Beberapa penduduk tampak berlalu lalang di salah satu bangunan yang ada di pusat Kota Grivendor—Ring De Claire—tempat yang biasa digunakan untuk pertandingan gulat. Seorang pria berpakaian klasik dengan topi fedora panjang dan juga sebuah tongkat di tangannya, sedang berdiri tepat di samping sebuah papan yang bertuliskan dua nama pria yang akan bertarung di pertandingan gulat.
"Pertarungan hari ini, Will Mondrich lawan Billie Gillispie," ucap pria itu pada penduduk yang berlalu lalang.
Sedangkan tidak jauh dari pria itu, terdapat dua orang gadis yang hanya berdiri dan terus melihat ke arahnya. Mereka berdua terlihat gamang dan terus mengamati, seolah sedang berpikir untuk masuk atau tidak.
Seorang gadis terbalut dengan setelan jas pria, topi fedora panjang yang digunakan untuk menyembunyikan rambut cokelatnya yang digulung, serta kumis di atas mulutnya. Sedang yang satunya seorang gadis mungil yang terbalut gaun indah dan pita jaring di rambut pendek
Bella dan Emma kini tengah berada di toko kue langganan yang sering mereka kunjungi, yaitu toko kue milik Madam Kelly. Berbagai macam kue dipajang di dalam lemari kaca model abad pertengahan. Emma memilih tart lemon kecil kesukaannya. Sedangkan Bella justru hanya bergeming dan tidak memilih apa-apa. Gadis itu tidak merasa lapar."Apakah Anda kebingungan memilih kue, Lady? Jika benar, maka biar saya bantu untuk memilihkannya," bisik Emma lirih saat melihat majikannya yang hanya diam saja.Bella seketika beralih menatap Emma, "Ehm ... tidak, Emma. Aku tidak lapar. Kau nikmati saja kue mu dan duduklah di sebelah sana! Pesanlah minuman juga dan nanti kau bisa membayar dengan koin yang ada di kantung putih yang kau bawa. Aku ingin membeli sesuatu terlebih dahulu," ujar Bella yang berpamitan secara tiba-tiba.Emma mengernyit, "Membeli apa, Lady?"Bella berpikir sejenak, "Ehm ... pena bulu angsa. Aku membutuhkan pena baru untuk membalas surat para bangsawan yang
Di bawah kedua manik mata cokelat Bella, terdapat seraut wajah tampan dan tegas seperti matahari, bibir tipis yang memberikan warna cerah di kulitnya yang pucat, alis berbentuk garis tebal legam dan sedikit menyiku di bagian ujung, serta keindahan manik mata yang membuat Bella memaku, yaitu iris mata dengan melanin berwarna biru yang menghanyutkan.Tunggu, wajah itu ... bukankah itu adalah wajah yang begitu mirip dengan Glenn Lucas?! Tanpa sadar, Bella menatap lekat manik mata biru dengan corak yang berkilauan milik pria di bawahnya tersebut. Bella tiba-tiba merasa dibawa mengitari galaksi dengan beratus-ratus biliun bintang dari manik mata itu. Otak cantik Bella kemudian membatin, 'Oh Tuhan! Mengapa tulang selangkanya juga sangat seksi?'Namun tak lama, pria di bawahnya justru menukikkan sebelah alis kala menatap gadis di atasnya yang tiada henti memandangi wajahnya. Bella seketika tersadar dan terperanjat terduduk. Kedua telapak tangan Bella bahkan menepuk-nepu
Bella, Emma, dan si pria berjubah hitam keluar bersama dari toko kue Madam Kelly. Kini, perut ketiganya sudah cukup terisi dengan kue lezat buatan wanita paruh baya tersebut.Ya, Pangeran Glenrhys telah memakan habis semua tart strawberry yang lembut dan telah terlanjur menyentuh lidahnya. Ternyata rasa kue itu sesuai dengan seleranya. Namun, sang pangeran masih terlalu enggan untuk mengakui jika kue lembut itu memang lezat."Kami akan kembali pulang. Kau juga bisa segera kembali ke rumahmu, Tuan. Jika ingin meminta sumbangan, jangan mengikuti orang dari belakang seperti tadi karena itu cukup berbahaya. Kau bisa dianggap seorang penguntit nantinya," tutur Bella panjang lebar sekaligus berpamitan.Namun, si pria berjubah hitam hanya diam. Bella berpikir sejenak hingga tiba-tiba kedua matanya berbinar cerah seolah mengerti mengapa pria di hadapannya hanya diam saja. Gadis itu seketika mengambil sebuah kantung kain putih kecil dan memberikan beberapa keping k
