Share

Surat Kesepakatan

Author: Sanskerta
last update Huling Na-update: 2022-01-20 23:07:23

Setelah kepergian para orang tua, kini tinggallah Pram dan Rachel dalam ruangan selebar itu. Rachel bingung akan melakukan apa karena barang-barangnya sudah ditata oleh mamanya.

"Kita bicara sebentar bisa?"

Pram yang berjalan di belakangnya berbicara, membuat Rachel berbalik menoleh ke arahnya.

"Tentang?"

"Kesepakatan."

Rachel pun mengangguk. Iya, harus ada kesepakatan di antara mereka, agar dosen itu tak semena-mena. Ya ... meskipun yang berpotensi untuk semena-mena adalah dirinya sendiri.

Pram menuju sofa yang tadi diramaikan oleh keluarganya.

Setelah Rachel duduk, Pram mengeluarkan dua lembar kertas HVS lengkap dengan bolpoin yang dia ambil dari bawah meja.

"Tulis hal-hal yang kamu ingin sepakati dengan saya. Saya juga akan menuliskannya."

Rachel mengangguk tanpa bertanya lagi, dia pun segera menulis semua hal yang ada di kepalanya. Begitu pun dengan Pram.

Setelah sepuluh menit saling menulis,  akhirnya mereka bertukar lembar.

"Ladies first," ujar Pram mempersilakan Rachel untuk membaca tulisannya.

1. Pihak kedua wajib menuruti semua perkataan pihak pertama.

Rachel mengernyit ketika membaca tulisan pertama.

"Pihak pertama saya?"

Pram menggeleng. "Tentu saya."

Rachel menggeleng. "Saya enggak satuju."

Pram melipat tangannya ke depan dada. Tak hanya itu, dia menumpukan satu kakinya ke atas kai satunya.

"Why? Kamu enggak lupa tujuan kamu berada di apartemen saya bukan?"

"Tapi kalo Bapak minta yang macem-macem gimana?"

Pram tersenyum miring, senyum yang beda seperti biasa pria itu pamerkan. Sepertinya Rachel sedang berhadapan dengan iblis berwajah tampan.

"Emangnya saya mau minta apa dari kamu? Uang saya banyak loh."

"Ya, sapa tahu Bapak tergiur sama tubuh saya," gerutu Rachel yang membuat Pram terkekeh penuh ejek.

"Saya? Memang kamu sebagus apa? Sudah sebagus Kendall Jenner belum? Jangan ke-ge-er-an, ya. Saya nggak nafsu sama bocil."

Wah, pria itu merendahkan Rachel.

"Enggak nafsu, tapi pas di lift, tuh, junior bangun."

Pram tak terlihat terkejut. Pria itu masih terlihat seperti biasanya, pembawaan yang tenang.

"Itu accident. I'm sorry for that. Tapi bukan berarti saya nafsu karena kamu."

Rachel mengedikkan bahunya. "Saya sumpahin Bapak tergila-gila sama saya, mampus."

Pram gantian yang mengedikkan bahunya. "Saya berharap kamu tidak tergila-gila dengan saya."

"Pede benner," celetuk Rachel sebelum kembali membaca kesepakatan dari Pram.

2. Wajib mengikuti semua peraturan di apartemen pihak pertama.

A. Wajib bersih-bersih, memasak dan segala pekerjaan rumah.

B. Wajib bangun pagi dan olahraga.

"Maksudnya gimana ini, Pak?" tanya Rachel dengan menunjukkan poin kedua.

"Mama kamu berpesan agar kamu mencontoh hidup saya. Dari bangun tidur sampai tidur lagi. Setiap pagi, saya akan pergi nge-gym atau jika hari libur saya akan lari pagi. Setelahnya saya akan memasak dan bersih-bersih. Setelahnya baru kamu bebas melakukan apa pun."

"Olahraha masih oke. Tapi ... bersih-bersih? Memasak? Saya enggak bisa. Pake jasa cleanning service ajalah, Pak."

"Kalo begitu, gunanya kamu ada di apartemen saya apa kalo sikap kamu sama aja kayak di apartemen sebelumnya. Kamu kira saya nggak mampu bayar jasa itu?"

"Tapi saya memang enggak bisa."

"Saya ajari."

"Gosong makanannya, mampus," gerutu Rachel sembari lanjut membaca tulisan Pram.

3. Dilarang membawa orang lain ke apartemen pihak pertama.

Rachel menyanggupi itu.

4. Dilarang menyebarkan perihal kesepakatan ini kepada siapa pun dan sampai kapan pun meski masa tinggal pihak kedua sudah selesai.

5. Dilarang menyukai pihak pertama

6. Dilarang mencampuri urusan pihak pertama, tapi pihak pertama wajib mencampuri urusan pihak kedua jika dirasa menyimpang.

Rachel menyetujui itu semua, dia pun menandatangani surat itu. Sebenarnya dia ingin protes masalah peraturan yang keenam, tetapi Rachel tahu bahwa dia yanh akan kalah. Jadi dia diam saja.

Kini gantian Pram yang membaca surat kesepakatan dari Rachel.

1. Dilarang skin-ship.

2. Dilarang semena-mena.

3. Dilarang mengatur hidup saya.

Pram mencoret peraturan nomor tiga, membuat Rachel protes.

"Saya berhak ngatur kamu, karena itu tujuan orang tua kamu menitipkan kamu di sini selama sebulan."

Rachel ingin kembali mendebat Pram, tetapi pria itu mengulurkan tangannya isyarat agar Rachel tak lagi berbicara.

4. Dilarang membawa orang lain selama saya di sini.

Pram kembali mencoret itu.

"Ini apartemen saya. Terserah saya."

5. Dilarang menaruh perasaan pada saya.

Pram memutar bola matanya ketika membaca itu. Dalam hatinya, siapa juga yang akan suka pada bocah seperti Rachel.

6. Semua hal ini hanya rahasia berdua.

Pram pun langsung menandatangani itu. Dia menyutujui semuanya.

Dia mengulurkan tangannya sebagai bentuk kerja sama dengan wanita muda itu.

"Senang bekerja sama dengan Anda," ujar Rachel yang tak ditanggapi oleh Pram. Pria itu hanya menyalaminya.

Melihat tanda-tanda percakapan yang telah usai, Rachel pun bangkit untuk menuju kamarnya. Namu sebelum itu, Pram memanggilnya.

"Ini uang saku kamu untuk besok."

Pram mengulurkan tiga lembar seratus ribuan pada Rachel, membuat wanita itu mengerutkan keningnya.

"Maksudnya? Bapak kira saya enggak punya uang?"

Pram menunjukkan dua kartu tempat uang wanita itu bertumpuk. "Mama kamu meminta saya menjatah uang harian kamu."

Rachel melotot, dia pun segera berlari ke kamarnya dan melihat dompetnya. Dua kartunya tak ada di sana. Sumber di mana dia bisa foya-foya.

Dengan amarah yang di ubun-ubun, Rachel berjalan keluar dengan menghentak-hentakkan kakinya.

"Mana kartu ATM saya?" tanya Rachel sembari mengulurkan tangannya.

Pram menggeleng. "Uang kamu, saya yang pegang. Kalau kamu berlaku baik dan nurut dengan perkataan saya, maka uang kamu akan naik seiring itu."

"Tapi enggak tiga ratus juga, Pak. Mana cukup untuk sekali makan ini."

Pram menggeleng lagi. "Kamu sarapan di sini. Siangnya kamu bisa makan seharga seratus ribu. Lalu sisanya kamu pakai untuk ojek online pulang pergi. Malamnya makan di apartemen lagi."

Rachel menatap Pram dengan tak percaya. "Bapak kira ini generasinya Bapak? Sekarang udah beda zaman, Pak. Segitu mana cukup?"

Pram tak mahu tahu.

"Saya sehari tiga kali makan itu biasanya tiga juta Pak! Kalo tiga ratus ribu mana cukup!"

"Nah, itu yang perlu kamu perbaiki. Sifat boros kamu itu."

Rachel menggeleng dengan teguh. "Bapak bukan siapa-siapa saya. Jangan ikut campur masalah keuangan saya," ujar Rachel sembari terus mengulurkan tangannya.

Pram masih menggeleng.

"Pak!"

"Mau turun ke dua ratus lima puluh?"

"Maksudnya?"

Pram mengangkat bahunya acuh.

"Pokoknya kembaliin ATM saya!"

"Dua ratus ribu."

Rachel menyadari bahwa yang diucapkan Pram adalah potongan untuk sangunya.

"Semakin kamu mendebat saya, semakin saya potong uang saku kamu."

"Ih kok gitu?!"

"Seratuh lima puluh ribu."

Rachel menghentakkan kakinya lalu berbalik ke arah kamarnya.

"TAU AH!"

BRAKK

Pintu pun menjadi sasaran kekesalan dari Rachel.

Pram yang melihat itu hanya tersenyum tipis.

"Anak kecil, anak kecil," ujarnya disertai gelengan kecil dan kekehan darinya.

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Gairah Cinta Tak Memandang Usia   Perkara McD!

    Di pagi hari, seperti biasa Rachel akan dibangunkan oleh Pram untuk olahraga, bersih-bersih dan memasak.Hari ini Pram berangkat kerja siang, jadi Pram sedikit lembut pada Rachel dan tak memburu-burunya."Pak, hari ini beli McD, ya?"Rachel berucap ketika mereka telah selesai membersihkan seluruh penjuru apartemen itu. Pram merupakan orang yang teliti, di waktu seperti ini, pria itu biasa membersihkan apartemennya lebih intens daripada hari-hari biasanya, apalagi ketika hari libur, membuat Rachel jengkel setengah mati. Dia yang selalu ogah-ogahan mengerjakan sesuatu dituntut untuk ikut bersifat teliti dan sungguh-sungguh seperti dosennya itu. Jika tidak, you know-lah apa yang akan terjadi. Sangunya diancam akan semakin menipis. Ya ... meskipun selama beberapa hari itu ancaman Pram tak pernah terjadi. Namun Rachel tetap berhati-hati, uangnya tak cukup untuk apa pun, tetapi masih akan dipotong. Ke lau

  • Gairah Cinta Tak Memandang Usia   Panas, yaaaa?

    Rachel membersihkan dirinya setelah dipaksa Pram menata segala belanjaannya. Tak hanya itu, Pram sekaligus menyuruh Rachel membersihkan kamarnya. Tentu dengan pengawasan dosennya itu karena jika tak begitu, maka seluruh area kamarnya tak sebersih itu sekarang. Lihat, bahkan keranjang baju kotornya saja bersih karena Pram ingin Rachel mencuci bajunya detik itu juga.Setelah selesai membersihkan diri, Rachel menatap jam di dinding. Sudah pukul tujuh malam. Tak terasa, ternyata Rachel menghabiskan satu jam sendiri untuk memanjakan tubuhnya.Sembari menelepon Bayu, Rachel sembari memakai skincare malamnya. Katanya, rangkaian perawatan wajah lebih efektif saat dipakai pukul sembilan malam. Namun, jika nanti-nanti maka Rachel akan malas. Jadi, Rachel memakai skincare-nya se-mood hatinya saja. Untung saja tetap memberi efek bagus pada kulitnya."Bi, nginep sini, yuk. Besok aku libur k

  • Gairah Cinta Tak Memandang Usia   Om-Om Kece

    Pertemuan tadi mengantarkan Pram pada suasana pembulian di antara teman-temannya. Namanya yang terus suci—meski dia tak sesuci itu, jadi tercoreng. Di sana rasanya Pram ingin melahap Rachel hidup-hidup. Apalagi ketika melihat wajah mahasiswanya itu yang terlihat tanpa dosa setelah mengatakan hal fitnah.Kini, Pram dan Rachel beserta enam pria dewasa tadi memilih untuk berkumpul di salah satu kios restoran untuk mengisi perut mereka di siang hari itu."Ketemu di mana sama ini om-om renta?"Raka, sahabat Pram dengan kemeja biru dan celana putih tadi yang bersuara.Pram tak terima dituakan, meski memang umurnya hampir menuju angka empat. "Gue renta, lu apaan? Fosilnya renta? Inget, baru kepala empat lo. Jan belagak masih kepala tig

  • Gairah Cinta Tak Memandang Usia   Makanya Jangan Nantang!

    Setelah dari market meski dengan wajah masam, Pram masih mau mengantar Rachel ke mal untuk membeli skincare. Mungkin dosennya itu malas berhadapan dengan drama-drama yang akan dibuat Rachel."Ambil sebutuhnya aja," peringat Pram yang membuat Rachel merotasikan bola matanya."Iya, iya Pak! Harus berapa kali lagi sih ngomong gitu.""Kamu orangnya boros! Makanya harus diingetin terus biar nggak kalap."Semakin dilarang, maka seperti suruhan bagi Rachel. Tenang, Pram akan merasakan jengkel jilid dua untuk hari yang sama."Dih, kalo nggak percaya yaudah ikut masuk aja," celetuk Rachel.Pram mengangguk, lalu segera melangkahkan kakinya ke dalam kios serba pink itu.Lah, benaran masuk. Padahal Rachel berkata asal saja.Akhirnya Rachel membuntuti Pram. Dia mengambil keranjang sebelum akhirnya berjalan memburu barang skincare

  • Gairah Cinta Tak Memandang Usia   Menghabiskan Uang Dosen

    Rachel berjalan cepat di belakang Pram karena langkah dosennya itu lebar sekali."Pak! Kita nggak dikejar setan!" ujar Rachel pada akhirnya karena lelah mengikuti jejak Pram.Pria dengan kemeja hitam dan celana cokelat susu itu berhenti lalu menoleh ke arah Rachel yang terlihat berada di belakang beberapa langkah.Pria itu mengangguk, lalu berjalan santai sembari melihat ponselnya.Rachel mendekat dan menyamai langkah Pram. Mereka saat ini berada di area parkiran menuju lantai di mana big mart berada. Berjalan bersama memasuki gedung betingkat-tingkat itu."Ambil yang dibutuhkan aja," peringat Pram sembari mendorong troll yang baru dia ambil.Rachel merotasikan bola matanya mendengar itu. Ketika dosennya itu tak melihatnya, Rachel berkata lirih, "Nyenyenyenye." Sembari mencakar angin.Pram tahu Rachel bertingkah aneh di belakangnya, tetap

  • Gairah Cinta Tak Memandang Usia   Ribut Masalah Sepele

    Sejak Rachel mengetahui kelemahan Pram, wanita itu mulai menyusun strategi. Sepertinya menjahili dosennya itu seperti tadi menyenangkan sekali. Apalagi ketika melihat Pram tak berkutik ketika Rachel dekati. Lucunya lagi sampai menahan napas. Benar-benar kolot, batin Rachel.Rachel sekarang berada di balkon, menikmati suasana pagi dengan sinar yang baik untuk tubuh. Kakinya berselonjor di kursi santai dengan tangan yang terlipat di belakang kepala sebagai bantal. Dilihat-lihat, Rachel seperti berjemur di pantai. Untuk saja dia tak memakai bikini.Setelah menyicil judul-judul penelitian yang akan disetorkan ada Pram, Rachel tak tahu lagi akan melakukan apa. Tiga sahabatnya sedang sibuk aktivitas masing-masing. Pacarnya sedang sibuk magang. Ingin bertemu dengan teman wanitanya tetapi Rachel sedang tak pegang duit.Bertemu dengan para wanita tanpa uang di kantong bukanlah ide bagus. Pertemanan Rachel dengan mereka han

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status