Mag-log inZwetta sudah tak mau lagi membahas apa yang terjadi di antara mereka berdua. Kini semuanya sudah selesai.
“Aku sudah mengakhirinya. Aku belum bisa bersamanya sepenuhnya, aku masih ingin merasakan kebebasan tanpa terikat dengan satu orang. Mungkin aku masih ingin merasakan hal yang kuinginkan. Jadi dia tak bisa menerimaku untuk itu, maka aku pikir lebih baik kita berpisah saja dari pada aku terus menyakitinya,” jawab Dion membuat Zwetta menghela napasnya kasar.
“Mudah-mudahan keputusan yang kau ambil sudah tepat. Semoga tidak ada penyesalan di kemudian hari. Jangan menyakiti Rossie lagi ataupun wanita lain lagi,” kata Zwetta tulus.
“Nanti, kalau kalian menikah tolong beritahu aku. Kalau kau sudah melahirkan juga beritahu aku, bagaimanapun kalian adalah sahabatku. Aku akan mengunjungi kalian,” kata Dion.
Mauryn menatap kejantanan Dion yang menonjol itu, merasakan panas menjalar di sekujur tubuhnya. Bibirnya bergetar, tangannya mengepal di atas roknya. Tiba-tiba, Dion menurunkan handuk yang melilit di pinggangnya. Membiarkanya jatuh ke lantai.Dion kini telanjang di depan Mauryn. Kini Mauryn kembali melihat kejantanan Dion yang dirasakannya tadi ada di dalam mulutnya. Mauryn akui, tubuh Dion sungguh menggoda baginya.“Apakah kau menginginkannya?” tanya Dion dengan berbisik.Mauryn tak berpikir lebih lama lagi. Langsung saja ia meraih kejantanan Dion yang menantang dihadapannya itu. Mauryn kembali merasakan kejantanan Dion, tangannya mulai bergerak bermain di sana. Lalu mulutnya juga ikut bermain membuat Dion memejamkan matanya menikmati sentuhan yang diberikan Mauryn.Dion yang berdiri di depannya,
Mulut Mauryn yang hangat dan basah langsung menyelimuti kepala kejantanan Dion yang membengkak. Ia menghisapnya, sangat rakus. Lidahnya menari-menari lincah membelit batang kuat itu. Suara basah yang erotis memenuhi ruangan tersebut.Dion merasakan sentuhan Mauryn yang memabukkan dan panas. Bahkan menurutnya jauh lebih baik dibandingakn wanita yang bernama Nata tadi. Sebuah gelombang kenikmatan menjalari tubuhnya, namun ia masih bisa mengendalikannya, menahannya, menikmati setiap isapan.Mauryn semakin liar dan semakin berani. Ia menghisap lebih dalam, mencoba menelan seluruh kejantanan Dion hingga ke pangkalnya, tenggorokannya meregang hingga batas. Tangannya yang bebas bergerak turun, memijat lembut lantung buah milik tuannya itu.“Mmhhhh…” Dion mendesarh, erangan tertahan keluar dari bibirnya.
“Aku akan memintamu menemaniku. Aku akan bicara dengan managermu, pergi bersiaplah. Aku tahu kau menginginkannya. Aku mau kau menemaniku dan melayaniku di rumahku sebagai pelayan,” kata Dion penuh arti.Wanita itu langsung saja menganggukkan kepalanya dan segera pergi dari sana. Nata yang berada di bawah terus saja memompa, mengulum, lidahnya menari-nari memburu setiap inci kejantanan Dion. Akhirnya pria itu mencapai puncaknya juga. Sebuah desahan berat lolor dari bibirnya saat ia menyemburkan seluruh cairan panasnya ke dalam mulut Nata.Wanita itu dengan setia menyesap semua cairan yang keluar dari kejantanan Dion tanpa sisa, menelannya dengan rakus. Dion mendongak dari bawah meja, bibirnya basah. Ia naik kembali ke kursi, bersandar dengan napas terengah-engah.“Kau cukup berani,” puji Dion.
“Apakah Tuan sendiri?” tanya seorang wanita yang berpakaian dengan sangat seksi menghampiri Dion.Wanita itu nyaris telanjang, pakaian yang digunakannya hanyalah topeng saja. Wanita itu terlihat sangat jalang, Dion tahu bahwa wanita itu sedang mencari seorang pria yang mau membayarnya malam ini.“Ya, aku sendiri,” jawab Dion tenang.“Mau aku temani?” tanya wanita itu dengan manja sambil sengaja menggoyangkan dadanya di depan Dion.“Boleh, silahkan,” kata Dion mempersilahkan.Wanita itu akhirnya duduk di sampingnya dan duduk sangat dekat, sengaja menempelkan dadanya pada lengan Dion. Wanita itu juga sengaja membusungkan dadanya agar semakin memperlihatkan payudaranya.“Panggil saja ak
Seluruh tubuhnya kejang, otot-ototnya mencengkeram kejantanan Dion dengan kuat dan ia menjeritkan nama Dion saat orgasme yang ketiga menguras habis tenaganya, meninggalkannya yang gemetar hebat.“Ahhhh! Bapak luar biasa!”Dion tidak melepaskan. Ia membalik tubuh Kimberly, kini memposisikannya di atasnya dalam posisi cowgirl. Kimberly menunggangi Dion, rambutnya yang panjang terurai bebas, menutupi payudaranya yang bergoyang indah.Ia tahu ia harus berusaha keras untuk menampung kejantanan Dion, namun setiap dorongan ke bawah membawa kenikmatan yang luar biasa. Semakin ia bergerak, semakin ia merasakan dirinya menyesuaikan diri. Ia mulai bergerak lebih cepat memompa pinggulnya.Mendesah dengan setiap Gerakan, matanya berkaca-kaca menatap mata Dion melihat gairah dan kepemilikan yang sama membara di
Kimberly memejamkan matanya, kepalanya mendongak merasakan sentuhan Dion yang membakar dirinya. Dion menunduk, bibirnya mengulum salah satu putting Kimberly menghisapnya dengan lembut. Lalu mengulumnya lebih dalam dan lidahnya bermain di sana.Hal itu menimblukan sensasi nikmat yang luar biasa. Kimberly mendesah, punggungnya sedikit melengkung merasakan listrik menjalau ke seluruh tubuhnya. Dion beralih ke putting yang lain, memperlakukannya dengan cara yang sama, memancing desahan demi desahan dari bibir Kimberly.Lalu tangan Dion meraih tangan Kimberly, membawanya ke depan kejantanannya yang sudah tegang dan di balik selananya. Kimberly mengerti isyarat itu. Jari-jarinya meremasnya perlahan, merasakan panasnya yang menjalar.Dion tersenyum puas. Ia lalu menunduk, bibirnya mendekati area kewanitaan Kimberly. Wanita itu menahan napas. Selalu saj







