“Kau,” Louise mengangkat sebelah alisnya, lalu menarik salah satu sudut bibirnya.
“Menarik. Sepertinya adikku itu benar-benar memiliki saingan sekarang,” Louise mengedikkan bahu, lalu menyeringai menatap kepergian River.
***
“Kenapa kau membawaku ke sini?” tanya Lana, matanya berkeliling untuk mengamati taman bermain di depannya yang tampak sepi.
“Untuk bermain, sudah lama sekali aku tidak ke sini,” jawab Louise dengan wajah tersenyum.
“Kau? Suka pergi ke taman bermain?” Lana meragukan kebenaran perkataan Louise.
“Dulu… ya. Tapi sejak sibuk menjadi bagian dari kerajaan, aku sudah jarang pergi ke sini.”
“Cih, memangnya apa yang kau sibukkan? Kakekku saja bilang kau hanya tahu bersenang-senang selama ini,” Lana melirik dengan pandangan sinis yang dibuat-buat pada Louise.
“Serius, ini adalah salah satu tempat pelarianku bersama kedua a
“Lana, aku berani bersumpah tidak melakukan apa pun. Semalam aku memang mabuk, tapi kupastikan kalau kita tidak melakukan seperti apa yang kau pikirkan,” Louise mengangkat untuk menenangkan Lana.“Jangan sentuh aku! Nyatanya sekarang kita berada di sini, di ranjang yang sama, dan dalam keadaan yang… astaga apa yang sudah kau lakukan, Louise!” teriakan frustasi Lana menggema ke seluruh ruangan.“Sekarang aku harus bagaimana? Kehormatanku—” Lana menutup wajahnya, menangis.Louise mengulurkan tangan untuk menyentuh gadis itu, namun kemudian mengurungkan niatnya. Dia lalu meraih ponselnya di atas nakas di samping ranjang untuk menghubungi seseorang.“Halo” suara Julian terdengar di seberang telepon.“Kau di mana?” tanya Louise.“Aku di istana, sedang siap-siap ke akademi. Ada apa?”“Semalam kau pulang pukul berapa?”“Sekitar pukul sebelas, Kai menyuruhku pulang lebih dulu karena katanya ada yang ingin dia bahas denganmu.”‘Sepertinya ini memang disengaja,’ batin Louise kesal.“Baiklah, te
Dia tidak terkejut kalau Kai dan Louise yang melakukannya, tapi Julian? Kalau kejadian itu terjadi lima tahun yang lalu, bukankah seharusnya usia pria itu masih minor?“Kami tidak menua, Lana,” ucap Louise akhirnya.“Ya, aku menjadi seperti sekarang saat berusia 22 tahun, jadi selamanya aku akan selalu berusia 22 tahun,” ujarnya dengan bangga.“Jadi lima tahun yang lalu, usiamu juga 22 tahun? Sama sepertiku? Tapi aku menua, wajahku dulu dan sekarang terlihat berbeda,” Lana merengut, merasa kesal dengan perbedaan di antara mereka.“Hahaha, kau adalah seorang halfblood, Lana. Meski pun setengah vampir, tapi setengahnya lagi kau juga seorang manusia. Wajar kalau kau juga menua meski pun lambat,” Kai tersenyum, berusaha meredam kekhawatiran tunangannya itu.“Jadi itu berbeda, ya?”“Ya.”Kali ini Kai mengangguk dengan yakin. Dia berusaha menjelaskan pada Lana
