Percakapan serius antara Key dan seseorang yang dimaksud adalah Riena, pelayan kepercayaan keluarga. Dia yang telah memberi laporan palsu pada pemilik toko roti karena marah pada Djuwira yang dianggap tidak mau membantu Key untuk berpura-pura menjadi tunangannya malam itu.Key tampak mendidih hati ketika mengetahui bahwa seorang wanita berstatus 'pelayan' sudah berani melakukan hal di luar persetujuannya. Ia menutup panggilan tersebut dengan satu ancaman."Semoga Bibi ingat pada kejadian masa lalu tentang sekretaris pribadiku yang sudah lancang menyetujui perjanjian bisnis atas namaku. Kupastikan Bibi juga akan menerima hukuman yang sama," tekannya pada wanita yang sudah gemetar mendengar setiap balasan dari Key."Key, saya minta maaf! Saya melakukan itu karena tahu betapa pentingnya pertunanganmu dengan Nona Sayuri demi memperluas bisnis keluarga Matsumoto," sahutnya mengharap ampunan."Bibi tahu hal yang aku benci, bukan? Memaafkan sesuatu yang tidak bisa kumaafkan." Key memutus pan
Key tidak sanggup tetap berada di ruangan bersama Djuwira yang telah membangkitkan trauma masa kecilnya. "Tolong awasi dan tunggu dokter datang, saya mau keluar dulu," katanya.Gea tercekat mendengar perintah bosnya yang di luar nalar. Key meninggalkan dua beban pada sekretarisnya. Pertama, muntah yang berceceran di lantai dan kedua, wanita asing yang pingsan di sofa.Key melangkah tergesa-gesa tanpa menoleh sedikit pun pada Djuwira. Dia ingin mencari udara segar untuk menghilangkan mual yang masih dirasanya hingga sekarang.Sisi atap perusahaan adalah tempat terbaik bagi Key menjernihkan pikiran yang membawanya mengingat momen tak terlupakan. Momen ketika lahirnya seorang adik perempuan bernama Sasha.Flashback."Papa, adiknya laki-laki atau perempuan?" tanya Key kecil pada Matsumoto, ayahnya."Adik kamu perempuan, Key. Dia sangat cantik seperti mamamu," jawab Matsumoto penuh perasaan bahagia.Mereka belum diperbolehkan masuk setelah proses lahiran karena si ibu dan bayinya sedang dib
"Aku sudah sedikit lebih sehat, Tuan. Terima kasih sudah membantuku sadar," jawab Djuwira.Alis kiri Key menanjak sebentar karena memikirkan ucapan dokter di luar ruangan. "Bukan aku yang melakukannya, tapi dokter Vino," sahutnya."Ya, itu maksudku, Tuan. Hanya saja dokternya sudah pergi, jadi aku sampaikan pada Tuan," balas Djuwira bernada lemah.Key mengangguk. "Dokter menyarankan kau istirahat dan makan makanan yang bergizi karena tekanan darahmu sedang menurun," paparnya meneruskan ucapan Vino.Djuwira menganga terkejut saat mengetahui kalau dirinya kurang gizi. "Maaf, Tuan, tapi saya hanya kelelahan saja, bukan kurang gizi," tepisnya membela diri.Key tersenyum tipis kemudian menaikkan kedua alisnya. "Aku tidak peduli dengan itu. Aku hanya menyampaikan pesan dokter saja. Bayangkan kalau kau pingsan di jalanan, pasti akan merepotkan lebih banyak orang lagi," sanggahnya pula.Djuwira malu sekali karena pesan dokter yang sejujurnya ada benarnya itu. Hanya saja Djuwira takut kalau Ke
Djuwira mengatur napas normal karena sejak beberapa waktu lalu dia bahkan hampir lupa bernapas. Lirikan yang menerkamnya dari arah kanan menyadarkan Djuwira kalau dia harus mengucapkan terima kasih pada preman tersebut."Kak, aku mau ngucapin terima kasih karena udah bantu aku lolos dari mereka," katanya.Pria itu melipat kedua tangan dengan sombong. "Gua heran ngeliat Lu. Baru aja kerja di toko roti, sekarang udah dipecat. Apa Lu gak paham caranya bekerja?" sahutnya menghardik."Bukan begitu, Kak. Ada kesalahpahaman aja sama bos. Jadi, aku kena getahnya." Djuwira tersenyum meringis. "Eh, tahu dari mana aku kerja di toko roti, Kak?" tanyanya heran."Lu kira Gua gak keliling kota ini? Gua pernah lah ngeliat Lu keluar pake seragam toko roti Diamond." Preman itu melengos kesal."Oh, gitu. Ya udah, aku permisi, ya!" Djuwira menunduk sebentar saat melewati pria yang sudah menolongnya itu. Namun, saat dia sudah melangkah hampir 10 meter, pria itu mengatakan sesuatu padanya."Mereka itu anak
