Mag-log inSudah delapan tahun menjalani kehidupan rumah tangga bersama dengan suami tanpa hadirnya anak membuat Zwetta Dyliss mulai merasa jenuh. Keduanya terlalu sibuk dengan kehidupan masing-masing seakan lupa dengan hubungan hal yang paling penting itu. Kata cinta yang dikatakan setiap hari tidak bisa membuat hubungan keduanya sama seperti mereka masih berpacaran dulu. Ada hal yang kurang dan ada yang hal yang berbeda yang sangat sulit untuk di jelaskan oleh keduanya terutama Zwetta. Sampai akhirnya Alan Rikkard hadir yang merupakan sahabat dari Dion Grissham suaminya sendiri hadir dalam rumah tangga mereka, membuat Zweeta melihat perasaan yang lain. Alan yang selalu ada memberikan perhatian dan sensasi lain membuat Zweeta berpaling dan memiliki rasa yang berbeda. Zwetta melupakan bagaimana kisahnya dengan suaminya sendiri. Akankah Zwetta tetap bertahan dengan Dion atau dia harus bermain api dengan sahabat dari suaminya sendiri?
view more“Good morning Honey,” sapa Dion yang baru saja keluar kamar kepada istrinya Zwetta.
“Good morning,” balas Zwetta sambil membawakan dua gelas ke meja makan.
Zwetta baru saja menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Seperti biasa kopi untuk Dion dan teh tanpa gula untuk dirinya, ditambah dengan roti yang sudah di bakar. Begitu Zwetta duduk, Dion langsung mencium bibir Zwetta sapaan keduanya setiap mereka baru bertemu.
“Kau bangun cepat?” tanya Dion saat melihat Zwetta yang kini sudah siap lebih awal. Biasanya mereka akan selesai secara bersamaan dan akan sama-sama membuat sarapan. Tetapi kali ini Zwetta yang melakukannya sendiri.
“Iya, tadi harus mengerjakan laporan lagi jadi bangun lebih cepat,” jawab Zwetta sambil memakan roti yang sudah disiapkannya itu.
Sedangkan Dion membuka I-pad miliknya sambil memakan roti. Begitu juga dengan Zwetta yang memainkan handphone miliknya. Rutinitas keduanya setiap pagi pasti melihat laporan yang masuk.
Keduanya sama-sama sibuk dengan pekerjaan mereka, sampai terkadang mereka bertemu hanya ketika sarapan dan makan malam. Bahkan mereka juga harus di sibukkan dengan laporan yang ada sehingga fokus dengan kegiatan masing-masing.
“Oh iya kau masih inget dengan temanku yang mau nginap di rumah kita bukan?” tanya Dion tiba-tiba.
Zwetta mengangkat kepalanya dan menatap Dion dengan mengernyitkan keningnya.
“Masih kenapa?” tanya Zwetta bingung.
“Temenku akan datang nanti malam, aku akan berusaha pulang cepat,” kata Dion memberitahu.
Zwetta langsung mematikan handphonennya dan meletakkannya di meja.
“Kenapa baru bilang sekarang? Aku tahu dia tidak mengebarimu pagi ini, tapi kenapa kau baru memebritahuku sekarang? Kau tahu kalau aku lagi sibuk bahkan aku belum menyiapkan apapun untuk menyambut kedatangan temanmu itu, untuk menyiapkan kamarnya saja belum,” kata Zwetta kesal dengan suara yang sudah meninggi.
“Maafkan aku. Aku lupa Honey, aku baru membaca pesannya lagi pagi ini untuk memberitahu bahwa dia sudah berangkat. Maafkan aku, apa kau bisa menyiapkannya?” tanya Dion dengan lembut.
“Tidak tahu, kau selalu saja seperti itu semua dilupakan dengan mudah. Kau anggap semuanya mudah, kau pikir aku hebat sampai semua bisa ku selesaikan dalam waktu cepat? Kau hanya bisa merepotkanku saja, tidak pernah mau membantuku,” kata Zwetta masih kesal sambil memasukkan barang-barangnya yang ada di atas meja ke dalam tas.
