol air mineral dari dalam lemari es dan segera meneguknya beberapa kali. Setelah itu dia sibuk mencari sesuatu. Jeno berjalan ke sana kemari dan tanpa disadarinya sepasang mata tengah memperhatikannya.

"Tuan muda sedang apa di dapur?" Suara setengah parau mengejutkan Jeno.

"Eh, Bibi. Ini ... perutku terasa lapar. Aku sedang mencari sesuatu yang bisa aku makan," sahut Jeno.

"Oh, jadi tuan muda lapar." Wanita berumur sekitar 55 tahun itu tersenyum dan melangkah masuk ke dalam dapur. Wanita yang akrab dipanggil Bibi Maryam membuka lemari dan mengeluarkan sesuatu, lalu dia memasukan sesuatu itu ke dalam microwave.

Tidak butuh waktu lama wanita itu segera menghidangkan semangkuk sup hangat untuk Jeno. "Apakah ini cukup, tuan muda?"

Jeno tersenyum dan mengangguk. "Cukup kok, Bi." Pria tampan itu langsung menyantap sup tersebut. Tidak lupa Bibi Maryam menuangkan air mineral ke dalam gelas dan meletakkan gelas itu tidak jauh dari Jeno. "Terima kasih, bi."

Bibi Maryam menarik kursi dan duduk di depan Jeno. Wanita tua itu memperhatikan Jeno dengan senyuman yang masih mengembang di bibirnya.

"Ini enak sekali, bi," puji Jeno pada wanita tua itu. "Bibi tidak ikut makan?" tanya Jeno.

"Tidak. Bibi masih kenyang," jawabnya.

Jeno begitu lahap menikmati sup hangat tersebut. Pria itu bisa melupakan hasratnya yang tengah menggebu-gebu. Jeno meminum air itu sampai habis dan dia merasa sangat kenyang.

"Terima kasih atas masak malamnya. Hari ini aku benar-benar sangat lelah. Untungnya ada bibi di rumah." Jeno menatap wanita tua yang ada di depannya. Kemudian pria itu terdiam.

"Apa ada masalah, tuan?" tanya Maryam yang melihat perubahan mimik wajah Jeno.

"Hmm ... tidak ada." Jeno beranjak dari duduknya. Dia melangkah meninggalkan Maryam. Namun, Jeno menghentikan langkahnya tepat di depan pintu. Kemudian Jeno membalikkan badannya dan menatap Maryam. "Bi, bisa ikut sebentar."

Maryam mengangguk dan melangkahkan kakinya mengikuti Jeno. Keduanya masuk ke dalam kamar Jeno dan betapa terkejutnya Maryam melihat seorang gadis tergeletak di atas ranjang kamar Jeno.

"Si-siapa dia, tuan muda? Ke-kenapa tangan dan kakinya diikat?" Maryam menatap Jeno.

"Bibi tidak perlu tahu siapa dia. Nanti juga bibi akan mengetahuinya dengan sendiri. Sekarang aku menugaskan bibi untuk menjaga dan mengawasi dia selama aku kerja," pinta Jeno pada Maryam dan wanita itu menganggukkan kepalanya.

"Maaf, tuan muda. Lalu bagaimana dengan tuan muda. Apakah tuan muda akan tidur satu ranjang dengan gadis itu?"

Jeno diam sesaat. Maryam yang paham akan diamnya Jeno tidak mempertanyakan akan hal itu lagi. Wanita itu segera pamit untuk meninggalkan kamar Jeno. Jeno pun tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Kedua mata Jeno masih saja memperhatikan tubuh yang masih terbaring di ranjangnya.

"Kuat sekali obat bius itu. Sampai sekarang dia belum juga sadar," ucap Jeno terlihat agak kesal. "Apa aku harus istirahat di sini saja?" Jeno melangkah dan membuka lemari. Dia mengambil bantal dan selimut dari sana, lalu dia meletakkannya di sofa. "Mungkin lebih baik aku membersihkan tubuhku. Aku tidak bisa tidur jika dalam keadaan seperti ini."

Bergeraklah Jeno menuju kamar mandi. Tangan kanannya memutar kran air dan memastikan air yang keluar dari kran itu adalah air hangat. Setelah itu dia melepaskan semua pakaiannya dan segera masuk ke dalam bath-up.