"Karena aku mau mencari pengalaman lain, Ayah," jawab Djuwira sambil berjalan menuju dapur untuk membersihkan gelas juga piring kotor yang tersisa. Ia terus menutupi sebisanya agar ayahnya tidak kepikiran.Rinaldi tersenyum. Dia sangat mengagumi putrinya yang sudah memiliki banyak pengalaman, tapi tetap saja ingin mencari lagi. Di mata Rinaldi seperti itu lah Djuwira. Padahal putrinya sedang putar otak keras demi mendapatkan uang lebih."Paman Anto meninggalkan motornya untukmu, Djuwira," ujar sang ayah mengejutkan anaknya."Huh?!" Djuwira langsung menghentikan aktivitas mencuci piring, lalu menyahut ucapan ayahnya. "Paman Anto baik banget, Yah!""Ya, dia pulang kampung dan malas membawa motornya. Lagi pula pamanmu itu banyak uang. Nanti kau ucapkan terima kasih padanya," ujar Rinaldi.Djuwira bersyukur sekali karena dikasih rezeki tak terduga di tengah-tengah keputusasaannya kemarin. Kebaikan paman Anto akan selalu dikenang.Di dalam kamar sebelum tidur.Djuwira menatap kartu nama di
"Celaka! Ternyata Paman Anto tidak mengatakan padanya kalau posisi supir ini digantikan olehku. Bagaimana Ini?" batin Djuwira ikut mengerutkan alis.Djuwira resah karena sudah tahu hal yang tidak disukai oleh Key saat dirinya meminta penjelasan atas fitnah di toko roti Diamond. Dia takut kalau pamannya terkena masalah akibat memasukkannya tanpa konfirmasi."Kenapa tidak kau jawab?!" bentak Key pada Djuwira.Gadis itu menghampiri Key dengan langkah hati-hati. Naik sampai ke anak tangga ketiga kemudian memposisikan diri di bawah Key satu tingkat."Saya mendapat amanat dari Pak Anto untuk menggantikan posisinya karena dia mau pulang kampung," jawab Djuwira formal bernada pelan meski jantungnya sudah berdegup kencang.Key menghela napas berat kemudian membuang wajah ke kanan, tepat ke pos satpam. "Ya, Allah!" serunya geram."Maaf Tuan, apa Anda keberatan saya jadi supir pengganti Pak Anto?" Djuwira mencoba bernegosiasi.Key yang sudah naik pitam itu kemudian melihat jam tangannya. Waktu t
"Gila! kenapa harus dia?!" cetus Key saat mengetahui kalau Djuwira adalah supir yang akan menggantikan Anto mulai hari ini.Perempuan misterius yang awalnya menyita perhatian karena tatapan Djuwira yang menawan hati, perlahan luntur ketika Key mengetahui kalau di pipi gadis tersebut ada tompel sebesar biji Ketapang.Hari itu, ketika malam pertunangan Key dan Sayuri gagal. Key tidak sengaja bertabrakan dengan Djuwira di lobby hotel. Wanita itu merusak ponselnya hingga membuat Key geram. Ekapati Djuwira Ningrat adalah nama yang dia ingat saat membaca name tag yang terpasang di bajunya.Tak pernah dia sangka kalau wanita itu bisa dia temui lagi saat Key merasa kalut melihat acara pertunangan sudah semakin dekat, tapi Sayuri masih tidak bisa dihubungi. Riena adalah sosok pertama yang punya ide menjadikan Djuwira pengganti Sayuri, tapi justru ditolak.Key merasa harga dirinya jatuh sebagai pria tampan nan kaya raya. Dia pun mengusir Djuwira dari ruangan. Namun, perempuan itu malah berniat m
Duar!Bagaikan petir menyambar di siang bolong.Seketika Djuwira terdiam. Berharap pendengarannya bermasalah dan salah menangkap kata-kata yang diucapkan oleh Key. Spontan Djuwira menarik diri dari dinding dan mengenai wajah Key. Bila tidak memakai masker maka bisa dipastikan kalau kedua bibir mereka bertemu satu sama lain.Jantung Key berdegup kencang mendapatkan serangan tiba-tiba dari Djuwira. Tercekat dan terpaku menatap wanita yang menarik diri lagi dengan mata berkaca-kaca."Maafkan saya, Tuan! saya tidak sengaja," pungkasnya kemudian mendorong tubuh Key agar menjauhinya. Djuwira berdiri di tempat yang lebih luas agar bisa bernapas lega.Key menarik napas cepat dan membuangnya dengan keras. "Hampir saja," bisiknya sendiri kemudian berbalik arah. Memasang ekspresi dingin dan cuek seperti tidak ada kejadian."Tuan memecat saya? tapi kenapa, Tuan? apa ada yang salah dalam perjalanan tadi? apa cara menyetir saya tidak enak?" tanya Djuwira tak mampu menahan sedih.Djuwira sedih sekal