“Maafkan aku Honey, aku benar lupa,” ucap Dion penuh sesal.
“Selalu saja begitu, alasannya selalu lupa. Selalu banyak kerjaan, untuk hal kayak gini aja kau lupa apa lagi hal yang lain. Kapan ingatnya kalau terus kayak gini.”
Zwetta bangkit berdiri begitu juga dengan Dion.
“Kau mau berangkat?” tanya Dion.
Walaupun Zwetta sudah bersikap kesal dan marah, tetapi Dion masih saja bersikap sabar dan tidak mau ikutan emosi.
“Hm, aku berangkat.”
Zwetta hendak pergi namun langsung ditahan Dion untuk diciumnya, namun Zwetta mala menghindar membuat Dion terdiam. “Aku tidak mood, aku juga sudah terlambat.” Setelah mengatakan itu Zwetta pergi begitu saja meninggalkan Dion yang masih diam.
Dion sudah sering mendapati Zwetta yang marah padanya karena kesalahannya. Maka itu Zwetta akan menghindar saat Dion mempunyai kesalahan. Jikalau seperti itu Dion hanya bisa memahami dan mencoba sabar, karena bagaimanapun Zwetta seperti itu karena kesalahannya. Dion menghembuskan napasnya kasar, lalu ia juga ikut pergi ke kantor.
***
“Rossie tolong belikan bed cover yang baru sekarang, untuk umum saja bisa di pakai di kamar pria atau wanita,” kata Zwetta pada Rossie asistennya begitu sampai di kantor.
“Kenapa sangat mendadak?” tanya Rossie bingung.
“Kau tahu kalau Dion selalu lupa memberitahu sesuatu hal yang penting. Dia baru mengatakan kalau temannya bakalan datang hari ini dan menginap di rumah, jadi aku belum mempersiapkan apa-apa. Oh iya pesankan makan malam dan minuman juga, tidak mungkin tamu Dion tidak disambut.”
Rossie tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
“Baik, akan aku siapkan,” jawab Rossie patuh.
Rossie merupakan orang kepercayaan Zwetta, ia akan meminta tolong pada Rossie akan apapun itu. Sudah lama Rossie bekerja dengan Zwetta dan wanita itu suka dengan sifat Rossie yang humble dan bekerja keras.
Sebelum Zwetta bertemu dan menikah dengan Dion lebih dahulu Zwetta kenal dengan Rossie karena Rossie merupakan anak dari asisten rumah tangga Mommynya. Melihat Rossie anak yang baik maka Zwetta mengurus Rossie sampai bekerja dengannya di kantor tempatnya bekerja sekarang.
Sehingga Rossie tidak lagi menganggap Zwetta sebagai rekan kerja tetapi juga saudara. Maka itu Rossie tahu betul bagaimana sikap Dion suami dari Zwetta, karena wanita itu sering sekali cerita tentang suaminya.
Rossie yang selalu mendengarkan keluh kesah seorang Zwetta saat kesal dengan suaminya sendiri. Maka Rossie akan menjadi pendengar yang baik, karena kalau memberikan solusi tidak mungkin karena menurutnya terlalu jauh.
“Bagaimana dengan laporan yang tadi pagi di kirim sudah selesai? Apa sudah ada tanggapan?” tanya Zwetta lagi.
“Belum ada, kalau sudah ada akan aku beritahu.”
Zwetta menganggukkan kepalanya paham dan melanjutkan pekerjannya.
***
Zwetta memilih pulang dari kantor lebih cepat karena harus membereskan rumahnya karena mereka akan kedatangan tamu. Bukan hanya itu saja Zwetta juga harus membereskan kamar untuk tamunya itu, karena Zwetta memang tidak punya asisten rumah tangga. Lebih baik seperti itu pikirnya, karena Zwetta tipe orang yang tidak suka privasinya di ganggu.
Saat ada pembersihan besar-besaran ia akan memanggil banyak orang itupun Zwetta harus memantaunya secara langsung. Karena Zwetta tipe orang yang harus sempurna dalam hal apapun termasuk urusan rumah. Sama halnya seperti sekarang ia sangat kesal begitu sampai rumah ternyata bekas sarapan mereka tadi pagi masih ada di atas meja makan.
