Hawa dingin seketika melingkupi Lana, entah kenapa dia merasa tidak suka setiap kali Kai menyebut soal Yelena. Wajah angkuh yang sangat menyebalkan itu tidak akan pernah bisa Lana lupakan.
“Oh, iya. Bukankah tadi kau bilang ada urusan dengan kepala sekolah? Kenapa malah berdiri di sini untuk menginterogasiku?” tanya Lana, mencoba mengalihkan dari pembahasan soal Yelena.
“Sebagai tunanganmu, bukankah wajar kalau aku perlu tahu siapa saja orang yang dekat denganmu? Karena kalau sampai terjadi sesuatu, orang pertama yang harus bertanggung jawab pada kakekmu adalah aku.”
Lana mengangguk, ucapan Kai ada benarnya juga. Pagi tadi, dia mendengarnya sendiri kalau kakeknya jelas-jelas menitipkannya pada Kai dan meminta pria itu untuk selalu menjaganya.
“Apa dia tahu kalau kau adalah tunanganku?” Lana menggeleng, tidak menyangka Kai akan menanyakan hal itu.
“Bukankah belum ada pengumuman resmi dari kerajaan? Aku hanya
Sudah selesai waktu bermainnya, sayang. Maaf, tapi ini sudah malam, aku harus membawa tunanganku pulang.”Suara Kai menggema dan memecah keheningan di sekitar mereka. Lana menghela napas lega dan menoleh untuk memastikan kalau Kai ada di sana. Tatapan mereka bertemu, ada kelegaan yang jelas terpancar dari sorot mata Lana saat menyadari Kai berada di sampingnya sekarang, menjaganya. Lana berteriak riang dalam hati, seolah dirinya baru saja lolos dari kematian.“Ya, memang sudah malam. Kakek pasti mencariku,” jawabnya dengan senyum yang dipaksakan.Ada getaran halus di suaranya. Membuat hati River berdenyut sakit menyadari Lana merasa takut kepadanya, tapi tidak dengan Kai. Padahal mereka sama saja sekarang ini. Tapi melihat reaksi berbeda yang ditunjukkan Lana membuat rasa sakit di hatinya tidak dapat diungkapkan lagi. Dia menggenggam kedua tangannya di sisi tubuhnya, wajahnya tampak kesal menyaksikan bagaimana Lana tampak nyaman berjalan di sisi Kai, dan membiarkan pria itu melingkar
“Kai, aku tidak sedang akan pergi berkencan,” ujar Lana mencoba memberi penjelasan.“Seorang pria dan wanita keluar malam bersama-sama, menuju suatu tempat yang indah, apalagi namanya kalau bukan kencan?”“Aku mencintaimu, sangat. Apa itu saja tidak cukup untuk membuatmu percaya?”“Aku percaya padamu, tapi tidak dengan putra perdana menteri itu,” akunya jujur.“Memangnya kenapa? Apa yang kau sembunyikan? Kenapa sepertinya kau sangat tidak ingin aku dekat-dekat dengannya meski pun hanya berteman?”“Aku merasa pria itu memiliki aura yang kurang bagus.”“Jadi, selama ini kau menilai orang berdasarkan opini pribadi?”“Bukan begitu, Lana. Sebagai sesama lelaki, tentu saja aku tahu apa yang ada dipikiran pria itu.”“Hm, yasudah kau boleh ikut. Tapi ingat untuk menjaga jarak. Kalau benar River bermasalah, kau bisa langsung datang dan membawaku pergi. Tapi kalau kau salah…”“Aku akan melakukan apa pun untuk menebus kesalahanku,” sahutnya cepat, sebelumnya
“Tidak boleh ada yang mendengar nama Yael di sini,” ucapnya lagi, namun kali ini dengan nada yang lebih rendah. Sepertinya wanita itu menghindari pembicaraannya di dengar oleh orang lain. Dan sayangnya, Lana mendengar hal itu. Dengan sangat jelas. “Yael?” Yelena dan seorang maid yang berada di ruangannya serentak menoleh dan terkejut mendapati Lana yang sudah berdiri di ambang pintu. Yelena bahkan langsung memelototi maidnya karena tidak mengunci pintu dengan benar, yang menyebabkan Lana bisa masuk dengan mudah. “Siapa Yael?” Lana mengulangi pertanyaanya. Sebelah alisnya terangkat ke atas dan kedua tangannya dilipat di depan dada. Lana tampak menunggu jawaban Yelena dengan angkuh. Dia bisa melihat bagaimana tegangnya wajah Yelena sekarang. Terlihat seperti seseorang yang baru saja ketahuan mencuri. “Apa maksudmu? Siapa Yael?” bukannya menjawab, Yelena malah balas bertanya. Dalam kepalanya, Yelena berpikir keras untuk mengalihkan perhatian Lana, atau membuat Lana terdi
Pria itu tampak pucat dengan gigi-gigi yang saling gemeretak, juga kedua tangan yang saling meremas dengan kuat, jangan lupakan keringat dingin yang mengucur deras mengalir melewati pelipisnya.“Kau baik-baik saja?” tanyanya lagi saat River sama sekali tak menggubrisnya.“Sepertinya aku demam, aku mau beristirahat di UKS sebentar,” jawabnya dengan suara bergetar.“Ada yang bisa kubantu?”River mengangkat salah satu tangan ke atas tanpa menoleh sebagai jawaban, menolak Lana untuk ikut campur dalam masalahnya kali ini.“Ada apa dengannya?” Lana masih bertanya-tanya sendirian saat River tiba-tiba bersikap aneh dan pergi meninggalkannya.Lana tidak tahu kalau River sudah terkena racun vampir dan gagal diselamatkan oleh Louise.***“Ah, brengsek. Kenapa virus sialan ini harus kambuh di saat seperti ini. Semoga saja Lana tidak curiga,” umpatnya.River berhasil mencapai gudang academy sebelum taringnya sempat keluar dan terlihat oleh orang lain.“Ak
“Lamaran dadakan, rasanya menyesakkan sekali. Mau berapa kali lagi aku harus menyaksikanmu dilamar oleh pria lain,” Kai mencebikkan bibirnya kesal, lalu bergerak duduk di lantai di sisi sofa.Lana tertawa, lalu dengan cepat menutup mulutnya dengan tangan, takut Kai akan tersinggung dengan responsnya.“Apakah ini sungguh putra kedua Klan Maverick yang dingin dan dominan itu? Atau dewa perang Estrela yang hebat dan tak terkalahkan? Atau… sisi lain Kai Lautner yang baru saja kuketahui,” kata Lana dengan nada menggoda.“Ini adalah pria yang takut kehilangan wanita dan cintanya.”“Kai, serius. Aku baru tahu kau memiliki sisi yang seperti ini. Tapi aku suka, sangat suka. Katakan padaku, dengan siapa saja kau menunjukkan dirimu yang seperti ini?” godanya lagi.“Tidak ada,” Kai membuat wajahnya kesal.“Hebat, itu berarti aku adalah yang pertama yang satu-satunya, benar?”“Tidurlah, sudah malam.”“Kau belum menjawab pertanyaannku.”“Sudah malam, Lana. Tidurlah. Aku juga ingin istirahat.”“Ya y
“Aku akan menjadi penerus kerajaan Estrela.”“Kau serius? Ini bukan sesuatu yang bisa kau putuskan dalam sekejap mata.”Suara Louise meninggi, telinganya hampir tak memercayai keputusan yang baru saja dibuat oleh adiknya.Louise tidak tahu, dia harus senang atau sedih sekarang. Senang karena akhirnya dia tetap bisa menjalani kehidupan bebasnya seperti sebelum-sebelumnya. Sedih karena artinya Kai akan kehilangan impiannya, dan kemungkinan pria itu akan menjalani seperti sebelum-sebelumnya, dingin dan tanpa emosi.“Bukankah kau bercita-cita untuk tinggal dan menetap di perbatasan seumur hidupmu?”“Sekarang sudah berubah, cita-cita itu tidak ada artinya lagi kalau aku harus kehilangan Lana dari sisiku. Aku tidak akan sanggup.”Kai memejamkan mata, dia tidak bisa membayangkan menjalani hidup tanpa Lana di sisinya.“Kau… sudah sangat jatuh cinta pada tuan putri kecil itu rupanya,” Louise mengangguk sekali, matanya menyipit untuk melihat kesungguhan hati Kai.Dan yang Louise tahu, Kai tidak