Dua orang pengawal Aurora bersiap menyeret paksa Bella dan Emma yang tengah duduk bersebelahan di semak-semak. Sedangkan Emma segera beranjak berdiri sembari merentangkan kedua tangan untuk melindungi Bella, "Hentikan! Kami bukan pencuri." Emma membuka pita jaring yang menutupi wajahnya, "Aku pelayan di kediaman ini. Dan yang hendak kalian tangkap adalah putri kandung pertama dari Duke Marthin. Apa kalian berani menyentuh Lady?"Dua pengawal itu sontak terkesiap dan seketika mengurungkan niatnya untuk melangkah maju. Begitu juga dengan Aurora dan Pangeran Alex yang seketika mengarahkan pandangan menatap Bella yang masih terduduk dengan pakaian seorang pria lengkap dengan topi fedora dan kumis di atas mulutnya.Bella menghela napas jengah sebelum akhirnya beranjak berdiri. Di detik berikutnya, gadis itu membuka topi fedora di pucuk kepala dan langsung menjatuhkan surai cokelatnya yang sebelumnya tersembunyi. Ia juga melepas kumis palsu di atas mulutnya. Penyamaran
Emma berada di dalam sebuah ruangan dapur yang sepi dan gelap. Gadis mungil itu berlutut di hadapan seorang wanita yang menatapnya dengan tajam. Wanita itu melipat kedua tangan di depan dada dengan sebelah tangan yang terselip cambuk hitam berbahan kulit kuda nil yang menjuntai ke bawah. Tentu saja wanita itu adalah kepala pelayan—Dorothy—yang sedang bersiap menghukum Emma."Ck! Berbalik dan perlihatkan betismu!" Dorothy berucap dingin dengan seringai miring yang tersempil di bibirnya.Tubuh Emma yang sedang berlutut tanpa sadar bergetar tak terkendali. Gadis itu tetap menunduk dan tidak segera berbalik dengan bibir terkatup rapat seiring jarum jam antik yang berdetak di ruang dapur tersebut. Sementara Dorothy menukikkan sebelah alis kala melihat Emma yang hanya diam saja."Apa kau tidak mendengarku? Lima kali cambukan kurasa pantas untukmu."Emma menelan ludah yang terasa serat, "A-apakah hukuman itu tidak terlalu berlebihan, Kepala Pelayan?
Bella mengoleskan salep di betis Emma yang sedang tidur tengkurap. Emma meringis perih kala jemari lentik Bella yang terlumuri oleh benda berbentuk gel itu menyentuh permukaan kulitnya. Sekujur tubuh gadis mungil itu masih tergigil kesakitan dengan wajah memucat.Sedangkan Anna yang berdiri di belakang Bella ikut meringis perih kala mendengar rintihan Emma, "Ehm ... biar saya saja yang melakukan semuanya, Lady. Tidak baik jika Anda berlama-lama di tempat seperti ini," sahut Anna yang ingin menggantikan Bella untuk merawat Emma. "M-maaf, saya hanya tidak ingin ada rumor buruk yang tersebar sebelum satu minggu keberangkatan Anda ke istana. Saya tidak memiliki maksud lain, Lady."Pelayan suruhan Duke Marthin itu sedang menjalankan tugas untuk selalu menjaga dan mengawasi Bella agar tidak terjadi masalah ataupun rumor tidak menyenangkan yang bisa tersebar selama satu minggu ini.Bella menghela napas panjang, "Tidak perlu, Anna. Jika kau begitu mengkhawatirkank
Pria itu menukikkan sebelah alis mendengar kalimat berani yang keluar dari mulut gadis kecil yang baru saja menimpuk kepala botaknya dengan batu. Wajahnya berubah merah menahan amarah. Namun, sejenak ia mengamati penampilan gadis kecil pemberani itu dari ujung kepala hingga ujung kaki.Dengan gaun mewah bawahan mengembang berwarna kuning cerah, pita cantik berhias permata di rambut cokelatnya yang tertata indah, serta sepasang sepatu mahal yang ada di kakinya, tentu saja gadis itu bukan rakyat biasa. Lebih terlihat seperti seorang putri bangsawan. Ya, gadis kecil itu adalah Bella.Seringai miring seketika terbit di bibir si pria botak, "Mengapa aku merebut uang miliknya katamu?" Pria itu mengulang pertanyaan Bella sembari berdecak, "Karena aku ingin. Dan kini, aku juga akan merebut apa yang kau punya. Cepat berikan aku banyak koin emas, gadis kecil! Kau pasti memilikinya bukan?" pintanya sembari membungkukkan tubuh untuk menyejajarkan tubuh di hadapan Bella semba
Tanpa terasa, satu minggu telah berlalu. Hari ini adalah saatnya, yaitu hari keberangkatan Bella menuju istana Kekaisaran Aldovia. Dua buah kereta kuda sedang dipersiapkan. Satu kereta kuda untuk membawa barang-barang yang akan dibawa, dan satu kereta kuda utama yang akan membawa Bella.Ya, Bella memutuskan untuk pergi sendiri dan tidak membawa pelayan dari kediaman Duke Marthin. Padahal, Emma tiada henti terus merengek, merangsek, dan memaksa Bella agar bisa ikut. Namun, Bella tetap dengan tegas menolaknya. Gadis itu terlalu enggan untuk membahayakan nyawa orang lain. Sebab, tidak ada yang tahu bahaya apa saja yang akan menyambut Bella di istana.Bella kini tengah berjalan di lorong mansion untuk menuju kereta kuda setelah berpamitan dengan Liliana. Dengan gaun berwarna soft green, Bella memasang wajah datar sembari berjalan dengan elegan melewati taman. Namun, di taman ia menemui sosok yang tentu tidak ingin ia temui. Dia adalah Aurora yang sedang berjalan-jala