Emma kini berjalan di belakang Bella, masih dengan penampilan acakadul. Rambutnya yang pendek masih terlihat seperti brokoli karena tidak sedikit helaian-helaian yang berdiri. Sementara di depan Bella, terdapat seorang gadis muda yang tampak cukup cantik dengan balutan gaun pelayan istana. Dia adalah seorang dayang istana yang ditugaskan untuk melayani Bella, Carla Marina.
"Ini adalah kamar yang telah dipersiapkan untuk Anda, Lady Bella." Carla menunjuk salah satu kamar mewah nan megah yang ada di paviliun istana. Gadis itu kemudian mengulurkan jemarinya untuk membukakan pintu. Setelah pintu terbuka, ia segera meminggirkan tubuh untuk mempersilakan Bella masuk.
Bella melangkah sembari mengedarkan pandangan. Begitu juga dengan Emma yang berjalan di belakang Bella. Sebuah ruangan yang terlihat lebih megah dan lebih mewah dari kamar yang ada di kediaman Duke Marthin kini terlihat di depan mata.
Bella kemudian mengangguk-angguk kecil sembari berjalan pelan dan
Sore hari di istana Kekaisaran Aldovia. Bella tengah berjalan di taman depan paviliun yang disediakan untuknya dengan gaun putih berenda berhiaskan pita bulat dengan mutiara di bagian tengahnya. Pita tersebut menghiasi rambut cokelat Bella yang dikepang dengan volume cukup renggang. Kini, Bella usai berkeliling istana dan ingin menghirup udara segar yang ada di taman.Sementara di belakang Bella, terdapat Clara yang ikut berjalan untuk mendampingi sekaligus memberitahukan tempat-tempat penting di istana yang harus diketahui Bella. Di sebelah Clara juga terdapat Emma yang berjalan di belakang Bella sembari merentangkan payung untuk melindungi sang putri dari teriknya siang hari kala mereka berjalan-jalan sebelumnya."Sepertinya beristirahat sebentar sambil minum secangkir teh akan menyenangkan," cetus Bella sembari menoleh ke belakang menatap Emma dan Clara.Clara mengangguk, "Baik, Putri. Saya akan menunjukkan meja taman yang biasa digunakan untuk be
Brukh!Bella terjatuh dari atas pohon dengan posisi tubuh tertelungkup. Oh, miris sekali! Pemandangan mengejutkan itu seketika singgah di depan mata pria yang tiba-tiba memekik dan mengagetkan Bella sebelumnya.Namun, suara kekehan justru lolos dari mulut pria tersebut. Ya, pria itu justru terkekeh geli melihat Bella terjatuh dengan posisi menyedihkan bagai seekor cicak tengkurap. Mendengar kekehan yang menggelegar, tentu terasa begitu menyebalkan bagi Bella.Dengan rahang mengetat, Bella mengangkat kepala cantiknya dan menatap tajam pada pria yang sedang tertawa di atas penderitaannya. Pria itu adalah Pangeran Stefan, Pangeran ketiga di Kekaisaran Aldovia.Beranjak berdiri, Bella memasang wajah ditekuk sembari menepuk-nepuk bawahan gaun mengembang dengan kedua telapak tangannya. Tanah dan daun kering menempel cukup banyak di gaun putih yang dikenakan gadis tersebut.Masih dengan wajah bersungut-sungut, Bella menoleh ke arah Pangeran St
"Tentu saja jawabannya adalah iya, Lady. Seorang pria berjubah hitam dan berada di sekitar istana, siapa lagi pria itu jika bukan Pangeran kedua? Dia adalah kakakku." Pangeran Stefan menjawab masih dengan tubuh mematung dan bola mata tertuju pada seorang Pangeran berjubah hitam yang tengah berdiri dan menatapnya dari kejauhan."Apakah dia sekarang akan membunuhku karena berpikir aku akan kabur bersama Anda, Pangeran? Bagaimana jika dia berpikiran pendek dan mengira aku sedang berselingkuh dengan Adiknya?" celetuk Bella melontarkan pertanyaan konyol masih dengan bergumam lirih dan pandangan tertuju pada pria berjubah hitam yang memancarkan aura dingin dan suram di sana.Pangeran Stefan mengernyit dan seketika menoleh ke arah Bella, "Apa yang sedang kau katakan, Lady?"Di detik berikutnya, Pangeran Glenrhys justru membalik tubuh dan melenggang pergi. Ya, Pangeran itu pergi meninggalkan Pangeran Stefan dan Bella yang masih memaku dengan keterkejutannya. Bella menge