Ia pikir Dion akan membereskan bekas makan keduanya, tetapi ternyata dia salah. Karena semut datang memenuhi dua gelas mereka yang masih ada sisa air di dalamnya. Zwetta melemparkan tasnya asal di sofa dan langsung membawa piring dan gelas tersebut ke belakang dan langsung mencucinya.
Satu hal lagi yang Zwetta tidak suka dari Dion yaitu tidak bertanggungjawab dan selalu membebankan semuanya pada dirinya. Dion juga orang yang sangat berantakan, sehingga Zwetta sering sekali marah karena Dion yang tidak taat aturan. Setelah mencuci bekas makan mereka tadi pagi, Zwetta membuka blazer yang masih digunkannya begitu juga dengan rok pensil hitam yang digunakannya.
Ia membukanya dan meletakkannya asal di sofa dekat tasnya berada. Sehingga menyisakan celana pendek setengah paha dan tanktop hitam yang melekat di tubuhnya. Zwetta langsung mengambil bed cover yang di bawanya tadi dan ia segara ke kamar kosong yang ada di rumahnya itu. Zwetta sengaja melepas bajunya agar memudahkannya untuk melakukan pekerjaan rumah.
Zwetta kali ini malas untuk naik ke atas guna mengganti bajunya karena menurutnya waktu sangat tidak memadai. Karena masih banyak hal yang mau disiapkannya, termasuk membereskan rumahnya dan menunggu makanan yang sudah dipesannya melalui Rossie. Zwetta tak pernah gengsi untuk melakukan pekerjaan rumah sendiri, karena ia sudah biasa mengerjakannya sendiri.
Karena Zwetta dari kecil sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah dikala Mommynya pergi bekerja. Ia hanya hidup berdua saja dengan Mommynya, karena Daddynya sudah lama meninggalkan mereka berdua. Meninggalkan mereka dalam arti bukan meninggal ataupun tidak ada di dunia lagi, tetapi meninggalkan begitu saja entah kemana.
Setelah beres menyiapkan kamar untuk tamunya, Zwetta kembali membereskan seluruh rumahnya. Baik mencuci bajunya dengan Dion walaupun dengan mesin cuci, lalu menyetrika, menyapu, membersihkan lantai dan yang lainnya. Keringat membasahi tubuhnya dan bajunya juga sudah basah karena ia mencuci kembali beberapa gelas dan piring yang akan di pakai untuk makan mereka malam ini.
Zwetta memang memesan banyak makanan untuk menyambut tamu tersebut, maka ia harus mengeluarkan beberapa piring yang jarang untuk di pakai. Bunyi bel membuat Zwetta menghentikan aktivitas mencuci piringnya guna membuka pintu. Ternyata Rossie yang datang dengan banyak plastik di tangannya yang ia tahu itu makanan.
“Akhirnya kau datang juga,” kata Zwetta mempersilahkan Rossie masuk sambil mengambil beberapa plastik dari tangan Rossie untuk dibantunya.
“Restorannya padat, makanya lama. Aku mengantri beberapa jam karena menunggu makanannya selesai, maafkan aku Nona,” kata Rossie dengan menyesal.
“It’s okay Rossie no problem. Teman Dion belum datang, aku bisa paham itu,” jawab Zwetta dengan santai.
“Sepertinya kau lelah sekali, terlihat dengan pakaianmu yang basah dan kau tidak mengganti baju sama sekali karena sibuknya,” kata Rossie melihat penampilan Zwetta. Wanita itu tertawa melihat penampilannya.
“Ya bagaimana, aku harus mengerjakan semuanya sendiri.”
“Aku sudah bilang menggunakan asisten rumah tangga saja, aku akan cari yang sesuai dengan keinginanmu,” usul Rossie.
Zwetta menggelengkan kepalanya.
