Kiara Devina, 23 tahun, karyawan magang yang hidupnya sederhana dan nyaris putus asa. Ketika tagihan menumpuk dan ancaman penggusuran menghantui, satu tawaran terlarang datang — dari pria yang seharusnya tak boleh ia dekati. Julian Romanov, 33 tahun. CEO tampan, kejam, dan berbahaya. Baginya, Kiara hanyalah pelarian dari rutinitas dan tekanan, hingga malam pertama mereka membuatnya kehilangan kendali. Ciuman panas, godaan di balik pintu kantor, hingga malam-malam di penthouse mewah membuat Kiara lupa bahwa ia hanya seorang sugar baby — pemuas nafsu yang dibayar mahal. Namun di balik kenikmatan dan hadiah-hadiah mewah itu, perlahan Julian mulai kehilangan arah. Ia menginginkan Kiara sepenuhnya meski itu berarti mengkhianati tunangannya dan mempertaruhkan segalanya. Sementara Kiara, yang awalnya hanya ingin uang, kini terjebak dalam permainan berbahaya antara cinta, hasrat, dan rahasia. Dan ketika api nafsu mulai berubah menjadi obsesi, hanya satu hal yang pasti—seseorang akan terbakar habis.
View MoreKalimat itu membuat Kiara membeku. “Pertunangan?” ulangnya dengan suara pelan.“Ya,” jawab Max. “Sebuah pernikahan bisnis yang sudah lama direncanakan keluarga Romanov. Dan Tuan Julian membencinya.”Kiara menatap ke luar jendela. Lampu-lampu kota berkelebat cepat dan memantulkan warna kuning dan biru di permukaan matanya yang masih basah.“Jadi …,” katanya pelan, “aku hanya alat baginya untuk melarikan diri dari sesuatu yang dia tidak mau?”Tidak ada jawaban dari Max. Hanya keheningan yang tebal di antara mereka. Tapi diam itu sudah cukup menjelaskan segalanya.Kiara menunduk dan memejamkan matanya. Sebuah rasa pahit merayapi tenggorokannya.Dia telah menjual dirinya bukan untuk cinta, bukan untuk harapan, tapi untuk menjadi pelarian seorang pria yang bahkan tidak mengenalnya.Namun, di balik semua itu, dia tahu: keputusan itu menyelamatkan ibunya. Dan mungkin itu satu-satunya alasan yang bisa membuatnya tetap kuat.Mobil berhenti di depan gedung tinggi berlapis kaca, Romanov Tower —
Beberapa menit kemudian, Kiara tiba di halaman rumah sakit.Ia berlari kecil menuju bagian administrasi sambil memeluk tasnya erat-erat agar tidak basah.Napasnya terengah-engah, rambutnya berantakan, tapi dia tidak peduli dengan penampilannya. Yang penting, ibunya harus tetap hidup.Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti ketika seseorang memanggil dari belakang.“Kiara.”Kiara menoleh dengan cepat. Napasnya tercekat ketika melihat sosok pria jangkung dengan jas hitam berdiri di bawah naungan payung besar.Wajahnya familier — rapi, tenang, dan terlalu profesional.“Tuan Max?” Kiara bergumam dan sedikit terkejut. “Kenapa Anda ada di sini?”Max menatapnya dengan ekspresi datar tapi sopan. “Tuan Julian memintaku untuk memastikan semuanya berjalan dengan lancar.”Kiara membeku. Seketika hatinya mencelos. “Maksud Anda … Anda mengikutiku?”“Perintah langsung dari Tuan Julian,” jawab Max dengan tenang.Kiara langsung menghela napasnya mendengar ucapan Max tadi.Dalam hati, Kiara menggerutu. ‘J
Detik berdetak begitu lambat bagi Kiara, namun waktu sebenarnya berlari tanpa belas kasihan.Begitu Julian meninggalkan meja dan berdiri menghadap jendela lagi, ponsel Kiara yang tergeletak di pangkuannya bergetar keras.Layar menyala dan menampilkan pesan dari dokter yang membuat seluruh darahnya seolah berhenti mengalir.“Nona Kiara, mohon maaf, tapi kami harus mencabut alat bantu pernapasan ibu Anda malam ini jika pembayaran tidak segera dilakukan. Kami menunggu keputusan Anda.”Tangannya gemetar hebat. Pandangannya kabur. Pesan itu seperti hukuman mati bagi ibunya—dan bagi dirinya.Tubuhnya kehilangan tenaga, hingga ponsel itu hampir terlepas dari genggamannya.“Tidak, jangan sekarang,” bisiknya dengan suara serak.Air matanya kembali mengalir membasahi pipinya yang pucat. Ia mencoba mengetik balasan, tapi jari-jarinya gemetar hebat.Julian yang berdiri tak jauh darinya akhirnya berbicara. “Sudah aku bilang, kau tidak punya banyak waktu, Kiara,” ucapnya dengan tenang tapi menyayat