Keesokan harinya. Berbeda dengan suasana meriah di aula istana Ratu kala sebelumnya sedang diadakan pesta debutante, kini suasana hening justru menyergap ke seluruh penjuru ruangan tersebut. Hanya ada beberapa orang di dalamnya: beberapa petugas kerajaan yang terpilih, ke empat selir Kaisar yang sedang duduk berjejer, Ratu Cecilia, dan juga Bella yang berdiri di hadapan ke empat selir dan juga Ratu."Selamat datang di istana, Lady Bella." Ratu Cecilia berujar dengan senyuman ramah.Bella mengangguk sembari mengembangkan gaunnya, "Terima kasih, Your Majesty. Suatu kehormatan saya bisa kembali menghadap Anda."Ratu Cecilia memberikan senyuman tulus dan tatapan sendu kepada Bella. Sementara Bella yang melihat tatapan itu merasa sedikit menenang. Ya, hanya senyuman wanita cantik bermahkota itu yang benar-benar terlihat tulus di mata Bella dibanding ke empat selir yang kini juga tengah duduk berjejer dengan senyuman palsu di wajah mereka.Dengan pandanga
Aurora kini telah berdiri di samping Bella dengan senyuman merekah yang sejak awal telah terbit di wajahnya. Sedangkan Bella masih dalam keterkejutannya. Tak lama, petugas kerajaan memberikan sebuah gulungan kertas kepada Ratu. Jemari lentik wanita cantik bermahkota itu pun langsung membuka gulungan tersebut.Ratu akan membacakan tantangan yang sebelumnya telah dirembuk bersama ke empat selir dan akan diberikan kepada Bella dan Aurora sebagai syarat pelatihan sebelum pernikahan mereka dengan Pangeran."Apa kalian sudah siap menjalani pelatihan, Lady Bella dan Lady Aurora?" Ratu Cecilia bertanya untuk memastikan dan memberikan kesempatan jika masih ada yang belum siap. "Jika salah satu dari kalian tidak dapat melakukan misi tantangan, maka salah satu dari kalian hanya akan menjadi selir dari Pangeran yang akan kalian nikahi." Ratu menjelaskan dengan menatap Bella dan Aurora secara bergantian.Sementara maksud dari ucapan Ratu adalah; Bella hanya akan
"A-apa?! Wilayah barat?!" Suara pekikan Emma menggaung di dalam sebuah kamar mewah yang disediakan untuk Bella di istana.Jemari lentik Emma kini tengah memijat punggung mulus Bella yang telanjang; hanya tertutup oleh selembar kain sutra berwarna merah yang membalut bagian dada hingga ujung kaki sang putri tersebut."Bukankah wilayah barat adalah tempat asalmu, Emma?" Bella berujar seraya merebah di atas dipan dengan posisi tubuh tertelungkup. Kedua mata gadis itu memejam sembari menikmati pijatan.Emma terdiam dengan wajah yang berubah murung, "Benar, Lady. Dan wabah itu juga yang telah merenggut nyawa kedua orangtuaku." Gadis mungil itu seketika teringat penyebab kedua orangtuanya meninggal dan dirinya yang diusir dari kampung halaman ketika ia masih kecil dan belum bertemu dengan Bella."Apakah Anda harus benar-benar pergi ke sana? Saya takut jika hal itu justru akan membahayakan keselamatan Anda sendiri nantinya." Emma memperlihatkan seraut waja
Keesokan harinya. Beberapa dayang yang ditugaskan untuk menemani Bella kini tengah hilir mudik lantaran sibuk menata semua keperluan yang akan dibawa ke wilayah barat. Begitu juga dengan Emma. Gadis mungil itu kini juga sedang mengemasi gaun-gaun Bella yang dimasukkan ke dalam sebuah kotak kayu.Setelah selesai memasukkan semua gaun-gaun indah tersebut, Emma beralih mengemasi semua aksesoris dan sepatu-sepatu mahal milik majikannya. Emma tersenyum kecil kala memandangi aksesoris yang jarang sekali digunakan oleh sang putri. Ya, sebab Bella lebih sering menghabiskan waktunya di luar dan menyamar sebagai pria."Emma, cepatlah! Mengapa kau justru tersenyum-senyum sendiri seperti itu? Apa kau baru saja memenangkan lotre?" pekik Bella dari ambang pintu yang sudah siap sedari tadi.Emma terkesiap dan seketika menoleh ke arah Bella, "T-tidak, Lady. Saya hanya sedang mengemasi barang-barang Anda.""Kau tidak perlu membawa banyak karena kita tidak sedang ber
Empat hari yang lalu, kala Pangeran Glenrhys dan Pangeran Stefan berjalan beriringan di taman Kekaisaran Aldovia. Senyuman simpul diam-diam terbit di wajah seorang Pangeran yang tertutup oleh penutup kepala jubah hitam, "Sepertinya kau bisa membuktikan apakah kau benar-benar berguna untukku nantinya atau tidak, Stefan." [1] Pangeran Stefan memiringkan sedikit kepala sembari mengangkat sebelah alisnya, "Maksud Kakak?" "Ada sesuatu yang harus kau lakukan karena dia sudah mulai bergerak." "Dia? Apakah maksud Kakak adalah Pangeran pertama?" "Ya, dia berniat untuk menikahi putri kedua Duke Marthin agar dapat mengikuti misi dari pelatihan." "A-apa?!" Pangeran Stefan sedikit terkejut sebelum akhirnya mengangguk-angguk tidak jelas, "Lalu, apa yang harus kita lakukan?" "Aku mendapat kabar jika pelatihan nanti mereka akan dikirim ke wilayah barat untuk menangani wabah. Aku akan membantunya di sana dengan melakukan penyamaran." "Penyamara