“Tidak perlu, begini saja lebih baik. Selama aku bisa mengerjakan semuanya sendiri kenapa harus butuh bantuan orang lain? Kecuali tadi aku tidak bisa mengerjakannya sendiri karena sudah mempunyai anak itu beda hal,” jelas Zwetta.
Rossie menganggukkan kepalanya paham. Rossie tahu kalau sebenernya Zwetta sangat menginginkan anak hadir di dalam pernikahannya dengan Dion.
Karena bagaimanapun sibuknya Zwetta, tetap saja ia ingin mempunyai keturunan bukan? Kalau ia sudah punya anak, Zwetta lebih memilih menjadi ibu rumah tangga dibandingkan bekerja. Karena dia mau menjadi Ibu yang baik untuk anaknya, tapi sayang keinginannya itu sampai sekarang juga belum tercapai.
Sudah delapan tahun ia menjadi istri seorang Dion Grissham tapi tetap saja ia belum diberikan keturunan. Padahal Zwetta sudah sangat menginginkan anak di rumah mereka.
“Ya sudah lebih baik kau pulang saja, Ibumu pasti sudah lama menunggu. Sampaikan salamku padanya, maaf sudah membuatmu pulang lama.” Rossie tersenyum pada Zwetta.
“Tidak apa Nona, baik akan ku sampaikan salammu. Kalau begitu aku pulang, permisi,” pamit Rossie, Zwetta menghantarkan Rossie pulang sampai ke depan.
Setelah itu ia mulai membuka satu persatu makanan yang di bawa Rossie masih dalam keadaan panas dan ia letakkan di piring. Sesekali Zwetta menyicipinya satu persatu dan ia memuji makanan tersebut karena enak.
Zwetta berpikir sudah tidak sabar ingin mencicipi makanan tersebut. Bel rumahnya kembali bunyi, Zwetta kembali berjalan ke depan guna membukakan pintu. Zwetta merasa suaminya Dionlah yang pulang.
Tetapi ketika ia membuka pintu Zwetta dikejutkan dengan pria asing yang tak dikenalnya sebelumnya dengan membawa dua koper. Zwetta mengernyitkan keningnya bingung sedangkan pria yang ada di depannya menilai Zwetta dari atas sampai bawah membuat Zwetta juga ikut melihat dirinya sendiri karena melihat pemandangan mata pria tersebut hingga ia juga ikut terkejut.
“Eh, maaf.”
Kimberly memejamkan matanya, kepalanya mendongak merasakan sentuhan Dion yang membakar dirinya. Dion menunduk, bibirnya mengulum salah satu putting Kimberly menghisapnya dengan lembut. Lalu mengulumnya lebih dalam dan lidahnya bermain di sana.Hal itu menimblukan sensasi nikmat yang luar biasa. Kimberly mendesah, punggungnya sedikit melengkung merasakan listrik menjalau ke seluruh tubuhnya. Dion beralih ke putting yang lain, memperlakukannya dengan cara yang sama, memancing desahan demi desahan dari bibir Kimberly.Lalu tangan Dion meraih tangan Kimberly, membawanya ke depan kejantanannya yang sudah tegang dan di balik selananya. Kimberly mengerti isyarat itu. Jari-jarinya meremasnya perlahan, merasakan panasnya yang menjalar.Dion tersenyum puas. Ia lalu menunduk, bibirnya mendekati area kewanitaan Kimberly. Wanita itu menahan napas. Selalu saj
“Jadi, apa karena itu kau menghubungiku? Kau ingin aku temani malam ini? Kau ingin aku bermain denganmu, apakah begitu Pak?” tanya Kimberly.Jari-jari Kimberly turun perlahan menyusuri kaos Dion lalu berhenti tepat di sabuk celanannya. Sebuah senyum nakal terukir di bibirnya.“Aku bisa menemanimu dan memberikan kehangatan yang luar biasa malam ini.”Dion tidak begerak, ia membiarkan Kimberly melakukan apa yang diinginkannya. Dion sengaja tak memprovokasi Kimberly terlebih dahulu. Dion ingin membiarkan Kimberly yang memulai dan ingin menikmati permainan panas dari Kimberly.Hal yang disuka oleh Kimberly adalah, wanita itu tahu cara memulai karena wanita itu sudah sangat handal. Kimberly tahu bagaimana cara menggodanya dan bersikap liar. Berbeda dengan Diana yang masih terlihat malu-malu