Bau aroma terapi yang bercampur dengan air hangat itu membuat otak Jeno menjadi fresh. Pikirannya sudah tidak lagi membayangkan hal negatif tentang Rose.

Di saat Jeno tengah asik menikmati berendam air hangat. Di atas ranjang, Rose sudah mulai sadar. Perlahan gadis itu membuka matanya. Dia terkejut mendapatkan dirinya dalam keadaan tangan dan kaki terikat. Rose berusaha untuk melepaskan ikatan tersebut, akan tetapi tali itu terikat sangat kencang. Rose berusaha menenangkan diri dan matanya menyapu seluruh ruangan itu.

"Aku harus bisa melepaskan ikatan ini."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Simpanan CEO Tampan   42. Tawaran Pekerjaan

    Ryan begitu senang dan tidak bisa mengungkapkan kebahagiannya. Dia bahagia bisa hidup bersama dengan Rose. Kini Rose tidak lagi kesepian saat ditinggal Jeno kerja ke kantor.Seperti halnya pagi itu saat Jeno sedang sarapan. Jeno mengutarakan keinginannya untuk mempekerjakan Ryan di kantornya, tapi itu pun dia harus berdiskusi dan meminta izin pada Rose.Rose berpendapat semua terserah Ryan karena Ryan yang akan menjalaninya. Namun, semua kembali ke Ryan dan itu nanti akan dibicarakan bersama setelah Jeno pulang kerja.Setelah kepergian Jeno, Rose pun membereskan rumah dan berniat akan mengunjungi Ryan di rumah kecil di luar sana.Rumah kecil itu masih tertutup rapat. "Sepertinya anak itu belum bangun." Rose memutar kenop pintu dan ternyata terkunci dari dalam."Apa dia belum bangun?" pikir Rose. Kembali gadis itu memutar kenop pintu. "Kenapa harus dikunci segala sih?" keluh Rose mulai kesal pada adiknya sendiri."Kakak, sedang apa di sini?" Tiba-tiba Ryan sudah berdiri di belakang Ros

  • Gadis Simpanan CEO Tampan   41. Kedatangan Ryan

    Satu jam setelah Rose selesai memasak. Gadis itu menunggu pujaan hatinya di ruang tengah. Beberapa kali Rose melangkah ke depan melihat gerbang. Di sana tampak dua orang penjaga sedang berjaga. Rose kembali melangkah ke ruang tengah sambil melipat tangannya di dada. Sesekali melirik jam yang menempel di dinding."Kenapa dia belum pulang?" dengus Rose.Saat mendengar deru mobil masuk, Rose langsung berlari ke depan. Rose kembali terkejut saat melihat siapa yang pertama kali dilihat oleh Rose."Ryan?" ucapnya lirih.Dari pintu sebelah Jeno keluar dan menatap Rose. Jeno tersenyum saat melihat Rose melangkah mendekati Ryan. Sang adik tersenyum dan merenggangkan kedua tangannya."Kak Rose, tidak rindu padaku?" ujarnya.Tanpa diberi aba-aba pun Rose langsung memeluk Ryan. Jeno melangkah mendekati keduanya yang sedang berpelukan. Rose merenggangkan pelukannya dan beralih menatap Jeno."Kenapa kau tidak bilang padaku?" "Aku berniat memberimu kejutan.""Bahkan aku lupa jika aku sedang marah p

  • Gadis Simpanan CEO Tampan   40. Adik Ipar

    "Kau tidak bisa menuduhku begitu saja. Aku bisa menuntut mu," ancam Jeff.Jeno membalikkan badannya menatap Jeff dan juga Paul. "Menuntut ku? Kau memperingatkan ku atau kau sedang mengancam ku? Bagaimana bisa kau menuntut ku?" Jeno memperlihatkan benda pipih yang berpindah tangan dari Sean ke Jeno. Lantas Jeno memperlihatkan sebuah video pada Jeff dan Paul. "Setelah melihat ini, apa kalian akan tetap menuntut ku?" Jeff dan Paul saling pandang. Mereka berdua merasa sangat heran pada pria yang berdiri di depan mereka. Jeff dan Paul merasa jika pria itu sangat ingin melindungi Ryan. "Ryan, kau bayar berapa mereka sehingga mereka seperti melindungi mu?" sungut Jeff pada Ryan. Ryan hanya bisa bengong karena memang dia tidak merasa membayar mereka. Ryan pun tidak mengenal siapa mereka."Jeff, jaga mulut mu itu," titah Martin. Martin paham betul siapa Jeno. Jeno adalah orang kaya nomor satu di kota itu bahkan dia bisa membuat orang menderita dan tersiksa hidup di dunia ini."Kenapa Tuan M

  • Gadis Simpanan CEO Tampan   39. Jeno Turun Tangan

    KLUNTANG!Sebuah benda jatuh ke lantai. Nampan yang dibawa oleh Ryan jatuh dan sajian yang dibawa oleh Ryan berceceran di lantai. Kejadian itu membuat Ryan menjadi pusat perhatian."Ryan, apa yang kau lakukan?" pekik Martin."I-ini ti-tidak seperti yang Anda lihat, tuan," ujar Ryan membela."Maksudmu apa? Jelas sekali ini kesalahanmu," seru Martin."Ti-tidak, tuan. Paul dan Jeff sengaja memasang kakinya agar aku tersandung." Ryan berusaha membela dirinya sendiri."Jangan menyalahkan orang lain. Lihatlah menu makanan yang sudah dipesan oleh pelanggan berserakan di lantai. Siapa yang rugi?" teriak Martin."Sa-ya yang akan mengganti biaya kerugiannya," ujar Ryan sambil menundukkan kepalanya."Huft ... cepat bersihkan lantainya," perintah Martin dengan jari telunjuknya mengarah ke lantai yang penuh dengan ceceran daging."Martin ...," panggil Jeno berjalan mendekati Martin. Martin pun membalikkan badannya dan terkejut melihat Jeno."Ma-maaf Tuan Jeno, atas keadaan yang tidak nyaman ini.

  • Gadis Simpanan CEO Tampan   38. Teguran dari Jeno

    Paul dan Jeff sengaja ingin mengerjai Ryan kembali. Mereka berpikir jika Ryan melakukan kesalahan, Ryan akan kena tegur dan pastinya Ryan akan mendapat komplain dari pelanggan juga atau bahkan bisa dipecat?Hal negatif sudah meracuni otak Jeff dan Paul hingga menggunakan cara licik. Sebenarnya Jeff tidak mengetahui jika Paul juga menaruh hati pada Monica, akan tetapi Paul begitu menata rapi perasaannya. Pria itu sanggup memendam perasaannya begitu lama. Berbeda dengan Jeff yang takut jika wanita yang dia taksir diambil oleh orang lain, makanya Jeff begitu terlihat grusah-grusuh.Paul memberi isyarat pada Jeff saat Ryan masuk ke dapur memberikan sebuah kertas berisi pesanan menu."Dua Beef Wellington." Hans dengan cekatan membuatkan menu tersebut.Melihat hal itu Jeff mendekati Paul. Pria itu membisikkan sesuatu pada Paul dan Paul menggelengkan kepalanya. Jeff pun menjauhkan kepalanya dan mengangkat kedua tangannya. Paul mendekati Jeff dan memegang pundaknya."Jangan gegabah ambil tind

  • Gadis Simpanan CEO Tampan   37. Ulah Paul dan Jeff

    Sean terus memantau Ryan dari jauh. Gerak-gerik yang mencurigakan dari Jeff pun bisa ditebak oleh Sean. Terlebih lagi Paul, Sean bisa membaca cara Paul memanipulasi Jeff. Seakan Paul sedang mengincar sesuatu dari Ryan melalui kelemahan Jeff, tapi apa yang diincar Paul? Sedangkan Sean sendiri belum begitu mengenal Ryan, tapi tuannya sudah menyuruhnya untuk melindungi Ryan. Paul mencengkeram tangan Jeff dengan kuat. Paul pun menggelengkan kepalanya, lalu dibalas dengan isyarat oleh Jeff. "Kalian berdua sedang apa?" tanya Ryan yang tiba-tiba membalikkan badannya dan mendapatkan Paul sedang memegang tangan Jeff. Melihat wajah Ryan, Jeff tidak bisa menahan amarahnya. Jeff merasa jika Ryan tengah bermain-main dengan dirinya. Jeff tidak bisa menahan diri, laki-laki itu mengibaskan tangannya untuk berusaha melepaskan genggaman tangan Paul. Jeff langsung mengarahkan bogem mentah di muka Ryan hingga Ryan tersungkur jatuh dan mulut Ryan mengeluarkan darah. Paul langsung menarik tubuh Jeff m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status