“Kau,” Louise mengangkat sebelah alisnya, lalu menarik salah satu sudut bibirnya.“Menarik. Sepertinya adikku itu benar-benar memiliki saingan sekarang,” Louise mengedikkan bahu, lalu menyeringai menatap kepergian River.***“Kenapa kau membawaku ke sini?” tanya Lana, matanya berkeliling untuk mengamati taman bermain di depannya yang tampak sepi.“Untuk bermain, sudah lama sekali aku tidak ke sini,” jawab Louise dengan wajah tersenyum.“Kau? Suka pergi ke taman bermain?” Lana meragukan kebenaran perkataan Louise.“Dulu… ya. Tapi sejak sibuk menjadi bagian dari kerajaan, aku sudah jarang pergi ke sini.”“Cih, memangnya apa yang kau sibukkan? Kakekku saja bilang kau hanya tahu bersenang-senang selama ini,” Lana melirik dengan pandangan sinis yang dibuat-buat pada Louise.“Serius, ini adalah salah satu tempat pelarianku bersama kedua a
“Ah, maaf,” Julian tersenyum kaku sembari menggaruk belakang kepalanya.“Tapi sudahlah, itu sudah berlalu. Lagi pula kau sudah minta maaf dan menyadari kesalahanmu. Jadi lupakan saja.”“Terima kasih, Lana. Dan… satu hal lagi,” Lana mengerutkan kening menatap Julian yang duduk di sampingnya.“Soal Kai, apa kau sungguh tidak memiliki perasaan apa pun pada kakakku?”“Sudah kukatakan itu adalah privasiku. Kenapa ingin tahu sekali?”“Karena kau menolakku. Kupikir itu pasti karena kau menyukai kakakku. Tapi dia malah mengijinkanku untuk mendekatimu.”Lana menelan salivanya susah payah. Untuk kenyataan satu itu memang menyebalkan bagi Lana. Dia tidak habis pikir Kai bisa melakukan hal seperti itu. Atau—mungkin pria itu memang tidak pernah menyukainya?‘Jadi rasa cintaku ini memang bertepuk sebelah tangan, ya,” batin Lana pilu.Dia menunduk
“Tentu saja, tidak. Perlakuanmu padanya jelas menunjukkan kalau kau menganggapnya hanya sebatas teman, sama sepertiku.”Lana mengangguk setuju. Meski pun River selalu bersikap baik padanya dan tidak pernah mempermasalahkan soal status sosial mereka, tapi tetap saja Lana tidak bisa menganggapnya lebih dari seorang teman biasa. Dan itu berlaku hingga sekarang.“Kau benar, aku dan River memang berteman, tidak lebih. Sementara aku dengan Kai—” Lana menggantung kalimatnya.“Kau mencintainya,” sambung Layla.“Ya. Aku tidak sadar sejak kapan perasaan ini muncul dan bertumbuh semakin dalam. Sampai pada titik sekarang ini, saat aku mengetahui ada wanita lain di hatinya, dadaku rasanya sesak dan sakit. Apa itu aneh?”Layla menggeleng.“Tidak ada yang salah dengan kau mencintai tunanganmu sendiri. Hal yang wajar juga kalau kau merasa cemburu, itu sangat manusiawi. Kalau aku jadi kau, aku pasti
“Kau gila! Mau sampai kapan kau membiarkannya salah paham? Dan sampai kapan juga kau akan bertahan menyakiti hatimu sendiri seperti ini?” kesabaran Louise hampir habis menghadapi sifat keras kepala adiknya.‘Aku mencintainya, tapi sepertinya takdir tidak berpihak pada kami,’ kata hati Kai.“Setidaknya agar dia tidak terluka,” ucap pria itu akhirnya, mengabaikan suara hatinya yang memilukan.“Dia sudah terluka, bahkan patah hati sebelum maju.”“Maksudmu?”“Kau tahu apa maksudku,” Louise menepuk bahu Kai penuh penekanan sebelum meninggalkan lorong kamar Lana.“Tidak mungkin,” ucap Kai mencoba menolak kenyataan.‘Lana tidak mungkin memiliki perasaan terhadapnya, kan?’Pria itu hanya bisa memandangi pintu kamar Lana yang tertutup rapat. Merasa bersalah karena tidak dapat melakukan apa pun untuk gadis itu.***“Kenapa