Waktu sudah menunjuk angka delapan malam.Malam itu kantor Romanov Group sudah sepi. Lampu-lampu di lantai 45 menyisakan hanya satu ruangan yang masih menyala—ruang kerja Julian Romanov.Kiara berdiri di depan pintu kaca itu dengan jantung berdetak cepat. Jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul delapan tepat, sesuai dengan perintah pria itu.Tangannya sedikit bergetar saat mengetuk pelan.“Masuk,” suara berat dan datar terdengar dari dalam.Kiara menarik napas panjang sebelum membuka pintu. Ruangan itu tampak luas, dindingnya kaca, dan memperlihatkan panorama langit malam kota.Di balik meja besar dari marmer hitam, Julian duduk dengan tegak tengah memeriksa beberapa berkas dengan wajah tanpa ekspresi.Ia tidak langsung menatap Kiara, hanya berkata tanpa mengangkat kepala, “Duduk.”Kiara menurut. Tapi, jantungnya seolah ingin meloncat keluar dari dada.Rasanya sulit bernapas di bawah tatapan pria itu, bahkan sebelum dia memulai pembicaraan apa pun.Beberapa menit berlalu dalam
Kiara duduk di salah satu kursi bar tinggi sambil menghadap jendela besar. Dari sana, dia bisa melihat langit yang tampak mendung, awan kelabu menggantung rendah di atas gedung-gedung tinggi.Pemandangan yang biasanya menenangkan kini justru membuat hatinya terasa semakin berat.Tangannya terangkat lalu menutup wajahnya yang dingin dan basah oleh air mata.Dia lalu menarik napas dalam-dalam, tapi suara isaknya tetap lolos pelan. “Kenapa aku begitu bodoh,” gumamnya lirih.Pikirannya semakin kacau. Setiap bayangan kejadian tadi menari-nari di kepalanya dan mempermalukannya berulang kali.Suara tumpahan kopi, tatapan kaget para staf, dan suara dingin Julian yang menyuruhnya keluar—semuanya seperti pisau yang mengiris hatinya perlahan.Tapi lebih dari rasa malu, yang paling menakutkan adalah konsekuensi dari semua itu.Pekerjaan ini adalah satu-satunya hal yang menahannya dari kehancuran. Tanpa gaji, tanpa pekerjaan, dia tidak akan bisa membayar rumah sakit.Dan jika ibunya dipulangkan, K
“Kalau pembayaran tidak dilakukan besok, kami terpaksa harus menghentikan pengobatannya dulu, Nona Kiara.”Kata-kata itu seperti pisau tajam yang mengiris jantungnya tanpa ampun. Dunia Kiara Devina seolah berhenti berputar sesaat. Napasnya tersangkut di tenggorokan, dadanya sesak, dan telapak tangannya yang dingin bergetar hebat.Ruangan putih rumah sakit yang biasanya menenangkan kini terasa seperti penjara dingin yang perlahan menghimpit dari segala arah.Dokter di hadapannya menatapnya dengan ekspresi canggung—antara iba dan profesionalitas yang harus dijaga. Tapi bagi Kiara, kata-kata barusan terdengar seperti vonis mati.Ia memalingkan pandangan, tak sanggup menatap wajah sang ibu yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.Tubuh wanita itu tampak semakin menyusut, pipinya tirus, dan napasnya teratur pelan-pelan melalui selang oksigen. Infus yang menancap di tangan kirinya membuat hati Kiara mencelos setiap kali menatapnya.Air mata menetes tanpa izin, jatuh di ujung dagunya. Ha
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments