Pertanyaan Mana membuat Bibir Rena membentuk sebuah senyuman tipis. Dia meraih tutup teko, lalu membukanya. Aroma tidak sedap pun menguar dan membuat Mana mengernyitkan dahi. “Bau seperti ini, kalau aku tidak bisa menciumnya, bukankah itu berarti ada yang salah dengan indra penciumanku?” tanya Rena membuat mata Mana membesar. “Lagi pula, bukankah itu alasan kamu sengaja membuka sedikit tutup teko? Agar aku mencium baunya yang aneh?” Bibir Mana seketika membentuk senyuman manis, senang caranya ternyata berguna. Kepala mungilnya pun mengangguk cepat, membenarkan. Itu memang idenya lantaran dia sama sekali tidak ingin teh itu sampai di cangkir sang ratu dan Rena terkena masalah! Melihat wajah Mana yang begitu lega, Rena akhirnya berkata, “Katakan padaku,” dia terdengar serius, “banyak yang tidak suka dengan kehadiranku sebagai pendamping ratu, bukan?” tanya Rena secara terus-terang. Baru saja Mana ingin menggeleng, Rena langsung memberikan peringatan. “Kamu tidak boleh berbohong.” A
Suasana di dalam dapur kerajaan sangatlah tegang. Rena sekarang telah berada di ambang pintu dapur bersama dengan Mana di sebelahnya.Melihat mata Tari yang membesar dan seakan ingin melompat keluar dari soketnya, Mana merasa sangat ketakutan. Dia yakin Tari tidak mungkin melepaskan masalah ini begitu saja dan akan melaporkannya kepada pejabat yang menjadikannya simpanan itu.“Dayang Yarena, apa maksudmu melakukan semua ini?!” hardik Tari.Seorang pelayan yang terlihat dekat dengan Tari memberikan wanita itu sebuah kain, tapi Tari menepiskan tawarannya dengan keras. Dia sedang fokus kepada Rena, membayangkan ingin menguliti gadis itu saat ini juga!Pandangan yang Tari berikan membuat Rena tersenyum. “Tidakkah kamu mendengar ucapanku tadi? Aku membuang kotoran pada tempatnya,” ulangnya. “Kamu memberikanku teh kotor untuk disuguhkan kepada Yang Mulia Ratu. Sebagai pendamping Yang Mulia, tentunya aku harus memastikan hidangan spesialmu benar-benar berkualitas, bukan?”Mata Rena memandang
Melihat hal ini, Rena memutar kembali pembicaraannya tadi dengan Mana perihal pendukung Tari di belakang layar. “Kamu bilang dia adalah simpanan seorang pejabat. Siapa pejabat ini?” tanya Rena saat dalam perjalanan ke dapur tadi. Mana sedikit tertunduk saat berkata, “Perdana Menteri Panji.” Saat itulah Rena tidak lagi heran kenapa Tari begitu sombong dan angkuh. Bagaimanapun juga, pejabat beristri yang menjadikannya simpanan adalah perdana menteri kerajaan itu! Kalau demikian, siapa pun akan berpikir dua kali untuk mencari masalah dengan pria tersebut, bahkan sang ratu sekalipun! Namun, apa mengetahui hal tersebut membuat Rena akan mundur? Pandangan Rena menggelap. ‘Teruslah bermimpi!’ Di saat ini, pelayan kurus dengan rambut hitam panjang yang disampirkan ke pundak berkata, “Dayang Yarena, akan lebih baik bila dirimu tidak memulai masalah yang tidak perlu. Kami semua sudah bekerja lama di sini, jauh lebih lama darimu, dan tidak kami rasa perlu untuk mengubah apa pun.” Dia menaik
“Dayang Lasmi, aku … apa aku begitu salah bekerja di sini …?”Pandangan semua orang terpaku di wajah Rena, menatap air mata yang mengalir deras di wajah gadis itu.Saat ini, ada dua tipe terkejut di tempat tersebut. Para pelayan yang tidak mengerti kenapa Rena, yang beberapa saat lalu mengancam untuk bertindak kejam, berujung menangis … dan juga Lasmi yang panik karena cucu dari sang ratu terlihat sangat terluka seakan ditindas seseorang!Dengan alis tertaut erat, Lasmi langsung bertanya, “Apa yang terjadi? Kenapa kamu menangis?” Dia melirik pecahan cangkir teh yang berserakan untuk sesaat sebelum lanjut berkata, “Kalau memang cangkir teh ini pecah karena ketidaksengajaan, cukup akui saja. Yang Mulia Ratu tidak akan bertindak kejam kepadamu hanya karena masalah seperti ini ….”Aneh, Lasmi merasa sangat aneh. Melihat sikap Rena di hari pertama gadis itu bertemu dengan Yara, rasanya tidak mungkin gadis itu menangis hanya karena telah memecahkan secangkir teh.Lasmi yakin Rena merencanak
Mendengar ucapan Tari, pelipis Lasmi berkedut. Dia jelas tahu siapa yang sedang berbohong di sini. Lagi pula, untuk apa sang tuan putri mencari masalah dengan pelayan seperti Tari?! Tujuan utama Rena ke sini bukan untuk bekerja, melainkan menyelidiki kematian orang tuanya! Namun, Lasmi tahu jelas kalau dia terus memihak Rena, maka semua pelayan akan menganggapnya tidak adil dan masalah akan menjadi semakin rumit. Akhirnya, dia terpaksa menahan diri dan melanjutkan sandiwara. Lasmi memandang pelayan lainnya untuk beberapa saat sebelum berkata, “Camkan bahwa kalau diriku mengetahui kalian berbohong, maka aku akan pastikan setiap dari kalian mendapatkan hukuman yang pantas dan diberhentikan dari istana secara tidak terhormat!” Kemudian, dia bertanya, “Katakan, apa benar Yarena berbohong?!” Para pelayan menatap satu sama lain, terlihat kebingungan dan juga takut. Masalah menjadi terlalu besar sekarang, dan kalau mereka sungguh ketahuan berbohong, maka mereka bisa kehilangan pekerjaan d
Perlu setidaknya lima menit bagi para pengawal untuk menyeret semua pelayan itu keluar. Lasmi mengikuti rombongan tersebut untuk menyelesaikan prosedur yang tersisa, sedangkan Mana … entah pelayan itu pergi ke mana.Akhirnya, hanya Rena dan Yara yang tersisa di ruangan tersebut.Yara melirik Rena yang berdiri menatap kepergian para pelayan itu dengan pandangan datar. “Kamu membenci mereka?” tanyanya.Pertanyaan Yara membuat Rena mengalihkan pandangan kepada sang nenek. Dia pun berkata, “Aku tidak punya waktu meluangkan perasaan yang tidak perlu kepada hal-hal yang tidak penting.” Wajah dan sikapnya begitu tenang, jauh berbeda dari lidahnya yang pedas.Sudut bibir Yara sedikit terangkat. “Apa yang kamu pelajari dari kejadian ini?”Selama sesaat, Rena terdiam, berpikir dengan saksama agar tak salah menjawab. Saat siap, dia pun mulai angkat bicara.“Pertama, memiliki penyokong dan koneksi adalah hal penting,” jawab Rena. “Kalau bukan karena koneksinya dengan sang perdana menteri, tidak m
Mendengar ucapan Mana, Rena hanya terdiam. Kemudian, dia pun menatap sang nenek.“Jadi, apa aku lolos tesmu, Yang Mulia?” tanya Rena dengan wajah tegas dan serius.Jujur saja, ada nada tersinggung yang terdengar dari cara bicara gadis itu.“Seharusnya, setelah permainan kecil ini, aku sudah siap untuk bertemu dengan target-targetku yang sebenarnya, bukan?” ucap Rena dengan dua alisnya meninggi, meminta kepastian dari sang nenek.Melihat bahwa Rena telah sepenuhnya menebak rencana yang telah dia siapkan, Yara merasa sangat puas dan hanya bisa tertawa. Dibandingkan dengan putrinya, Wulan, cucunya ini jauh lebih mirip dengannya ketika muda!Jeli, cerdik, dan licik!Merespons terhadap pertanyaan Rena, Yara pun menganggukkan kepalanya mantap. “Kamu sudah siap.” Dia pun mengarahkan pandangan kepada Mana dan menuturkan, “Siapkan semuanya.” Wanita tua itu memandang cucunya lekat. “Kita adakan perjamuan seperti biasa di awal bulan dalam tiga minggu.”“Perjamuan awal bulan?” ulang Rena.Rena pe
“Apa kamu memiliki hubungan dengan mendiang adikku?”Detik pertanyaan itu terlontar dari bibir Surya, jantung Rena seakan mencelus semakin dalam di dadanya.Atas dasar apa pria itu menanyakan hal semacam itu kepadanya?!“Maaf, Pangeran … apa Pangeran sedang membicarakan tentang …,” Rena mengecilkan suaranya, “Tuan Putri Pertama? Tuan Putri Wulan?” Dia berupaya terlihat bingung dengan memastikan.Melihat reaksi Rena, Surya terdiam sesaat. Kemudian, dia menganggukkan kepala pelan. “Benar.”Balasan Surya membuat Rena memasang sebuah senyuman canggung di bibirnya. “Maaf, Pangeran. Sebagai orang yang baru bergabung atas rekomendasi saudara jauh saya, Jenderal Bhadrika, saya … tidak memiliki kesempatan untuk mengenal Tuan Putri Pertama,” jawabnya dengan tenang.Surya mengerutkan kening saat mendengar jawaban Rena. “Saudara jauh Bhadrika?” ulangnya. “Kamu saudara Jenderal Bhadrika? Tangan kanan Ibunda?”“Benar, Yang Mulia,” jawab Rena singkat.Kepala Surya pun mengangguk-angguk sebagai tangg