“Baiklah, aku bisa apa kalau sudah begitu. Setelah pulang kau harus memberikanku hadiah ya, sayang,” pinta Dion.“Kau menginginkan apa?” tanya Diana.“Aku tak menginginkan apapun yang aneh. Aku hanya menginginkanmu saja tak lebih, mungkin kau harus memberikan sesuatu hal yang berbeda untukku,” bisik Dion membuat Diana tertawa.“Baiklah, aku akan melakukannya. Apapun yang ingin kau lakukan, apapun yang kau minta aku akan memberikannya. Sebelum aku pergi, besok aku juga akan memberikanmu yang terbaik sebelum aku pergi meninggalkanmu selama tiga hari,” kata Diana membuat Dion kesenangan.“Benarkah? Baiklah, aku akan memikirkan sebuah ide yang luar biasa,” kata Dion dengan semangat membuat Diana tertawa.“Apa ka
Saat Diana keluar dari ruangan Dion, Kimberly melihat hal itu. Dari tadi Kimberly memang sengaja menunggu karena ingin melihat wanita tersebut. Kimberly penasaran dengan wanita tersebut, walaupun Kimberly seakan tahu jawabannya siapa wanita tersebut.Kimberly melihat Langkah kaki Diana yang tertatih. Kimberly juga jelas mengetahuinya karena ia juga sering mengalami itu setiap bermain dengan Dion. Baju Diana yang berantakan juga bisa sangat disimpulkan alasan Diana seperti itu.“Hai, mari,” sapa Diana menyapa Kimberly sebelum masuk ke dalam lift.Begitu Diana pergi, Kimberly langsung saja masuk ke ruangan Dion. Pria itu sedang membersihkan berkasnya di lantai lalu membersihkan mejanya. Kimberly masuk dengan tangan dilipat dada dan menatap Dion.“Siapa wanita itu? Kekasih barumu?” tanya
Dion tidak memberinya jeda. Dengan satu Gerakan kuat yang menunjukkan betapa mudahnya ia mengendalikan tubuh Diana. Dion segera mengangkatnya dari jendela lalu membawanya menuju meja kerjanya besar, kokoh dan dingin.Dokumen-dokumen penting yang ada di atas meja disibakkannya dengan kasar, jatuh berhamburan ke lantai tanpa peduli. Ia mendudukkan Diana dengan paksa di atas meja, lalu membaringkannya mendorong kedua kakinya hingga terbuka lebar, mengangkang di depannya.“Aku ingin kau merasakan setiap sudut ruanganku sayang. Kita akan menciptakan kenangan tersendiri di sini, jadi saat aku bekerja aku akan bersemangat karena ada kenangan kita di sini,” ucap Dion dengan mesra sambil mengedipkan matanya.Mata Dion sangat terlihat gairahnya. Pria itu menindih Diana, batang kejantanannya yang masih basah dan panas kembali menekan liang Dian
Suara Dion bercampur dengan Hasrat. Kini satu jarinya masuk ke dalam liang Diana yang sudah banjir, dinding-dindingnya menguncup erat di sekeliling jarinya.“Ya, lakukan segera Dion,” balas Diana membuat Dion tertawa.Suara Dion terdengar begitu dominan dan penuh kemenangan. Dion memang selalu bisa membuat wanitanya merasakan kehilangan akal dan mendamba permainannya. Dion selalu bisa menaklukkan setiap wanita yang sedang dibuatnya kelimpungan karena permainannya.Dion menarik jarinya keluar, menimbulkan suara basah yang erotis. Lalu dengan cepat memutar tubuh Diana hingga punggungnya kembali menempel di kaca. Mengangkat sebelah kakinya yang jenjang dan melingkarnnya di pinggangnya.Tanpa persiapan ia menghujam batang kejantannnya yang besar, panjang, dan panas membara ke dalam liang Diana yang ba
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments