Share

7. Obat Perangsang

Author: Cheezyweeze
last update Last Updated: 2024-03-15 21:43:55

Rose berusaha bangun dari ranjang. Dia menggerakkan kedua tangannya agar bisa terlepas dari ikatan itu, akan tetapi justru membuat pergelangan kedua tangannya merah dan sakit. Rose mencari langkah lain. Dia menggigit tali yang mengikat kedua tangannya. Hasilnya tetap nihil.

"Ini terlalu kuat," keluh Rose. Dia meringis menahan sakit karena perih yang dirasakan pada pergelangan tangan. "Sakit ...."

Sayup-sayup Rose mendengarkan suara gemercik airair. Gadis itu mencari arah datangnya suara itu. Kedua mata Rose tertuju pada sebuah pintu yang tertutup rapat. Rose berteriak agar seseorang mendengarkannya. Jeno yang sudah selesai mandi dan sedang memegang hairdryer untuk mengeringkan rambutnya. Telinganya menangkap sesuatu dan Jeno segera mematikan hairdryer nya. Pria itu bergegas keluar dari kamar mandi.

"Rupanya kau sudah siuman, nona?" Jeno mendekati Rose.

Rose terlihat ketakutan melihat Jeno dengan rambut yang masih acak-acakan. Rose terdiam dan memundurkan tubuhnya.

"Si-siapa kau?" Suara yang keluar dari bibir Rose terdengar sangat bergetar. Jeno tersenyum dan makin mendekat pada sisi ranjang. Pria itu hendak berusaha menenangkan Rose yang terlihat ketakutan. "Pe-pergi dari sini. Ja-jangan dekati aku. A-apa ya-ng kau inginkan dariku hiks ...." Kedua mata Rose berkaca-kaca. Rose mulai menangis tersedu-sedu ketika mendapatkan dirinya berada di tempat yang asing. Rose mulai histeris saat Jeno hendak memegang kakinya. Kemudian Rose menarik kakinya.

"Kau sudah jadi milikku. Kau sudah dijual oleh ayahmu."

"Hiks ... lepaskan aku," ucap Rose memandangi wajah Jeno yang tampan seperti malaikat, akan tetapi berhati iblis.

"Melepaskanmu? Kau sudah jadi milikku dan aku bebas melakukan apapun padamu," ujar Jeno sambil menjepit rahang Rose. Seketika Rose meringis kesakitan. Rose terus menangis sesenggukan hingga membuat telinga Jeno panas. "Diamlah. Aku bisa membunuhmu sekarang jugajuga." Jeno membuka semua ikatan pada tangan dan kaki Rose dengan kasar hingga membuat Rose meringis kesakitan.

"Tuan, tolong lepaskan aku. Aku ingin pulang ke rumah," rengek Rose memohon pada Jeno.

"Tidak bisa sayang dan aku minta maaf. Kau adalah milikku. Kau akan menjadi simpananku karena ayahmu sudah menyerahkanmu padaku." Jeno tersenyum smirk.

Mendengar hal itu Rose menjadi lemas dan semakin kencang menangis. Dia tidak menyangka jika sang ayah akan bertindak nekat hanya demi sebuah harta.

Melihat Rose yang semakin menangis kencang. Tiba-tiba Rose memegang lehernya. Dia merasakan tenggorokannya kering.

"Tu-tuan, bolehkah aku minta air sedikit. Aku haus," pinta Rose.

"Air ... akan aku ambilkan." Jeno melangkah keluar dan dia memutar kenop pintu. Namun, sebelum Jeno meninggalkan kamarnya. Dia mengancam Rose. "Jangan berani kabur dari sini. Jika kau kabur, aku pastikan kau akan mati."

Setelah Jeno hilang dibalik pintu, Rose bergegas turun dari ranjang dan dia berlari menuju pintu. Tangan Rose memutar kenop pintu tersebut.

"Ke-kenapa tidak bisa dibuka? Apakah dia menguncinya?" Rose benar-benar kesal. Dia beralih menuju jendela dan sama saja jendela itu terkunci bahkan Rose tidak bisa membukanya. "Sial. Aku tidak ingin menjadi wanita simpanannya," keluh Rose.

Sementara itu Jeno di dapur tengah memperhatikan air yang sedang dia tuangkan ke dalam sebuah gelas. Sesaat setelah itu Jeno tersenyum miring. Tangannya bergerak mengambil sesuatu dan segera mencampurnya ke dalam minuman tersebut.

Jeno segera kembali ke kamarnya. Jeno membuka pintu kamarnya dan mendapatkan Rose masih duduk dengan menekuk kedua kakinya sambil memeluk kakinya sendiri.

Rose menundukkan kepalanya. Dia tidak berani menatap Jeno. Sedangkan Jeno semakin mendekat dan duduk di sisi ranjang.

"Kau haus?" Jeno menyodorkan segelas air pada Rose.

Rose tampak melirik ketakutan menatap gelas tersebut, lalu dia menatap wajah pria tampan itu. Rose memang sangat haus, tapi dia tidak berani mengambil gelas itu dari tangan Jeno.

"Kenapa kau diam? Bukankah kau haus?" Jeno kembali melontarkan kalimat itu. "Ini minumlah."

Dengan tangan bergetar Rose mengulurkan tangannya dan meraih gelas itu. "Te-terimakasih, tuan." Rose menatap gelas yang ada digenggamannya.

"Cepat minumlah. Mumpung masih hangat. Minuman itu bisa membuat tubuhmu hangat," tegas Jeno.

Rose masih mencermati minuman itu. Tanpa pikir panjang Rose segera meneguk beberapa kali dan dia merasa sangat lega karena rasa haus yang dia rasakan telah hilang. Rose kembali meneguk minuman itu sampai habis. Jeno tersenyum menang. Dia begitu sangat puas karena rencananya berhasil dengan sempurna.

Rose tidak menyadarinya jika minuman yang telah dia teguk itu telah dicampur dengan obat perangsang.

Rose meletakkan gelas itu pada meja yang ada di sisi ranjang, lalu dia kembali mendekap kedua kakinya yang ditekuk. Jeno melirik dengan smirk khasnya.

'Tidak lama lagi kau akan jadi milikku dan tidak satu pun orang yang boleh menyentuhmu.' Jeno berdiri dan duduk di sofa yang tidak jauh dari ranjang itu.

Rose masih terlihat biasa saja. Efek dari obat itu belum bereaksi. Jeno mulai mengajak Rose berbicara untuk mencairkan suasana yang cukup hening pada saat itu. Rose pun mulai menanggapinya. Gadis itu mulai berbicara ngelantur dan Jeno mulai tanggap akan hal tersebut.

"Sepertinya sudah mulai bereaksi," ujar Jeno lirih. Jeno terus memperhatikan Rose.

Rose terlihat merem melek. Terkadang tangannya memegang kepalanya. Rose menggelengkan kepala beberapa kali. Dia merasakan ada sesuatu yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

Tubuh Rose terasa panas. Dia mulai resah gelisah. Tubuh Rose mulai menggeliat di atas ranjang. Sepertinya obat perangsang itu mulai bekerja. Rose tidak bisa mengontrol tubuhnya karena tubuh Rose sudah dikuasai oleh nafsu birahinya yang semakin memuncak.

Melihat hal itu membuat Jeno begitu senang dan bahagia karena malam itu dia bisa berbuat sesuka hatinya pada Rose. Sungguh pemandangan yang begitu sangat erotis. Rose sudah dipengaruhi oleh obat perangsang.

Jeno memiringkan kepalanya dan tersenyum melihat Rose mendesah-desah serta meraba tubuhnya sendiri. Rose menggeliat ke sana dan kemari. Jeno merasa kasihan pada Rose. Jeno bangkit dan mendekat ke sisi ranjang.

"Kau kenapa, sayang?" Jeno mendekatkan wajahnya ke wajah Rose. Rose hanya bisa menggigit bibir bawahnya. Gadis itu merasakan area bagian bawahnya sudah mulai basah.

Melihat hal itu Jeno begitu puas. Jeno masih membiarkan Rose menggeliat kesana kemari. Jeno membiarkan Rose melakukan pemanasan terlebih dahulu.

Jeno hendak beranjak dari sana, akan tetapi tangan kanan Jeno ditahan oleh tangan Rose. Jeno pun menoleh dan menatap Rose. Tatapan Rose menandakan sebuah arti. Rose seperti memohon sesuatu pada Jeno. Rose terus menggigit bibir bawahnya dan tanpa sadar Rose menarik tangan kanan Jeno hingga Jeno jatuh tepat di atas tubuh Rose.

Kedua mata Jeno menatap dalam pada kedua bola mata Rose. Dari tatapan itu Jeno bisa menangkap apa yang diinginkan oleh Rose.

Tubuh Rose menggeliat semakin kuat. Rasa panas itu semakin menjalan sampai pada titik puncak.

"Tu-tuan, aku mohon ...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Simpanan CEO Tampan   42. Tawaran Pekerjaan

    Ryan begitu senang dan tidak bisa mengungkapkan kebahagiannya. Dia bahagia bisa hidup bersama dengan Rose. Kini Rose tidak lagi kesepian saat ditinggal Jeno kerja ke kantor.Seperti halnya pagi itu saat Jeno sedang sarapan. Jeno mengutarakan keinginannya untuk mempekerjakan Ryan di kantornya, tapi itu pun dia harus berdiskusi dan meminta izin pada Rose.Rose berpendapat semua terserah Ryan karena Ryan yang akan menjalaninya. Namun, semua kembali ke Ryan dan itu nanti akan dibicarakan bersama setelah Jeno pulang kerja.Setelah kepergian Jeno, Rose pun membereskan rumah dan berniat akan mengunjungi Ryan di rumah kecil di luar sana.Rumah kecil itu masih tertutup rapat. "Sepertinya anak itu belum bangun." Rose memutar kenop pintu dan ternyata terkunci dari dalam."Apa dia belum bangun?" pikir Rose. Kembali gadis itu memutar kenop pintu. "Kenapa harus dikunci segala sih?" keluh Rose mulai kesal pada adiknya sendiri."Kakak, sedang apa di sini?" Tiba-tiba Ryan sudah berdiri di belakang Ros

  • Gadis Simpanan CEO Tampan   41. Kedatangan Ryan

    Satu jam setelah Rose selesai memasak. Gadis itu menunggu pujaan hatinya di ruang tengah. Beberapa kali Rose melangkah ke depan melihat gerbang. Di sana tampak dua orang penjaga sedang berjaga. Rose kembali melangkah ke ruang tengah sambil melipat tangannya di dada. Sesekali melirik jam yang menempel di dinding."Kenapa dia belum pulang?" dengus Rose.Saat mendengar deru mobil masuk, Rose langsung berlari ke depan. Rose kembali terkejut saat melihat siapa yang pertama kali dilihat oleh Rose."Ryan?" ucapnya lirih.Dari pintu sebelah Jeno keluar dan menatap Rose. Jeno tersenyum saat melihat Rose melangkah mendekati Ryan. Sang adik tersenyum dan merenggangkan kedua tangannya."Kak Rose, tidak rindu padaku?" ujarnya.Tanpa diberi aba-aba pun Rose langsung memeluk Ryan. Jeno melangkah mendekati keduanya yang sedang berpelukan. Rose merenggangkan pelukannya dan beralih menatap Jeno."Kenapa kau tidak bilang padaku?" "Aku berniat memberimu kejutan.""Bahkan aku lupa jika aku sedang marah p

  • Gadis Simpanan CEO Tampan   40. Adik Ipar

    "Kau tidak bisa menuduhku begitu saja. Aku bisa menuntut mu," ancam Jeff.Jeno membalikkan badannya menatap Jeff dan juga Paul. "Menuntut ku? Kau memperingatkan ku atau kau sedang mengancam ku? Bagaimana bisa kau menuntut ku?" Jeno memperlihatkan benda pipih yang berpindah tangan dari Sean ke Jeno. Lantas Jeno memperlihatkan sebuah video pada Jeff dan Paul. "Setelah melihat ini, apa kalian akan tetap menuntut ku?" Jeff dan Paul saling pandang. Mereka berdua merasa sangat heran pada pria yang berdiri di depan mereka. Jeff dan Paul merasa jika pria itu sangat ingin melindungi Ryan. "Ryan, kau bayar berapa mereka sehingga mereka seperti melindungi mu?" sungut Jeff pada Ryan. Ryan hanya bisa bengong karena memang dia tidak merasa membayar mereka. Ryan pun tidak mengenal siapa mereka."Jeff, jaga mulut mu itu," titah Martin. Martin paham betul siapa Jeno. Jeno adalah orang kaya nomor satu di kota itu bahkan dia bisa membuat orang menderita dan tersiksa hidup di dunia ini."Kenapa Tuan M

  • Gadis Simpanan CEO Tampan   39. Jeno Turun Tangan

    KLUNTANG!Sebuah benda jatuh ke lantai. Nampan yang dibawa oleh Ryan jatuh dan sajian yang dibawa oleh Ryan berceceran di lantai. Kejadian itu membuat Ryan menjadi pusat perhatian."Ryan, apa yang kau lakukan?" pekik Martin."I-ini ti-tidak seperti yang Anda lihat, tuan," ujar Ryan membela."Maksudmu apa? Jelas sekali ini kesalahanmu," seru Martin."Ti-tidak, tuan. Paul dan Jeff sengaja memasang kakinya agar aku tersandung." Ryan berusaha membela dirinya sendiri."Jangan menyalahkan orang lain. Lihatlah menu makanan yang sudah dipesan oleh pelanggan berserakan di lantai. Siapa yang rugi?" teriak Martin."Sa-ya yang akan mengganti biaya kerugiannya," ujar Ryan sambil menundukkan kepalanya."Huft ... cepat bersihkan lantainya," perintah Martin dengan jari telunjuknya mengarah ke lantai yang penuh dengan ceceran daging."Martin ...," panggil Jeno berjalan mendekati Martin. Martin pun membalikkan badannya dan terkejut melihat Jeno."Ma-maaf Tuan Jeno, atas keadaan yang tidak nyaman ini.

  • Gadis Simpanan CEO Tampan   38. Teguran dari Jeno

    Paul dan Jeff sengaja ingin mengerjai Ryan kembali. Mereka berpikir jika Ryan melakukan kesalahan, Ryan akan kena tegur dan pastinya Ryan akan mendapat komplain dari pelanggan juga atau bahkan bisa dipecat?Hal negatif sudah meracuni otak Jeff dan Paul hingga menggunakan cara licik. Sebenarnya Jeff tidak mengetahui jika Paul juga menaruh hati pada Monica, akan tetapi Paul begitu menata rapi perasaannya. Pria itu sanggup memendam perasaannya begitu lama. Berbeda dengan Jeff yang takut jika wanita yang dia taksir diambil oleh orang lain, makanya Jeff begitu terlihat grusah-grusuh.Paul memberi isyarat pada Jeff saat Ryan masuk ke dapur memberikan sebuah kertas berisi pesanan menu."Dua Beef Wellington." Hans dengan cekatan membuatkan menu tersebut.Melihat hal itu Jeff mendekati Paul. Pria itu membisikkan sesuatu pada Paul dan Paul menggelengkan kepalanya. Jeff pun menjauhkan kepalanya dan mengangkat kedua tangannya. Paul mendekati Jeff dan memegang pundaknya."Jangan gegabah ambil tind

  • Gadis Simpanan CEO Tampan   37. Ulah Paul dan Jeff

    Sean terus memantau Ryan dari jauh. Gerak-gerik yang mencurigakan dari Jeff pun bisa ditebak oleh Sean. Terlebih lagi Paul, Sean bisa membaca cara Paul memanipulasi Jeff. Seakan Paul sedang mengincar sesuatu dari Ryan melalui kelemahan Jeff, tapi apa yang diincar Paul? Sedangkan Sean sendiri belum begitu mengenal Ryan, tapi tuannya sudah menyuruhnya untuk melindungi Ryan. Paul mencengkeram tangan Jeff dengan kuat. Paul pun menggelengkan kepalanya, lalu dibalas dengan isyarat oleh Jeff. "Kalian berdua sedang apa?" tanya Ryan yang tiba-tiba membalikkan badannya dan mendapatkan Paul sedang memegang tangan Jeff. Melihat wajah Ryan, Jeff tidak bisa menahan amarahnya. Jeff merasa jika Ryan tengah bermain-main dengan dirinya. Jeff tidak bisa menahan diri, laki-laki itu mengibaskan tangannya untuk berusaha melepaskan genggaman tangan Paul. Jeff langsung mengarahkan bogem mentah di muka Ryan hingga Ryan tersungkur jatuh dan mulut Ryan mengeluarkan darah. Paul langsung menarik tubuh Jeff m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status